7. Mall

175 15 3
                                    

Ribuan bintang bersinar di atas langit, dengan bulan yang nampak cerah menambah keterangan dalam kegelapan.

Mora melihat dirinya didepan cermin, celana cargo hitam di padukan dengan kaos putih yang nampak melekat pada tubuhnya, tidak lupa rambut panjangnya yang ia kucir kuda.

Dia berjalan keluar kamar menuju lantai satu, di ruang keluarga nampak Raynard yang sedang bermain handphonenya, membuat Mora berjalan mendekatinya.

"Ray, ayo." ajak Mora, yang berdiri di sebelah Raynard.

"Hm." Raynard hanya menganggukkan kepala, setelahnya berjalan keluar diikuti Mora.

Mobil sport warna hitam terparkir di depan gerbang, mereka tidak menggunakan motor karena nanti mereka akan berbelanja.

Mobil melaju dengan tenang di jalan raya, Raynard maupun Mora hanya diam dengan mata yang menatap ke depan.

Hening!

"Khem, lo nanti malem mau ke arena." tanya Mora, yang sangat gatal ingin bertanya dari tadi.

"Nggak tau, kenapa." tanya balik Raynard.

"Gue mau ke arena." ucap Mora, membuat Raynard menoleh ke samping.

"Urusan gue?." Raynard membelokkan stier mobilnya, ke dalam parkiran bandara.

"Gue istri lo, dan gue harus izin, gue takutnya lo mikir kalo gue nggak menghargai lo sebagai suami." ucapnya dan membuka pintu mobil, diikuti Raynard.

"Cewek lo aman." tanya Mora, yang berjalan di samping Raynard.

"Gue nggak punya cewek." tekan Raynard, membuat Mora tertawa kecil.

"Gila... Gilaa kasian kali cewek lo, udah osis, pinter, juara umum, kebanggaan guru, banyak yang suka, sayang nya nggak diakui sebagai pacar lo." ucap Mora, yang langsung berlari saat melihat orang tuanya dan juga mertuanya.

"Bunda." panggilnya, Mora memeluk Bunda Clara.

"Putri Nda, sayangnya Nda jangan bendel ya. Nda sama Ayah ada pekerjaan di luar, kamu harus nurut sama suami kamu dan mertua kamu. Lakukan kewajiban mu, Nda yakin kamu pasti bisa." bisik sang Bunda, dengan suara bergetar. Membuat mata Mora berkaca-kaca siap menumpahkan air matanya.

"Iya Nda, Bunda jaga kesehatan ya." ucap Mora, dengan air mata yang membasahi pipinya, Mora melepaskan pelukannya dengan sang Bunda dan mencium kedua pipi Bunda nya.

'Cup.'

'Cup.'

'Cup.'

Bunda Clara juga mencium sang putri.

"Ayahh." panggil Mora, berhamburan ke dalam pelukan Ayah Shaka.

"Princess, jaga kesehatan ya, maafin Ayah ya yang membuat kamu harus menikah muda. Karena Ayah yakin, kalo Raynard bisa menjaga kamu." ucap Ayah Shaka, yang mendekap erat tubuh putri semata wayang nya, tidak lupa juga untuk mencium kedua pipi dan kening Mora.

"Boy, titip putri Ayah ya." ucap Ayah Shaka, membuat Raynard mengangguk di dalam pelukan Ayah mertuanya.

"Siap Yah, Ray akan menjaga putri Ayah. Ayah tenang aja." ucap Raynard.

"Ayah percaya." ucap Ayah Shaka.

Setelah acara pamit pamit tan, kedua orang tua Mora sudah memasuki pesawat yang sebentar lagi akan take off.

Mora, Raynard dan kedua orang tua Raynard menatap pesawat yang sebentar lagi akan lepas landas.

Mora, dirangkul oleh Mami Dara. "Tenang ya sayang, orang tuamu pasti akan kembali. Ada Mami sama Papi yang akan menjaga mu." ucap Mami Dara.

Musuh Atau SuamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang