02

10 2 0
                                    

Ayah keluar dari rumah tanpa memedulikan kekacauan yang telah ia buat. Nenekku keluar dari kamar dan mulai berteriak marah kepada ayahku. Rhea menggendongku ke ruang belakang dengan berjalan melewati pecahan kaca itu tanpa menyadari dia telah menginjak pecahan kaca yang lumayan besar.

"Rhe! Kakimu" ucap Alessa-kakak ketiga ku

"Hah? Kaki-ku kenapa- eh?" Setelah menunduk untuk mengecek apa yang terjadi dengan kakinya, ternyata ia menginjak pecahan kaca yang lumayan besar.

Darah segar mengalir dari kakinya. Rintihan keluar dari mulut Rhea, kakinya terasa perih untuk berjalan.

"Kak?! Ka-kakimu..." ucapku sedikit panik. Saat itu aku memang masih kecil hingga tidak mengerti mengenai hal itu..., tapi sekarang? Ya.. aku ingin melupakannya

Tiba tiba Oma, nenekku mendatangi ayahku dan memarahinya. Ayahku hanya diam lalu keluar menuju halaman rumah hanya untuk 'merokok' dan 'menghabiskan kopi' miliknya.

Beberapa saat kemudian, aku berada ditempat yang berbeda. Gelap, dingin, sepi, sendirian, dadaku sesak.. susah sekali untuk bernapas, aku butuh inhaler... aku butuh inhaler... mami.. papi... dede... bunda... sebenernya yang menghilang itu aku atau kalian? Kenapa kehangatannya mulai hilang lagi? Aku kembali sendirian disini...

"Hiks... da.. bangun.. frieda.. aku gak kuat kalo ngurus keluarga sendirian... bangun yuk, cerita aja ke aku gapapa..."-??

"Hai faye" Faye menoleh dan menatapku. Dia menangis dengan keras saat tau bahwa aku sudah bangun. Lalu terdengar 2 orang yang melangkah ke dalam ruangan itu

"Ipiee haii, maaf ya ngerepotin" ucapku lirih, entah kenapa aku bisa berada di rumah sakit ini. Seharusnya aku sudah tidak ada didunia dan beristirahat dalam pelindungan laut. Tapi kenapa?

"FRIEDAA!! HUWAAA, udah enakan badannya? Mau kuganti infusnya? Mau diambilin makan? Mau air minum? Apa butuh handphone-mu? Jangan banyak gerak dulu, kamu kalo butuh sesuatu bilang aja" Sylphia dan Faye adalah sahabatku, faye dan aku membuat penampungan anak yang tetap menjadi 'keluarga', penampungan itu berisi anak anak kecil yang memiliki lingkungan keluarga atau teman yang buruk.

Sylphia adalah seorang dokter dirumah sakit itu, sedangkan Faye adalah seorang streamer game dan juga content creator. Tapi.. ada satu wanita yang tidak kukenali berada tepat didepanku. 'siapa dia?'

"Oh iya, da.. ini yang nyelametin lu dari pelukan laut. Kenalin dia Chynthia Nathalie, dan LO NGAPAIN ANJING NYEMPLUNG KE LAUT GITU? PAMITNYA KE GUE AMA FAYE TUH MAU OTW DIPELUK LAUT, APA GAK BINGUNG KITA COK!" dan ya, sylphia memang orang yang sedikit pemarah dan dia sebenarnya benar benar perhatian kepada temannya, minus kalo ngomong bikin gendang telinga pecah.

"Hai Frieda! Panggil aku Chynthia aja.. atau mungkin kamu kenal aku kalo misal dipanggil.. 'Natha'" ucap wanita itu

"Mami? Mami Natha? Ini mami Natha, Faye?" Aku menoleh kepada Faye, bertanya apakah benar wanita ini adalah 'Natha', wanita yang kupanggil mami walau tidak ada hubungan darah dan bukan darah dagingnya. Dan Faye hanya menjawab dengan mengangguk dan mengusap air matanya begitu juga sylphia

"Iyaa.. kenapa kamu kok milih jalan kayak gitu, hm? Mami gak ada ngajarin kamu gitu, udah mami bilang tunggu Mami kalo mau ke pantai, karna Mami lagi ada di kota sebelah dan otw ke pantai perbatasan. Untung Mami lihat kamu, kalo Mami gak lihat kamu bisa aja kamu g bakal selamat" Natha mengatakan kalimat itu dengan suara yang sedikit bergetar. Ia seperti menahan tangis, aku merasa bersalah

"Mami.. nangis aja gapapa kok.. tapi ini bukan karna Mami yang gagal menjadi orang tua kedua, bukan. Tapi memang karna aku udah capek sama kehidupan ini aja... makasih juga ya mami.. udah menyelamatkan aku sama udah jadi orang tua kedua-ku. Mami gapapa nangis aja, aku cuman ngerasa kenapa gak ada yang namanya keadilan di dunia ini buat aku? Ini kelalaiyanku karna nggak mempertimbangkan lagi"

Natha meneteskan air matanya mengenai ranjang ruanganku, mungkin dia menangis dalam sunyi? Itu lebih baik, dari pada menahan tangis, "maaf ya mih.. udah ngebebanin dan menambah kesibukanmu" batinku

Tiba tiba handphone Natha berdering, seseorang menelponnya. Lalu dia mengusap air matanya agar terlihat seperti tidak menangis, lalu dia mengangkat panggilan video itu. Siapa yang menelponnya? Semua anggota dari keluarga yang dia buat sendiri, adik virtualku.

"Loh mami habis nangis? Siapa yang bikin nangis mami?? Kugebukin habis ini orangnya!!" Ucap salah satu anak dalam panggilan itu

"Heh... Lexa! Siapa yang ngajarin lu begitu hah!?" Walau lirih nada tegasku masih terdengar jelas

"Oooh.. eh? loh? Hah? Ha-HAH!! TUAA!!! SI TUA UDAH BANGUN.... HUWAAA FRIEDA TUA!!! Lo bikin Mami nangis ya? Kugebukin lo yak"

"Kugebukin balik, siapa yang ngajarin kamu ngomong gitu"

"Ng-nggak ada kok.. Kak Frieda ngapain sih kok bisa sampe kebawa arus ombak gitu?" Tanya Alexa penasaran

"Iya kak Frieda ngapain? Pake ngirim chat ke aku kalo bakal balik cuman 'raga kosong' aja" Asha, adik paling kecil

"Itu... aku cosplay dugong tapi gagal.. soalnya gak punya sirip sama gak paham bahasa ikan-nya"

"Kalo bo'ong pantatnya 4"-Asha

"Eh gilak kali, beraknya gimane itu?"-Alexa

"Udah-udah.. jangan rame, Frieda selamat udah syukur aja. Nanti Frieda sama Mami bakal ceritain, kalian tidur aja.. ini udah jam setengah sepuluh malam"

"Okee/Okey mamii!!"


~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Maaf kalo ada typo dan pemilihan kata yang tidak tepat

Jangan lupa Vote & Comment!

See youu~

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Desgracia y CargaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang