01 :: Sksd

356 83 6
                                    

"Kalo saya bilang naksir Pak Taeyong gimana?"

"Kalo saya jawab saya nggak tertarik dengan anak kecil yang punya pacar gimana?"

----
T H I R D N E S S
----

Ello Devion

Sorry ya Ji, lo aslinya selingkuhan gue

Kita putus aja
___________________________

"Biadab." Sebuah makian terdengar frontal di ruang terbuka itu sampai mengundang atensi dari orang-orang. Si tersangka hanya duduk lunglai dengan ponsel menyala-nyala full brightness seakan sengaja ingin memperlihatkan kepada dunia isi chat terakhirnya dengan sang mantan.

"Fak, ini melukai martabat gue." Namanya Jisoo Adelaine, seorang mahasiswi tingkat akhir yang sedang melaksanakan tugas skripsi, kini duduk tak bertenaga di sebuah kafe jauh berkilo-kilo dari kampusnya. Sengaja. Dia sedang sakit hati dan ingin menggalau, kepalanya seolah akan meledak, tetapi dia masih bisa memikirkan gengsi kalau menggalau di dekat kampus dia khawatir menjadi bahan tertawaan teman-temannya.

Berpacaran selama tiga tahun dan ternyata dia dijadikan selingkuhan ... orang tolol mana di keluarganya yang pernah melakukan dosa besar sampai Jisoo pun terkena getahnya?

Ello dan Jisoo itu berbeda empat tahun. Mereka berpacaran sejak Jisoo semester satu. Sekarang cowok itu sudah sukses bekerja dan Jisoo dibuang begitu saja. Semua kontak Jisoo diblokir, dan Jisoo sekarang bertanya-tanya apa benar dia dijadikan selingkuhan, atau Ello hanya sudah bosan dan sedang mencari alasan untuk berpisah?

Kejadiannya sudah lewat satu pekan, tapi Jisoo masih ditelan rasa berat hatinya. Ello itu apa, ya? Tampan. Orangnya baik. Selama mereka berpacaran pun lelaki itu selalu manja pada Jisoo dan terlihat nyaman-nyaman saja. Jisoo juga sering mengecek ponsel lelaki itu dan tidak menemukan jejak perselingkuhan. Jadi, jadi, jadi ....

Jisoo masih belum terima.

Dia terlanjur bucin. Selama masa pacaran mereka pun dia yang paling jor-joran effort dan selalu berusaha membuat pria itu nyaman bergantung padanya. Sial. Cinta Jisoo dilepeh begitu saja. Tahu begini akhirnya dia tidak usah pacaran. Sudah ribet, membuang banyak uang dan waktu, membuat sakit hati pula. Jisoo bisa saja melupakannya, tapi tentu saja prosesnya tidak semudah mengupas kulit jeruk. Tiga tahun ... hubungan selama itu cukup beberapa bulan bagi Jisoo untuk melupakannya.

Ponsel Jisoo yang berada di atas meja berdering nyaring. Sebuah panggilan dari kepala editor membuatnya menarik napas panjang. Ha. Sialan. Di saat sedang sedih pun dia kian menderita karena si tukang mengomel itu menghubunginya. Getaran ponsel di meja bahkan kian menjerit menjadi-jadi seakan ingin segera Jisoo angkat.

Menekan tombol merah lalu menghitung selama sepuluh detik, Jisoo mendengkus keras karena nama 'Kepala Editor' kembali muncul di layar.

Kesal, Jisoo mengangkat telepon tersebut ogah-ogahan. "Apa?!" sapanya langsung nyolot.

"Draft kamu diterima. Artikelmu nanti terbit edisi Senin. Jadi," Kepala Editor di salah satu perusahaan redaksi di kotanya menjeda sejenak, "setelah ini kamu coba wawancara Pak Gani."

"RAWWWRRHH!!" pekik Jisoo menjerit frustasi membuat orang-orang di sekitarnya berjengit. Gadis berambut sepinggang itu kemudian menggebrak meja, sorot matanya berubah berapi-api. "Gila, ya?! Aku fokus skripsi!"

"Skripsi bisa dikerjain kapan-kapan."

"Enak bener Om kalau ngomong!" Memang kurang ajar. Semua orang yang hidup di sekitar Jisoo mulutnya seolah minta disileti. Bukan lagi ingin Jisoo sumpel menggunakan kaus kaki, tapi rencana Jisoo lebih sadis ingin menyilet bibir mereka agar diam. "Aku nggak bisa!"

Thirdness | jisyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang