Bab 1. Berubah Menjadi Omega?

56 10 0
                                    

Ini adalah sebentuk cinta yang sulit. Seharusnya sejak awal, Jim tidak perlu menjadi manusia kelewat peka dan berakhir merana seperti ini.

"Terkadang aku membayangkan hari di mana aku tidak pernah muncul di dunia. Takdir malang di antara kita terbentuk karena kelahiranku yang bahkan tidak diinginkan."-Jim.

"Jika kau tidak lahir ke dunia, maka aku hanya akan berakhir menjadi pria yang menikah dengan pekerjaan."-Dava.

...

Jim adalah anak angkat. Dia teridentifikasi sebagai beta sejak pemeriksaan gender kedua. Hingga tiba-tiba dia mengalami pengalaman aneh di usianya yang ke-20 tahun.

Awalnya, Jim mengira bahwa dia hanya sedang mengalami demam biasa dan akan pulih sendiri jika dia beristirahat dengan baik. Tapi siapa sangka, Jim hampir saja melewati ambang kematian setelah 5 hari digempur demam yang tak kunjung surut itu.

"Pasangan Anda mengalami heat. Apakah Anda tidak biasa menemaninya setiap bulan kala heatnya datang?"

Jim masih ingat dengan ucapan dokter yang dia dengar ketika dia baru saja terbangun. Kepalanya terasa sangat pusing, belum lagi dengan cahaya terang dan semua kebisingan khas ruang IGD.

Jim meringis pelan, mencuri atensi dari dokter dan Dava. Dokter tersebut undur diri, dan Dava melangkah mendekati Jim. Tanpa berkata apa-apa, Dava segera bergerak untuk menutup gorden di samping Jim.

Kebetulan Jim berada di posisi sudut yang agak remang-remang. Meski begitu, cahaya lampu masih sanggup membuat Jim merasa tidak nyaman.

Jim segera merasa tertolong ketika berada di dalam bayang-bayang. Pusingnya jauh berkurang, dan matanya tidak terasa begitu tidak nyaman lagi.

Ditambah dengan kehadiran Dava di sampingnya, Jim entah kenapa merasa nyaman dan aman. Biasanya, Jim akan menyembunyikan perasaannya dengan bersikap datar pada Dava.

Tapi kali ini berbeda. Jim bahkan berbaring menyamping, berhadap-hadapan dengan Dava yang duduk di sisi kanannya. Jim tidak paham, dia hanya mengikuti kata hati. Kali ini, Jim hanya ingin berada dekat dengan Dava. Tak peduli jika itu berarti Jim sedang menghancurkan usaha yang selama ini dia lakukan untuk mengambil jarak dari Dava.

Dava menatap Jim lekat-lekat dengan ekspresi datar. Bibirnya terbuka sedikit seakan hendak mengatakan sesuatu yang sulit untuk diucapkan. Jim menatap Dava, menunggu.

Beberapa menit berlalu, penantian berakhir sia-sia. Dava tiba-tiba memilih untuk mengatupkan kembali kedua belah bibirnya. Jim mengerutkan kening, heran. Jim yakin, ada sesuatu yang penting yang hendak Dava ucapkan.

Mereka tinggal di bangsal IGD selama 3 jam lebih, tepatnya setelah infus di lengan Jim habis.

Dava masih tidak mengucapkan sepatah kata pun ketika mereka sedang bersiap pulang. Jim tidak sanggup berjalan sendiri, jadi dia duduk di kursi roda didorong oleh seorang perawat. Dava membukakan pintu depan dan membantu Jim naik. Mereka pergi setelah Jim mengucapkan terima kasih pada perawat tersebut.

Malam sudah turun ketika mereka melaju meninggalkan pelataran rumah sakit. Jim bersyukur karena dia tak harus menderita silau yang membuatnya pusing. Kegelapan malam yang ditingkahi cahaya lampu jalan membuat Jim agak pusing dan memilih untuk memiringkan kepalanya ke arah Dava yang sedang mengemudi.

Tak terasa, Jim mengantuk dan tertidur. Ketika bangun, dia mendapati dirinya sedang berada di tempat tidur yang tidak dikenalinya. Suasana kamar tempatnya berada remang-remang, hanya ada Jim sendiri di sana.

Tapi Jim tidak merasa takut sama sekali. Bahkan sebelum pikirannya dapat bernalar bahwa ia pasti sedang berada di tempat Dava. Alasan Jim merasa aman adalah karena dia bisa mencium aroma Dava di tempat ini. Mulai dari sprei, sarung bantal, selimut, dan semuanya.

The Omega is MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang