Sunat akan dilaksanakan sebentar lagi, dwika sedang berendam air garam dengan campuran kembang 7 rupa. Setelah dwika selesai ia hanya menggunakan sarung san telanjang dada, meski ia memakai sarung dwika tidak menggunakan dalaman.
"aa hayu kebelakang udah pada dateng semua" ucap mama
"prisil dimana mah" tanya dwika
"aa kesana dulu prisil masih siap siap" ucap mama
"nanti mama susulin gih kesana dulu" ucap mama
Akhirnya dwika menuju ke belakang, sebelumnya para keluarga menyiram daerah titit dwika secara begantian tak lama setelah itu prisil datang dan ikut menyiram titit sang tunangan setelah itu dwika dititah melepas sarungnya yang membuat ia telanjang bulat sepenuhnya didepan semua termasuk prisil. Semua yang hadir disana diwajibkan memegang titit dwika dan sebagai calon istri prisil harus membuka kulup dwika hingga terlihat kepala penisnya. Saat prisil berusaha membuka kulup dengan dwika yang duduk di kursi
"ssstt ah aww perihh bey ah ngiluu banget pahh" ucap dwika
"tahan yaa bey, kulup kamu belum kebuka" bisik prisil
"UUNGHHH AHH NGILUU BANGETT" rintih dwika memegang tangan prisil
Rasanya ngilu, sakit, perih saat sudah berhasil dibuka prisil mengecup dahi dwika, ia mengelus dada dwika
"sabarr bey istighfar yaa kalau sakit" bisik prisil
"gakuatt bey" rintih dwika dengan muka yang memerah
Setelah kulupnya terbuka, dwika kemudian harus mengocok tititnya hingga ejakulasi didepan semuanya namun ia tidak boleh kencing dan bangkit dari kursi sebelum ritual selesai.
"ayo mas dwika dikeluarkan sek" ucap om dwika
"ndak usah malu ini semua keluarga, nduk prisil juga sebentar lagi jadi istri to" ucap kakung
"iyaa kakung" jawab dwika
"kakung kulo maluu" ucap dwika menunduk
"yo ndak papa yasudah mau ndak mau kakung yang kocok" ucap om dwika
Saat kakung mengocok tititnya, mas dewa membalurkan minyak agar licin
"nghh shh ah ah ah ah"
"ah ah sedikit ah lagii kung shh ahh cumm ahhh" desah dwika
Sperma dwika dibalurkan pada kedua niple dwika, acara sunat akan dimulai dimana semua bersholawat dan berdiri mengelilingi dwika. Kaki dan dwika mengangkang ditahan oleh om dwika sedangkan prisil membantu agar dwika tidak melihat kebawah
"sholatullah salamullah ala yassin habbibillah"
"dewa ambil alatnya" ucap kakung
"bismillahirahmanirrahim" ucap kakung
Lubang kencing dwika harus ditutup oleh alat yang prisil juga tidak tahu, seperti sumpit besi
"Sakitttt ahh" rintih dwikaa
"supaya ndak kencing sebelum acara selesai nggeh" jelas papa
"ditahan dulu nggeh loro sitik" ucap kakung
Titit dwika diseprot alkohol dan dibersihkan dulu, pemotongannya akan dilakukan langsung tanpa bius mungkin agak sulit karna kulup dwika sudah agak dewasa. Pesunat itu mulai mengarahkan pisau ke titit dwika
"ARGHHH SHH AW AW AHH AH AH"
"AHHH SSHH HIKS AH AH"
"SAKITTT ARGHH HIKS HIKS"
"sabarr sayangg ya, ibadahh" bisik prisil, ia tak tega melihat tunangannya kesakitan. Kaki dwika mulai berontak karna tak kuat menahan sakit
"ARGHHH SUDAHHH AHH AHH HIKS AHH"
"AWW AWW AH HIKS"
"tinggal di perban bey" ucap prisil
"PERIHHH AHH TITIT DWIKAA AHH"
"SAKITTT SAKITTT HIKSS AHH HIKS HIKS"
Setelah diperban kaki dan tangan dwika dilepas dan sumpit besi itu dilebas dari lubang kencing dwika. Kencing yang sudah ia tahan keluar begitu sajaa, setelah itu dwika dipapah prisil masuk ke kamarnya disusul oleh kakung dan papa
"dibuka perban'e tak tetesi obat sek" ucap kakung
"neng isil bantu papa yaa ditahan tangannya aa yaa" ucap papa
"iyaa pa" jawab prisil
"SHHH ARGHH KENAPAA DIBUKAAA HIKA HIKS"
"maaf yaa sayangg sebentarr aja" bisik prisil berusaha menenangkan
"hiks hiks hiks ssakit" tangis dwika
"ARGHHH PANASSS HIKS PERIHH"
"AHH AMPUNN HIKS PERIHHH PERIHH"
Setelah sudah kakung mengganti dengan perban baru, meninggalkan mama prisil dan dwika di kamar
"hiks hiks hiks a-ampunn hiks" tangis dwika
"sorry sayangg maaf yaa" ucap prisil berusaha menenangkan dwika dengan memeluknya
"maaf sayangg sudah udahh beres" ucap prisil