Sammy tidak lagi membuang waktu saat mendengar berita ditemukan mayat laki-laki didekat rumahnya. Dia bergegas dan menerobos orang-orang yang sedang melihat disekitarnya. Sammy melongo dengan nafas yang terengah-engah. Mayat itu Solomon. Kepalanya menggeleng tidak percaya dengan apa yang dilihat. Lukanya sama persis dengan orang tuanya.
"Apa yang terjadi padanya?" Tanya Sammy pada salah satu polisi yang bertugas disana.
"Kau mengenalnya, Sam?" Pertanyaan ini justru datang dari Detektif Hendra yang berjalan dari jarak sedikit jauh dengan mereka. Polisi yang ditanyai oleh Sammy memberi hormat pada Hendra dan berlalu kemudian. "Bagaimana kau bisa kenal salah satu orang dari sindikat bandar judi?" Tanya Hendra lagi memastikan.
"Aku tidak tau soal itu" jawab singkat Sammy agar tidak dicurigai.
"Sama seperti ayah dan ibumu. Dia ditikam dengan kapak berukuran kecil" jawab Hendra yang membuat Sammy tidak bisa berkata lagi. "Jadi, dia pasti berkaitan dengan ayahmu atau ibumu. Sammy, kau harus datang ke polisi untuk memberikan kesaksian" titah Hendra yang juga tidak bisa dibantah oleh Sammy.
Hendra kembali mengamati tempat kejadian dan mengumpulkan bukti sebanyak mungkin. Detektif Hendra tidak akan membiarkan dirinya lengah. Dia ingin mengungkap apa yang sebenarnya terjadi. Dia menengok Sammy yang masih mematung disana.
Sungguh salah. Seharusnya Sammy berpura-pura tidak mengenal Solomon. Kalau begini, Sammy bisa terjebak dan mungkin akan sulit menemukan si pembunuh.
Sammy melihat lagi mobil jenazah yang membawa tubuh tak bernyawa Solomon. "Kematianmu tidak akan sia-sia, Solomon" gumannya
"Jadi, kau mengenalnya, Sam?" Gumam Hendra dari kejauhan dengan tatapan yang terus memperhatikan Sammy sembari memainkan logika detektifnya.
***
Arga mendatangi seseorang yang sudah membuat janji dengannya. Langkahnya terburu-buru sambil memperhatikan sekitar. Pemuda itu menatap Arga dengan santai sambil melipat tangan didadanya.
"Ada apalagi sekarang?"
"Aku yang seharusnya bertanya seperti itu. Apa masalahmu? Kau bisa membahayakan semua orang"
"Kau lihat luka ini? Aku tidak ingin hampir mati lagi. Aku ingin bersama kedua orang tua dan adikku!"
"Adikmu? Jadi, dia alasanmu?"
"Tepat sekali. Aku pun tau kau berusaha mengincarnya. Aku peringatkan padamu dan kelompokmu itu jangan usik adikku!"
"Kita bahkan tidak ada niat untuk mengusik keluargamu. Semua orang di kelompok ini hanya punya satu tujuan yaitu mengumpulkan uang"
"Kau dan gengmu menyuruh orang mengikuti adikku!"Pemuda itu hanya bisa menatap Arga dengan kemarahan, dia menggeleng sesaat lalu berkata "Kau telah berbuat kesalahan, Arga!", peringatan ini tidak dihiraukan Arga. Ditengah hujan yang deras itu dia meninggalkan sahabatnya yang selama ini sudah bersusah payah untuk melindunginya.
Semua jasa itu, Arga tidak ingin memperdulikan atau memikirkannya lagi. Arga ingin membuang serta melupakan masa lalunya sejauh mungkin.
Julian, hanya bisa menatap kosong kepergian Arga. Entah setelah ini dia bisa bertemu dengan Arga atau tidak, yang jelas Arga sudah pasti terancam. Sejauh manapun dia pergi itu akan percuma. Arga sudah seperti anak kesayangan untuk bos mereka.
Sudah sejak lama Arga bergabung dengan sebuah gengster yang berbahaya. Arga bergabung dengan mereka karena ingin mendapatkan uang dengan jumlah yang cepat. Namun yang dia dapatkan adalah cedera dan juga kerusakan pada katub jantungnya.
Kecelakaan itu disetting oleh kelompok gengster itu sebagai perampokan. Hingga kasus Arga tidak ada yang mengusut dan keluarganya pun tidak curiga. Kemalangan itu yang membuat Arga menyadari kesalahannya. Nyawa Arga tidak dihargai. Dia sudah diberikan kesempatan kedua untuk hidup dan Arga tidak akan membuatnya sia-sia.
KAMU SEDANG MEMBACA
DARKSIDE
FanfictionDalam waktu satu hari Sammy harus kehilangan orang tua dan berjuang bersama kakaknya Arga yang tengah koma karena serangan seorang pembunuh. Disaat yang sama Sammy juga adalah anggota geng mafia dan menjadi seorang hacker handal. Banyak kejahatan y...