Lagi-lagi Leon berperang dengan geng mafia lainnya. Dia berjalan diantara orang-orang yang sedang beradu bogem dan berdarah-darah. Anggota Leon tidak akan segan untuk membantai semua musuhnya. Tujuan Leon adalah si pemimpin. Kali ini, Leon mendapatkannya dengan sangat mudah.
"Kemana semua uang itu?" Tanya Leon sambil menodongkan pistol pada lawannya. Kemudian yang Leon dapatkan hanyalah cekikikan dari si pemimpin itu.
DOR!! DOR !!
Dua tembakan dilepaskan oleh Leon dan berhasil menghancurkan kepala manusia yang berani menertawakannya. Leon membalikan badan dan meminta dua orang dari kelompoknya untuk menggeledah ruangan itu dan menemukan yang mereka cari.
"Ini Tuan Muda Leon" ucap anak buahnya yang menyodorkan sebuah tas besar berisi emas batangan dan uang tunai sejumlah narkoba jenis sabu.
"Haha! Jadi, dia pengedar juga? Lumayan lah" Leon mengangguk mengapresiasi lawannya kali ini. "Kita pergi sekarang. Rusak semua cctv dan ambil semua senapan yang mereka punya!" Titah Leon.
"Baik, Tuan Muda Leon", tangannya membawa hasil curiannya dan wajahnya menampilkan senyuman bangga. Memang setelah Sammy tidak lagi bekerja padanya hidup Leon menjadi sangat merepotkan. Tapi mencuri secara langsung ternyata merupakan keseruan yang berbeda.
***
Sementara ditempat yang penuh dengan orang-orang berbahaya, Sammy berjalan melalui mereka. Tatapannya tidak peduli dan kakinya berjalan lurus untuk menuju orang yang dicari.
Dua orang yang berjaga diruangan itu menghadang Sammy. "Park Solomon" satu nama yang diucap oleh Sammy membuat dua orang yang menghadang membuka tangan. Sammy membuka pintu dengan wajah angkuh dan menatap orang yang dipenuhi dengan asap rokok itu dengan sinis.
"Berapa bosmu membayar untuk membunuh Solomon?" Tanya Sammy langsung tanpa basa-basi. Orang itu masih tidak ingin menjawab.
Kedua tangan Sammy tergerak untuk mengambil beberapa foto dan bukti transaksi rekening serta riwayat pesan dan panggilan dari ponsel Solomon.
"Kau terakhir menghubunginya lalu mengajaknya menuju pemukiman itu" tegas Sammy yang tidak ingin mendengar bantahan apapun.
"Kau mengira aku akan bekerja sama dengan orang yang akan mati?" Tanyanya pada Sammy. Lalu suara tawa menggema disemua sudut ruangan.
"Dia dibunuh!"
"Lantas kenapa?"
"Kau membunuhnya"BRAK!!
Meja kaca yang penuh botol alkohol itu berbunyi saat sebuah kepalan tangan mendarat kasar diatasnya. Setelah itu Sammy mendapatkan tatapan penuh ancaman.
"Sialan! Aku tidak melakukan apapun!" Teriaknya. Sammy tersenyum sebentar ketika melihat orang ini membantahnya. Meskipun dia membantah tapi mata yang bergerak tidak teratur itu menjelaskan semuanya. Sammy bergerak cepat mengambil pisau disaku celana jeansnya lalu menusuk bahu dari orang yang kemungkinan seusia ayahnya.
Darah itu tumpah membasahi jaket Sammy dan lantai yang mereka pijak. Teriakan kesakitan langsung terdengar sementara Sammy terkekeh puas dengan perbuatannya.
"Arghh! Akh! Apa yang kau lakukan?! Sialan! Brengsek! Kau bocah ingusan berani memperlakukan aku seperti ini!" Rintih orang itu semakin terdengar saat Sammy memutar mata pisau yang masih tertancap dibahunya. Terasa ada sendi atau tulang yang bergesekan dengan mata pisau yang tertancap.
"Kau mau aku memotong tanganmu hidup-hidup?", Sammy mencabut pisau itu kasar kemudian mendorongnya ke meja dan menginjak belakang kepalanya. Alhasil, wajah itu sudah remuk akibat pecahan kaca yang menusuk dan saling berhamburan.
"Hehehe. Kau kesini bukan untuk mencari pembunuh Solomon. Kau ingin membunuhku, kan?!!", Sammy meregangkan otot lehernya sejenak.
"Benar. Kau membunuh Solomon dan aku akan membunuhmu. Hingga ke ujung neraka sekalipun aku pasti akan tetap menemukan dan membunuhmu berkali-kali!" jawab Sammy lalu dia menusuk ulu hati lawannya. Dia juga sempat memutar mata pisau yang tertancap itu hingga membuat lawannya memuntahkan darah.
"Aku pernah membaca buku. Bagian tubuh yang terakhir berfungsi sebelum mati adalah telinga. Jadi, pastikan kau mendengarkan ini sebelum ajalmu" jeda Sammy lalu dia merendahkan tubuh dan berbisik pada lawannya.
"Aku anak kandung dari Gabriel" kalimat Sammy ini sudah cukup untuk membuat orang yang dia tusuk semakin terjebak dalam kesakitan hingga nyawanya pun lepas dari tubuhnya. Sammy tau orang ini. Niatnya adalah menghabisi anak dari Gabriel tetapi salah sasaran.
Dia justru membunuh Solomon dan mungkin juga dia adalah si pembunuh. Sammy berdiri dengan tatapan penuh dendam. Dia puas menghabisi salah satu musuh ayahnya dan mungkin juga orang yang berperan dalam pembunuhan ayah ibunya.
Dua orang yang tadi menghalangi didepan pintu memasuki ruangan yang sudah bersimbah darah. Sammy menatap mereka datar sementara dua orang itu ketakutan melihat pemandangan mengerikan yang mereka temukan.
"Bersihkan semua ini dan bawa mayatnya ke kantor kepolisian!" Titah Sammy yang kemudian melempar segepok uang pada mereka berdua. "Kalian bisa mendapatkan lebih jika kalian bisa memberikan informasi lebih banyak padaku tentang gengster yang berkeliaran didaerah ini" tawar Sammy kemudian.
Sammy melihat kedua orang itu mengangguk. Ia kemudian memandangi jasad yang masih mengeluarkan darah itu sekali lagi. Ya, dia memang pantas mati. Kepemimpinannya pun sudah mulai goyah belakangan ini.
Gunadi Ginanjar, yang ternyata ayah kandung Solomon. Sammy meretas ponsel Solomon dan dokumen kepolisian dari situs web. Dia menemukan riwayat panggilan dan juga berkas penyelidikan dari kasus Solomon. Sammy juga mengambil semua dokumen tentang pembunuhan kedua orang tuanya.
Ada satu pesan suara yang terdengar dari ponsel Solomon, "Bawa ayah ke tempat Gabriel. Kita bertemu disana" pesan itulah yang menjadi petunjuk besar bagi Sammy menemukan bahwa Gunadi lah yang membunuh putranya sendiri.
"Bos kalian menerima imbalan?"
"Dia tidak mengucapkan apapun. Dia hanya tertawa dibalik telfon dan mengatakan dia harus membunuh anaknya karena lebih memilih Tuan Gabriel"
"Bertahun-tahun dia juga mencoba menyaingi Tuan Gabriel tetapi tidak bisa. Dia juga mengincar penerus dari Tuan Gabriel"
"Lalu, apa hubungannya para gengster disini dengan dia?"
"Tuan Gunadi adalah pemilik dana terbesar mereka untuk beraksi lebih tepatnya dia memberi uang sebagai hutang lalu menerima bayaran dengan bunga. Dia juga menjual senjata secara ilegal untuk mereka"Sammy berkedip pelan dan melirik lagi Gunadi yang sudah mulai kaku. "Mulai sekarang, aku yang akan melakukan itu semua. Kalian berdua sampaikan pada yang lainnya kalau aku pengganti Tuan Gunadi" katanya.
"Baik, Tuan?"
"Sam. Hanya Sam. Tidak perlu Tuan atau semacamnya. Aku adalah anak kandung Tuan Gabriel. Kalian boleh sampaikan itu ke semuanya"Keduanya sontak terkejut lalu mengangguk hormat. Tidak mungkin. Posisi Gunadi justru direbut oleh anak dari orang yang ingin dia singkirkan selama bertahun-tahun. Sammy yang masih semuda itu dan berhasil membunuh Gunadi hanya dalam waktu yang singkat bukan pemuda yang bisa mereka remehkan. Kalau seorang Gunadi bisa habis apalagi antek-anteknya.
Hari itu Sammy menjadi pemimpin dari semua gengster yang ada didaerah itu. Kabar dia menghabisi Gunadi dan sengaja mengantarkannya ke kantor kepolisian pun beredar dengan cepat. Semuanya takjub dengan nyali pemimpin barunya yang pasti bukan pemuda sembarangan.
Sammy pergi dari sana dengan membawa pisaunya. Sambil berjalan dia menatap dan menghafal semua setiap cctv yang ada disekitarnya. Sammy juga sembari mengganti jaketnya lalu memakai topi dan masker. Setelah ini Sammy harus meretas itu semua dan menghapus video yang menampakkan keberadaan dirinya. Jaket dan semua yang kotor karena darah Gunadi dibuangnya ke sembarang tempat.
Bagaimana Leon?
Sekarang, aku punya pasukan sama sepertimu.
Gengster melawan Mafia.
Menarik, bukan?-Wellcome to my Darkside-
KAMU SEDANG MEMBACA
DARKSIDE
FanfictionDalam waktu satu hari Sammy harus kehilangan orang tua dan berjuang bersama kakaknya Arga yang tengah koma karena serangan seorang pembunuh. Disaat yang sama Sammy juga adalah anggota geng mafia dan menjadi seorang hacker handal. Banyak kejahatan y...