02 :: Pacar

226 84 9
                                    

Sungguh, tidak ada hal yang lebih memalukan dari bersikap sok kenal dengan dosen di kampus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sungguh, tidak ada hal yang lebih memalukan dari bersikap sok kenal dengan dosen di kampus. Malunya menembus langit ketujuh. Usai bimbingan Jisoo langsung pergi dengan wajah memerah bukan main. Sial. Tahu begini Jisoo tidak usah sok dan merasa sombong akan dikenali. Jisoo tidak bisa menyalahkan Taeyong juga karena kejadian itu sudah lewat delapan tahun. Tapi tetap saja ...

Jisoo duduk menggelesor di depan jurusan.

Ini betulan memalukan! Pak William tadi tertawa mengejek merasa tak habis pikir. Oh, tidak. Sejauh ini citra Jisoo di kampus sudah sempurna. Sejak semester satu sampai semester tua ini dia tidak pernah mendapat predikat buruk, bahkan komunikasinya dengan para akademisi dan lingkungan organisasi fakultas baik-baik saja. Akan memalukan kalau setelah ini Jisoo mendengar ada orang yang mengatakan Jisoo sok akrab dengan dosen baru.

Bersandar pada dinding ruang jurusan, dia merogoh tas mengambil ponsel. Diteleponnya sang ayah demi mendapat validasi. Panggilan telepon yang membutuhkan waktu lama untuk terhubung sampai sosok bersuara bariton di seberang sana menyahut,

"Ada apa, Sayang?"

"Ayah. Ayah kenal Taeyong?" Jisoo langsung menyambar pada inti. Sejenak dia menggigit telunjuknya merasa ragu. Dia hanya sekadar ingin meyakinkan asumsinya saja. Tapi wajah dosen baru itu ... benar-benar mirip seorang paman kalem yang dulu sering datang ke rumahnya.

"Taeyong? Oh, putranya teman ayah." Yunho menjawab santai. "Sejak sebulan yang lalu dia sudah pindah ke universitas kamu menggantikan dosen yang telah berpulang. Kalian ketemu?"

Tuh, kan!

Bukan Jisoo yang merasa sok kenal, tapi orang itu memang sosok yang Jisoo tahu delapan tahun lalu.

"Ah ... iya. Aku ketemu di jurusan." Jisoo mencicit sebal. "Tapi masa aku sapa tadi dia nggak kenal aku, Yah? Dia dulu sering ke rumah, kan? Atau minimal kalau ndak ingat sama aku nggak usah sinisin aku gitu, mana di depan dosbim aku lagi. Dasar orang tua sombong."

"Jaga ucapan kamu, Sayang."

"Emang sombong, kok! Ngerasa ganteng kali dia."

"Jisoo--"

"Padahal gantengan ayah ke mana-mana."

"Ho, betul itu." Yunho justru tedistraksi dengan pujian putri semata wayangnya. "Kamu kesel banget, ya, sampe ayah lagi kerja pun kamu telepon?"

"Iya, kenapa? Ayah ga suka aku telepon?" Mulai. Sifat Jisoo yang nyolot karena selalu dimanjakan sang ayah muncul begitu saja. "Ya udah aku nelpon mama sama suami barunya aja."

"Jangan gitu dong, Sayang." Yunho tertawa kecil di seberang sana. "Ya udah. Maaf. Nanti ayah bilangin ke Taeyong."

"Nggak usah, nggak penting juga." Jisoo mencebik, merajuk. "Lain kali kalo ayah ketemu sama orang itu, jangan sebut nama aku. Aku najis juga dikenal sama orang sombong kayak dia."

Thirdness | jisyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang