03. KaHai

14 2 0
                                    

Jangan pernah datang,
Jika hadirmu hanya sebentar.

~Dilara Adina Mirdad~

~Dilara Adina Mirdad~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Happy reading🌻

Sesampainya Lara dan Lina di kelas, suasana begitu ricuh. Lara yang bingung karena baru saja datang langsung menghampiri Dara. "Apa apa, Dar?"

"Ah Lara, untungnya kamu datang. Ani dibully lagi-" belum sempat Dara menyelesaikan bicaranya, Lara sudah berjalan membelah kerumunan itu. Dia melihat Ani yang begitu ketakutan. Bukan ... bukan teman sekelasnya yang membully Ani, melainkan kating yang sok kuasa merasa dirinya jauh lebih tinggi dibanding adik kelasnya.

"Ani, are you okey?" Lara mendekap tubuh Ani yang begitu gemetar, isak tangisnya begitu menyedihkan. Bahkan Lara merasakan pundak Ani begitu naik turun.

"I am sorry," lirih Lara menyatukan kepalanya pada kepala Ani. Menyalurkan segala kekuatan bahwa ada Lara di sini.

"La-ra ... A-aani ta-takut, hiks..., A-aani-"

"Udah, jangan berbicara dulu, menangislah hingga kamu merasa tenang. Jangan takut, ada aku di sini." Lara semakin mengeratkan pelukannya. Sedangkan teman yang lain hanya bisa melihat, karena mereka tidak bisa seperti Lara yang mampu menenangkan.

Kampus ini memang begitu mewah namun tidak dengan segala adab Mahasiswanya, banyak sekali kasus bullying yang begitu meresahkan, padahal sudah berulang kali ditanggani, namun selalu begini.

Lara tak habis pikir, mengapa Mahasiswa yang harusnya mencerminkan nilai-nilai baik justru malah merusak nilai baik itu sendiri. Padahal mereka masih berada di dalam kandang bagaimana jika mereka benar-benar terjun kepada masyarakat. Ilmu apa yang akan mereka sampaikan jika ketika menuntut ilmu pun mereka malah melakukan hal-hal di luar nalar.

Setelah mendapati Ani yang sudah mulai tenang itu, Lara memberikan minum kepada Ani dengan telaten. Ani terlihat berantakan sekali. Mata yang bengkak, hidung yang memerah, dan banyak sekali luka ditubuhnya.

"Ada yang bisa ceritain kejadiannya tadi, nggak?" tanya Lara membuka suara. Namun teman-temannya menunduk dan tak ada yang bergeming sedikitpun. Karena temannya tahu, jika Lara diberitahu maka Lara akan menghampiri dan langsung menghabisi orang itu. Seperti yang sudah-sudah, bahkan Lara juga menjadi terseret dalam masalah itu.

Lara menghela napasnya kasar. "Nggak usah takut, bilang aja." Lara kembali mencoba memancing temannya agar berbicara. Sedetik kemudian Dara membuka suara, "Lara ... Jadi tadi Kak Ine tiba-tiba nyeret Ani ke kamar mandi. Tapi kita nggak tau gimana detail ceritanya karena kita belum ada yang datang, hanya Ani yang ada di sini. Terus, Doni datang ngeliat Ani udah bener-bener nangis dan berantakan."

"Ouh, jadi Kak Ine," ucap Lara seraya berdiri, namun pergelangan tangannya ditahan oleh Ani yang mengisyaratkan dengan wajah yang begitu ketakutan. Berharap Lara tidak mendatangi Ine dan melabraknya. Ani takut masalah ini kian membesar. Lara mencoba melepaskan tangan Ani. "Percaya sama aku, Ani." Setelah mengatakan itu, Lara meninggalkan mereka semua dan menuju pada lantai empat. Teman sekelasnya hanya bisa memasang raut muka yang begitu sulit diartikan antara takut dan juga bingung harus apa.

After you goTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang