Misi Jisoo saat ini adalah mendekati orang yang dulu sering bertamu ke rumahnya.Kalau memang benar Ello adalah sepupu Taeyong, setidaknya Jisoo sudah memiliki beberapa gambaran besar mengenai tindakan yang harus dia lakukan ke depannya. Pacar Ello sekarang adalah mahasiswi di jurusan tempat Jisoo belajar, bahkan dosen pembimbing akademiknya adalah Taeyong yang menggantikan dosen sebelumnya yang telah berpulang.
Membayangkan sosok yang dihindari Ello dan pacarnya justru akan selalu berada di sekitar mereka, bukankah itu menyenangkan? Kalau Jisoo menjadi bagian keluarga Taeyong dan Ello, Jisoo setidaknya bisa membalas perlakuan hina yang ia dapatkan. Jisoo akan senang hati jika dipanggil 'bibi' oleh orang yang pernah menyandang status sebagai pacarnya.
"Hihi." Tanpa sadar Jisoo terkikik sendiri dengan rencana anehnya. Yah. Anggap saja ini hanya iseng saja. Kalau benar Jisoo menjadi kekasih Taeyong--walau hanya beberapa saat--dia akan menjahili dua orang itu tanpa ampun.
"Kamu dalam mood yang bagus sepertinya," kata Taeyong, menegur Jisoo yang senyum-senyum di kursi samping kemudi. Alih-alih tersinggung dan naik pitam seperti biasanya, Jisoo justru mengukir cengiran lebar sampai membuat Taeyong memicigkan mata agak curiga.
"Entah kenapa setelah ketemu bapak mood saya jadi lebih baik." Jisoo menyahut seraya menyisir rambut panjangnya ke belakang menggunakan jemari, tak sadar bahwa gerakannya itu justru lagi-lagi diperhatikan oleh laki-laki di sampingnya. "Bapak menggantikan Pak Fahri yang kemarin berpulang, 'kan?"
Taeyong tak menjawab. Tidak menggumam, tidak mengangguk, dan tidak mengukir senyuman sama sekali. Ekspresinya terpaut datar. Ah. Orang ini tidak menyenangkan. Jisoo sudah sedikitnya menduga bahwa Taeyong itu bukan pria yang suka banyak bicara. Mulut orang itu seolah diberi perekat saja. Kalau pun bicara sesukanya, menyahut malah malas-malasan. Apa ini penyakit orang tua?
"Udah delapan tahun sejak kita nggak ketemu, ya. Sekarang bapak tahu-tahu udah jadi dosen aja." Jisoo tak menyerah. Mau pria ini dingin bak kulkas, atau mulut pria ini selalu tertutup rapat layaknya ristleting dompet Ello setiap kencan dengan Jisoo, ia tak akan angkat tangan begitu saja. Lagi pun, Jisoo sudah terbiasa mengejar-ngejar orang berhati besi selama magang di perusahaan pamannya, segini mah jelas tidak ada apa-apanya.
Jisoo bahkan pernah berbincang dengan orang yang lebih kejam dari ini.
Lantas Jisoo hanya berdeham pelan. Mata cokelatnya melirik tanpa ragu pada Taeyong yang menyetir dengan tenang. Ho. Pria ini betulan menyukai kedamaian. Mobilnya bersih dan wangi. Kalau Jisoo perhatikan, cara orang ini menyetir pun amat rapi, tidak grasak-grusuk. Jisoo mengangguk dua kali. Tipe orang yang suka kebersihan, ketenangan, dan kerapian. Lain kali kalau bertemu dengan pria ini Jisoo akan mengenakan pakaian yang lebih simpel tapi elegan.
Jisoo menoleh tenang pada Taeyong. Rambut panjang sepinggangnya dia rapikan ke sisi kanan, menjuntai indah membuat Taeyong diam sejenak setelah meliriknya. "Pak, saya boleh tanya sesuatu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Thirdness | jisyong
Fanfiction"Kalau saya bilang naksir Pak Taeyong gimana?" "Kalau saya jawab saya nggak naksir anak kecil yang punya pacar gimana?" ___________________________ Jisoo ft Taeyong romance story