29

2.2K 203 4
                                    

"Maaf, maafkan aku karena tidak bisa melindungi kalian,"

Haechan tidak sepenuhnya tertidur, sejak sore ia sudah bangun namun tidak ada Jaemin maupun Jeno yang mendampinginya jadi ia menganggap bahwa memang dirinya hanya dibiarkan istirahat.

Kedua mata bulat itu terbuka, lampu sudah dalam keadaan mati dan menyisakan lampu tidur. Haechan tak melepaskan pelukan Jaemin darinya, membiarkan pria itu memeluknya lebih lama karena pelukan kali ini Haechan merasa lebih hangat daripada biasanya.

"Baby, kau pasti senang Papa memelukmu seperti ini," gumam Haechan sambil mengusap perutnya dengan lembut, perutnya semakin besar, lama kehamilan hybrid lumayan singkat dan tidak sama seperti manusia. Jadi Haechan memerlukan banyak nutrisi dari biasanya, ia juga lebih banyak makan.

Helaan nafas keluar dari bibir Haechan, ia lapar, tetapi ia juga tidak bisa membangunkan Jaemin tentunya. Pada akhirnya, Haechan hanya bisa menunggu, ia yakin Jeno juga akan kemari untuk menjenguknya. Hanya masalahnya adalah kapan Jeno akan pulang.

Rasa-rasanya Haechan ingin menangis, ia lapar, tetapi dirinya juga tidak berani membangunkan Jaemin. Perasaan Haechan campur aduk, dirinya tidak tahu kenapa tetapi sepertinya ini semua karena masa kehamilannya.

Pada akhirnya Haechan menangis dan suara tangisan Haechan membuat Jaemin terbangun, meski dengan kesadaran yang belum terkumpul sepenuhnya Jaemin memaksa kedua matanya untuk terbuka dan duduk disebelah Haechan.

"Hei, ada apa?" tanya Jaemin, ia memegang kedua bahu Haechan dengan lembut, matanya masih belum fokus ketika menatap kedua mata Haechan.

"Maaf, aku tidak bermaksud untuk membangunkanmu Tuan..." Haechan berucap sambil sesenggukan, Jaemin mengusap pipi Haechan dengan jempolnya.

"Katakan padaku apa yang kau inginkan," ucap Jaemin masih dengan nada lembutnya, padahal biasanya meskipun berbicara dengan Haechan nada yang digunakan Jaemin masih tajam. Berbeda dengan kali ini,

"Aku lapar..." Jawab Haechan,

"Tunggu disini, aku akan menyiapkan sesuatu untukmu," meski dengan sedikit sempoyongan Jaemin tetap pergi dari kamar untuk ke dapur dan membuatkan sesuatu untuk Haechan.

Dan ketika Jaemin keluar dari kamar Haechan, ia berpapasan dengan Jeno. Melihat sahabatnya yang sedang dalam keadaan mabuk dan terlihat buru-buru itu.

"Minggir, aku harus membuatkan makanan untuk Haechan," ujar Jaemin sambil menggeser tubuh Jeno yang menghadangnya.

"Biar aku yang memasak untuknya, temani Haechan di kamar. Dia baru bangun kan? Berikan dia air minum," suruh Jeno, mendengar itu Jaemin menurut.

Jeno tidak bisa membiarkan Jaemin yang sedang mabuk ini memasak di dapur, dia bisa saja meledakkan dapur.
Ketika melihat Jaemin kembali, Haechan agak heran, namun ia menebak kalau Jeno sudah pulang dari suara yang dia dengar samar-samar.

"Jeno akan membuatkan sesuatu untukmu, tunggu sebentar," Jaemin membuka tutup botol dan memasukkan sedotan ke botol meski perlu usaha, ia memberikannya kepada Haechan setelah beberapa saat ia harus memasukkan sedotan.

"Minumlah," Jaemin kembali duduk disamping Haechan, mengusap kepala anak itu dengan lembut.

"Jeno sudah pulang ya?" Tanya Haechan yang dibalas anggukan oleh Jaemin.

"Maafkan aku karena tidak bisa melindungimu," ucap Jaemin.

Kejadian itu membuat ada 7 peluru yang bersarang ditubuh Haechan, meski hanya peluru biasa namun Haechan tetap kehilangan banyak darah. Haechan bisa disebut beruntung karena peluru tidak ada yang mengenai organ vitalnya.

Rendezvous (Nahyuck) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang