Satu

6 0 0
                                    

"Ayo cepat! Bunganya harus diletakkan dengan sangat aman! Jangan sampai ada satu helai debu sekalipun mengenai sang pengantin!"

"Dika! Usahakan setiap meja sudah di lapisi kain dengan rapi tanpa adanya lecet sedikitpun."

"Maria, tolong katakan pada Timoti untuk segera datang padaku."

Suara teriakan seorang wanita berumur 26 Tahun bernama Zhanna Davira Makarov. Seorang Event Organizer yang introvert, tegas dan berwibawa. Ia hanya berbicara jika menyangkut pekerjaan saja. Selain itu? Jangan harap berbicara padanya. Bahkan untuk tersenyum saja sulit.

Saat ini Zhanna sedang menghiasi sebuah
ballroom besar bernuansa hijau. Warna yang Zhanna benci karena teringat akan sesuatu yang menyakitkan dihatinya. Warna itu sama dengan warna mata si mempelai pria yang sedang berjalan ke arahnya bersama wanita yang memeluk manja tangan pria itu.

"Bagaimana semuanya, Anna?" tanya Pria itu.

Pria itu bernama Jake Mauer. Seorang pengusaha ternama di London. Pria bermata hijau tajam yang berhasil memikat banyak hati perempuan, termasuk Anna. Sialnya pria itu mendekatinya bersama wanita mungil dan tengil bernama Yuri.

Kim Yuri, seorang wanita bermata sipit dan berkulit putih yang merupakan seorang designer terkenal di London yang sebentar lagi akan mendapatkan gelar Mauer diakhir namanya.

"Maaf Mr. Mauer. Bisa panggil saya Davira. Terima kasih." ucap Anna dengan sopan dan datar.

Terdengar Jake sedikit berdeham. "Baiklah. Bagaimana persiapan gedungnya Miss Makarov?" tanya Jake kembali.

"Anda memiliki mata, bahkan dua pasang mata. Bisa dilihat sendiri bagaimana persiapan gedungnya." jawab Anna datar.

"Hey! Calon suamiku bertanya dengan baik-baik kepadamu!" teriak kencang Yuri.

Anna menatap Yuri dengan datar. "Apa saya terdengar mengumpati calon suami anda, Miss Kim?" tanyanya.

"Nada bicaramu tak sopan! Suamiku bertanya dengan baiknya bagaimana persiapan dekorasi dan kau hanya berkata tak sopan seperti itu." teriak Yuri kembali menimbulkan perhatian semua karyawan Anna disana.

"Saya rasa tak ada yang salah dengan nada bicara saya, Miss Kim. Lagipula apa yang saya katakan benar. Anda punya mata. Lihat sendiri bagaimana persiapan dekorasinya." Anna melipat tangannya didepan dada. "Saya bukan orang yang suka basa basi, Miss Kim. Bahkan sesuatu yang basi pun saya buang dari hidup saya." tambahnya lalu meninggalkan sepasang kekasih itu.

"Hey! Dasar tak sopan!" teriak Yuri yang kini di hentikan oleh Jake.

"Yuri, sudah. Hentikan ya." ucap Jake Pelan.

"Bagaimana bisa aku berhenti, babe" rengek Yuri.

Jake menghela nafas. "Ini keputusanmu untuk menggunakan jasa Anna. Aku tak pernah menyetujuinya. Dia memang seperti itu, babe." bujuknya.

"Kita sebentar lagi menjadi suami istri dan kamu masih membela mantan kekasihmu itu? Fuck you, Jake." ucap Yuri dan lalu meninggalkan Jake disana.

Jake terus memanggil nama Yuri namun wanita itu tak ada niatan untuk berhenti berjalan. Ia menghela nafasnya lalu menoleh kebelakang. Ia melihat wajah serius Anna yang sedang memberikan arahan pada karyawannya.

Ia tersenyum miris. Ia berharap ini semua hanyalah mimpi. Mimpi yang akan berakhit ketika dirinya membuka mata dan melihat Anna masih tersenyum disampingnya, seperti dahulu. Tapi sepertinya mimpi ini akan bertahan selamanya. Kini Jake menyesal mengikuti mimpi ini terlalu jauh sampai harus merelakan seseorang yang ia cintai.

✨ 🌙✨

S

ebuah ruangan megah dengan nuansa hijau dengan banyak daun sebagai dekorasi yang megah menambah kesan mewah di ruangan tersebut. Banyak tamu yang sudah memenuhi ruangan tersebut. Ada yang sedang bercengkrama, tertawa, atau bahkan menggosipi pakaian tamu lain.

C H A N G ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang