Bab 3. Pura-pura Polos

423 28 14
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


☘️☘️☘️

"Ya ampun ... jadi, kamu belum sempat ngerjain PR gara-gara kamu terlalu sibuk bantuin ibu kamu jualan?"

Kedua mata Jingga yang polos, menatap iba pada Laura. Sahabatnya yang memang berasal dari kalangan bawah dan katanya selalu membantu ibunya jualan gorengan. Terlalu sibuk, sampai Laura lupa mengerjakan Pr-nya, hingga sahabatnya menjadi iba.

"Iya Jingga, tolong ya? Aku mau salin punya kamu," pinta Laura seraya menunjukkan wajah melas agar Jingga merasa kasihan padanya.

"Ya udah ini. Mau aku tulisin sekalian nggak?" Gadis polos yang memilki hati lembut dan tulus itu, dengan mudah mempercayai sahabatnya dan mau menolong orang lain.

"Makasih, Jingga. Tapi aku bisa nulis sendiri kok. Nanti kalau kamu yang bantu tulis di buku ku, ketahuan dong tulisannya bukan tulisan aku. Bisa-bisa aku dimarahin pak guru."

Jingga manggut-manggut sambil tersenyum, dia membenarkan perkataan Laura. Dia membiarkan Laura menyalin jawaban soal pr yang diberikan oleh guru untuk dikerjakan di rumah dan hasil jerih payah Jingga. Apa yang dilakukan oleh Laura ini, bisa dikatakan sebagai menyontek dan menyontek adalah perbuatan yang tidak terpuji.

Menyontek, hanya untuk orang-orang yang tidak percaya diri, malas, tidak mau berpikir dan mau enaknya saja. Menyontek juga bisa dikatakan sebagai akar dari korupsi. Laura sudah melakukan hal ini sejak dini, bahkan sejak berteman dengan Jingga dari SMP.

Setelah Laura menyalin jawaban dari buku Jingga, Laura mendapatkan nilai sempurna. Begitu pula dengan Jingga, orang yang memberikan contekan kepadanya.

🍀🍀🍀

Hati Jingga kesal saat teringat kilas balik kejadian di masa lalu, di mana dia selalu memberikan segalanya untuk Laura. Termasuk hal-hal kecil seperti memberikan jawaban pr-nya untuk Laura, agar gadis itu tidak dihukum oleh guru. Tak hanya masalah pr, masalah yang lain pun, Jingga selalu membantu sahabatnya. Tapi sekarang? Apakah Jingga akan tetap sama?

"Jingga, mana buku matematikanya? Cepetan! Keburu pak Eko masuk. Aduh ... mana udah bel lagi."

Laura menggerutu sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal. Raut wajahnya tampak panik. Akan tetapi, Jingga malah diam saja melihatnya, seolah membuang-buang waktu.

"Bentar ya, aku cari dulu bukunya."

Gadis berkacamata itu terlihat membuka resleting tas gendongnya, dia tersenyum lembut pada Laura. "Mana ya bukunya?"

Jingga tampak kebingungan, sambil meraba-raba tasnya. Kebingungan Jingga, membuat Laura semakin panik, karena sebentar lagi pak Eko si guru matematika pasti akan datang ke kelas.

"Jingga ... mana bukunya?!" ujar Laura dengan suara yang meninggi dan menunjukkan betapa tidak sabarnya dia.

"Laura, aku nggak tahu di mana bukunya. Kayaknya aku lupa bawa buku pr deh."

Langit Biru Jingga [Sudah Terbit Cetak] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang