Chapter 1(Bagian 4) : Niko Yussa

4 1 2
                                    

Bel pulang akhirnya berbunyi, aku segera merapikan tasku dan berjalan pulang menuju rumah. Aku bersyukur sekali karena jarak rumah dan sekolahku itu tidak terlalu jauh, mungkin aku hanya perlu waktu lima menit jika jalan kaki.

Dan rumah Jason berada tepat di sebelah rumahku. Karena itulah kami terlihat cukup dekat. Selain itu, kami juga sudah berteman sejak kelas satu sekolah dasar.

ketika sampainya di rumah, aku duduk di sebelah ayah yang sedang menonton televisi di ruang keluarga.

"Oh kau sudah pulang ya nak, bagaimana sekolahmu?" Ayahku bertanya ketika aku baru saja duduk di sebelahnya.

"Begitulah, semuanya berjalan normal seperti biasa, dan juga rasanya melelahkan," jawabku.

Aku mengambil air minum di kulkas lalu kembali ke tempat duduk dan menonton televisi bersama ayahku sambil meredakan haus yang melanda siang ini.

"Ayah, ibu di mana?" Tanyaku yang tiba-tiba saja kepikiran karena melihat ibu yang tidak ada di rumah ini.

"Ibumu sedang memasak di dapur," balas ayah.

"Begitu ya.," jawabku. Lalu menanggapi jawaban ayah dengan mengangguk pelan.

Aku baru ingat kalau hari ini siaran langsung dari performa idol grup Stars8 sedang ditayangkan di televisi. Tapi, ayahku sedang menonton film Indonesia jadi aku tidak bisa berbuat apa-apa.

"Ayah tahu kau mau ganti siaran kan? Ganti saja tidak apa-apa kok. Ayah menonton televisi hanya untuk istirahat saja sekarang. Drama favorit ayah sudah selesai tadi."

Dan aku pun langsung mengambik remot tv dan menukarnya ke channel televisi yang menayangkan live Stars8.
Ayahku sepertinya sudah tahu kalau aku sangat menyukai grup idol ini. Apalagi di sana juga ada idola yang sangat aku kagumi, yaitu Yori Kagami. Aku melihatnya melalui televisi, suaranya yang bagus dikombinasi dengan rambut panjang dan poninya, membuatku merasa kalau orang ini adalah satu-satunya perempuan yang sempurna di mataku selain ibu.

"Aku sudah memutuskannya. Ayah, aku akan mendapatkan nilai yang bagus dan kuliah di luar negeri, dan tujuanku adalah Jepang!" Ucapku membara.

"Bagus nak, jadikan idolamu sebagai motivasimu untuk terus maju. Ayah dan ibu akan mendukung apapun keputusan yang kau buat selama kau merasa senang dengan hal itu. Tapi jika kau memutuskan sesuatu yang nrgatif, tentu ayah akan melarangnya."

"Aku tahu ayah, aku akan berusaha keras. Ini semua demi mimpi baruku, dan juga demi Yori Kagami."

Dan satu jam sudah berlalu, livenya sudah berakhir sejak sepuluh menit yang lalu. Saat ini aku dan ayah sedang menonton tayangan sepak bola. Tidak lama setelah itu, ibu memanggil kamu untuk segera makan.

**********

Malam hari akhirnya datang, matahari dan bulan mulai bertukar tempat untuk mengisi waktu di malam hari ini. Aku duduk di depan meja belajarku sambil memegang beberapa buku untuk melakukan persiapan belajar.

Sebelum belajar, aku melemasi jari-jariku dan menenangkan pikiranku agar bisa fokus dan aku juga mengunci pintu.

Setelah merasa sudah siap, aku mulai membuka buku di halaman pertama yang membahas mengenai berbagai macan zat kimia. Lalu selanjutnya aku mempelajari matematika pada materi faktorisasi.

Dengan begini, dua jam sudah berlalu karena satu mata pelajaran aku menggunakan waktu selama satu jam.

"Hanya belajar dua jam saja aku sudah kelelahan jika secara mandiri. Tapi kalau belajar bersama di sekolah aku jarang sekali merasa kelelahan seperti ini," ujarku.

Setelah itu, aku terbaring di atas tempat tidurku sambil menggeser-geser layar handphone-ku untuk melihat sosial media.

Tapi yang aku lihat hanyalah tentang ujaran kebencian, penghinaan fisik, sara, rasis dan penghinaan agama. Melihat hal itu membuatku merasa malas untuk membuka sosial media lagi.

Dan tiba-tiba saja Jason meneleponku, tentu saja aku jadi terkejut. Bahkan aku jadi tidak sengaja melemparkan handphone-ku ke tempat tidur, untung saja tidak ada yang rusak.

Aku mengangkat teleponnya.
"Ya halo Jason, ada apa kau meneleponku di saat malam-malam seperti ini?" Tanyaku.

"Niko, kau ada menyimpan hewan kecil seperti kupu-kupu tidak?"

"Aku tidak ada menyimpan sesuatu yang seperti itu. Lagipula, serangga seperti itu mau kau pakai untuk apa?"

"Tidak ada. Aku hanya tertarik untuk memeliharanya lalu melihat bagaimana proses pertumbuhannya."

"Dasar aneh. Sudah jelas aku tidak ada menyimpan sesuatu yang seperti itu."

"Baiklah kalau begitu terima kasih."
Dan telepon pun dimatikan olehnya.

Aku tahu kalau Jason ini sebenarnya adalah seseorang yang jenius. Tapi kejeniusannya itu bisa dikatakan mentah karena tidak dikembangkan dengan baik. Jika saja dia tidak sekolah di sini, mungkin saja dia sudah memiliki banyak prestasi.

Bahkan tadi dia penasaran tentang bagaimana proses dari pertumbuhan serangga dan ingin melihat proses pertumbuhannya secara langsung. Aku rasa itu adalah pola pikir ilmuan jenius.

"Jenius itu hanya satu tingkat di atas gila" kukira itu hanya sekedar ungkapan saja, tapi sepertinya hal itu memang benar adanya setelah aku melihat Jason bersama dengan tingkah anehnya.

**********

My IdolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang