Prolog

17 4 2
                                    

Lorong berbau obat itu sangat terlihat sendu. Banyak orang yang hatinya hancur, menangis berpelukan menunggu  kabar dari orang tercintanya. Namun berbeda dengan lorong ICU itu, tak ada keluarga atau bahkan hanya sebuah tatapan kekhawatiran. Padahal ada seorang gadis yang berbaring lemah di dalam dengan segala alat medis terpasang pada tubuh mungilnya itu. Sedang gadis itu memejamkan mata sudah hampir satu bulan, tak ada pergerakan apapun. Melainkan hanya suara monitor yang kian hari kian melemah.

"Maaf Bapak dan Ibu, pasien sudah satu bulan tidak ada perkembangan apapun. Jadi kami memohon agar pihak keluarga segera mengambil keputusan. Tolong kasihanilah anak kalian, dia begitu tersiksa." sudah ke berapa kalinya Dokter selalu mengatakan itu pada Aldi dan Difa, namun mereka hanya memasang muka datar dan begitu acuh.

"Jika kalian tidak mau mengambil keputusan dan membiarkan ia terus-terusan berbaring di ruang ICU, maka saya sendiri yang akan segera menindak lanjuti," sambungnya.

"Urus saja anak itu, bahkan jika dia mati hari ini. Saya tidak peduli." setelah mengatakan itu, kedua orang paruh baya itu meninggalkan ruang Dokter dengan tatapan yang begitu sulit diartikan. Sedangkan Dokter hanya mampu mengusap wajahnya dengan kasar dan menghela napas dengan berat.

"Lagi dan lagi, kamu kehilanganya. Bahkan di saat kamu akan hilang dari hidup mereka."

TBC

Yuhu, ini anak ke berapa ya? Tapi ini bakalan jadi tugas bercontinue, sih.
Bisa gitu ya, orang yang lama hiatus, nulis lagi karna sebuah tugas UAS wkwkw. Dan itulah aku :)

Oke, semoga kalian suka dengan cerita ini. Ayo bantu aku menyelesaikan tugas ini dalam waktu enam bulan-!

Anyway, nama akunya berubah ya. Maklum orangnya bosenan :"

Jangan lupa vote dan komen! Yang ga ninggalin jejak sih kemusuhan poll sama author, wkwkkw.

See u in next chapter~

With love

Birrunisan_
31 Oktober 2024

After you goTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang