Prolog : Mengawali Semester Baru

18 8 4
                                    

-

-

Halo semuanya saya kembali lagi, kali ini saya menuliskan cerita baru dengan tema yang sama yakni My Idol. Setelah membaca jangan lupa tinggalkan vote dan komennya ya, terima kasih!!

-

-

-

-

................

Cahaya bulan mulai meredup, digantikan dengan cahaya terang dari matahari yang rasanya seperti memberiku semangat untuk bangun pagi.

Tapi, seruan semangat dari sang matahari aku abaikan begitu saja. Aku menarik selimutku, lalu memejamkan mataku lagi untuk berharap kalau semua ini hanyalah mimpi.

Namun...

Jam alarm yang terpasang di sebelah kepalaku mulai mengeluarkan suara yang keras seakan-akan memarahiku karena sulit sekali untuk bangun di pagi hari ini.

"Kau sudah seperti ibu saja," ucapku yang kemudian mematikan jam alarm itu.

Akhirnya dengan keadaan yang terpaksa, aku bangkit dari tempat tidurku dan bergerak untuk mengambil handuk.

Tiba-tiba saja, suara langkah kaki cepat yang seperti penuh amarah terdengar dari luar kamarku.

"Itu ibu ya, pasti dia akan memarahiku karena terlambat bangun."

Aku yang belum sempat masuk ke kamar mandi akhirnya ditemui oleh ibu dan aku pun akhirnya dimarahi habis-habisan olehnya karena terlambat bangun.

"Kau ini kenapa baru bangun hah?! Kau tidak melihat kalau sekerang sudah jam tujuh pagi? Bukankah kau masuk sekolah jam tujuh lima belas?!"

"Eh?!"

Mendengar hal itu, aku langsung berlari menuju kamar mandi dan segera bersiap-siap secepatnya sebelum terlambat. Sepuluh menit berlalu, aku sudah selesai mandi dan siap-siap.
Aku mengambil roti selai di meja makan lalu berlari menuju sekolah karena aku sudah hampir terlambat.

Aku berusaha untuk berlari sekuat tenaga mengejar waktu yang tersisa kurang lebih tiga menit lagi sambil mengunyah roti yang tadi aku bawa dari rumah.

Ketika aku melihat gerbang sekolah dari jarak yang kurang lebih sepuluh meter, jam di handphone-ku sudah menunjukkan satu menit lagi menjelang bel berbunyi.

Dengan kecepatan penuh, akhirnya aku berhasil masuk ke dalam gerbang sekolah sebelum ditutup.

Semua lika-liku itu akhirnya selesai. Untungnya aku bisa sampai ke sekolah tepat waktu. Saat di depan kelas, aku terlihat dengan napas yang terengah-engah.

Aku akhirnya duduk di tempatku yang berada di barisan tengah dan berdekatan dengan kursi dari sahabat dekatku, yaitu Jason.

"Kenapa kau? Napasmu terlihat terengah-engah. Jangan bilang kalau selama berangkat menuju ke sekolah kau itu dikejar anjing sepanjang perjalanan."

"Bukan begitu. Tadi aku bangun kesiangan jadinya aku berangkat buru-buru. Untung saja aku bisa sampai di kelas tepat waktu," balasku.

Jason Nikolas, dia adalah satu-satunya temanku yang sudah kukenal sejak sekolah dasar. Dia orangnya baik, usil, atau mungkin sebenarnya dia sedikit aneh. Tapi, meskipun begitu aku tetap mau berteman dengannya. Karena hal itu mungkin sudah normal baginya.

Dan tiba-tiba saja, salah satu siswi populer di sekolah ini masuk ke kelas bersama dengan temannya yaitu Yahzi Mimi, sedangkan nama siswi populer itu adalah Anindya Ichika.

Mereka berdua populer karena mempunyai jabatan yang bagus serta pencapaian bagus selama berada di osis. Meskipun sebenarnya itu karena kerja sama tim.

"Hei Ichika, kenapa kau membawaku ke kelas 2 IPA B. Kau ada urusan di sini?"
Tanpa menjawab pertanyaan temannya, orang yang bernama Ichika itu berjalan ke dalam kelas dan anehnya lagi, dia berjalan seperti mendekati diriku.

Tapi sepertinya memang itu yang ingin dia lakukan, karena sekarang dia sudah berada di depan mejaku.

"Ada apa?" Tanyaku dengan nada yang cuek.

Dia meraih saku kiri di roknya dan mulai mengeluarkan sebuah pensil dengan namaku yang tertera di sana.
"Ini punyamu kan? Tadi aku melihatnya terjatuh saat kau sedang lari buru-buru menuju kelasmu," ujarnya.

Dan aku memeriksa isi tasku dulu untuk memastikan apakah pensil itu adalah milikku. Dan setelah kucek, ternyata pensilku benar-benar hilang dan orang inilah yang menemukannya.
"Oh kau benar, ternyata ini punyaku yang hilang tadi. Terima kasih banyak ya."

"Sama-sama," jawabnya singkat.
Lalu akhirnya Ichika keluar dari kelas dan berjalan di koridor sekolah untuk menuju ke kelasnya bersama dengan Mimi karena kebetulan mereka berdua sekelas.

"Hei Ichika, menurutku itu hanya pensil biasa jadi harusnya kau tidak usah mengembalikannya bukan? Jika orang biasa pada umumnya mungkin akan mengambil pensil itu dan mengambilnya menjadi milik mereka sendiri."

"Kau benar, tapi jika itu adalah orang biasa pada umumnya. Kau tahu Mimi? Aku tidak akan mau mengambil barang orang lain yang bukan milikku karena itu menandakan kalau etikamu sangat kurang," jawabnya.

"Begitu ya, ternyata Ichika adalah orang baik ya, aku kira kau itu adalah orang yang licik," ujar Mimi dengan nada bercanda.

"Hei Mimi, meskipun terlihat seperti itu aku tak pernah seperti itu ya, jadi sebaiknya buang saja isi pikiranmu yang buruk tentangku itu, kalau bisa sejauh mungkin," balasnya terhadap pernyataan Mimi.

"Ya baiklah aku tahu kok, lagipula aku hanya bercanda dan tidak ada niat serius."

"Hmm baiklah kalau begitu."

Sebenarnya ada satu niat tersembunyi yang diinginkan oleh Ichika untuk datang ke kelasnya Niko, kelas 2 IPA B. Selain untuk mengembalikan pensil, dia juga ingin melihat Niko. Entah kenapa dia selalu merasa seperti itu sejak awal masuk sekolah.

Dan saat sedang berjalan menuju ruang kelasnya di koridor, Ichika berjalan dengan tatapan kosong secara tiba-tiba. Hingga akhirnya dia tidak sengaja menabrak Pak Darwin yang merupakan wali kelasnya Niko.

"Eh maaf pak saya tidak sengaja, sungguh."

"Ya ampun kamu ini, padahal anggota osis tapi terlihat tidak fokus seperti ini. Kau sedang sakit? Kalau begitu sebaiknya kau dirawat di uks."

"Oh terima kasih pak, tapi saya baik-baik saja," ujar Ichika.

"Baiklah kalau begitu saya ke kelas dulu ya, karena anak-anak sudah menunggu saya," ujarnya.

"Baik pak."

Dan di koridor itu akhirnya mereka berpisah karena arah kelas yang berlawanan.

-

-

-

End ~~~
Sampai Jumpa di bagian selanjutnya!!

My IdolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang