Bab 23. Superhero Di Dunia Nyata

9 1 0
                                    

"Gue dapat kabar dari anak-anak, katanya mereka mau kasih kejutan, ya, ke Airin?" tanya Bella yang kini telah sehat.

Zayan mengernyitkan alisnya. "Kejutan?"

Bella mengangguk. "Iya, memangnya anak-anak, belum kasih tahu lo soal itu?"

Zayan menggeleng.

"Wah, itu artinya, gue jauh lebih spesial dong daripada lo." Bella mulai menjahilinya.

"Ck! Yang benar aja. Terus lo merasa bangga, cuma karena itu?" Zayan.

"Ya, nggak juga. Cuma gue heran aja, lo emang kurang suka, ya, sama anak kecil?" Bella.

Zayan mengangguk. "Udah dari dulu."

Bella mengguk--pertanda paham. "Jadi memang itu alasannya, kenapa anak-anak lebih gampang terbuka ke gue," gumamnya pelan--mengingat curhatan singkat yang semalam telah ia dengar dari Kila.

"Tapi akhir-akhir ini, pas Kila ngabarin gue lewat telepon, katanya lo udah mulai dekat, dan kayak udah enjoy banget, ya, sama kebawelannya Airin. Katanya juga, dua hari belakangan ini, kalian sering jalan bareng, ketawa bareng, pokoknya jauh lebih dekat dari yang sebelumnya. Memangnya itu benar?" tanya Bella--penasaran.

Zayan mengangguk kecil, dan turut tersenyum tipis.

"Gue juga nggak tahu, kenapa akhir-akhir ini gue bisa luluh sama tingkah abstraknya dia. Kalau lo ada di sana, mungkin gue bakal seratus persen malu, karena gue rasa, image cool gue bisa-bisanya hilang gitu aja, cuma karena permintaan bawelnya.

"Kami main petak umpet, main layang-layangan, sampai-sampai gue yang anti diperintah pun mau-maunya aja nyuapin dia, dan bahkan ngelakuin hal-hal receh lainnya." Zayan tertunduk dan ucapannya pun terhenti sejenak.

Tak lama setelahnya, dalam senyuman tipisnya, Zayan pun kembali melihat ke arah Bella. "Kayaknya ... gue benaran udah mulai sayang sama 'tu bocah," tambahnya.

Bella terus tersenyum sambil melihat ke arahnya. "Mmm, gitu. Bagus dong, gue ikut senang dengarnya. Gue kira ... Kila yang udah bohong, karena awalnya ... menurut gue, apa yang udah Kila bilang itu adalah hal yang mustahil."

Zayan tersenyum turut melihat ke arah Bella. "Gue senang, kalau lo juga ikut senang," balasnya.

"Jadi lo mau kasih kejutan apa untuk Airin? Kata Kila, acara kecil-kecilannya bakal mereka adakan hari ini." Bella.

"Hari ini?" Zayan.

"Iya, makanya gue mau jalan bareng lo ke sana. Kalau, nggak, mungkin gue udah pulang bareng Tania tadi."

Zayan sedikit manyun. "Gue kira ... karena dia rindu sama gue, tapi ternyata ... dia bela-belain jalan panas-panas gini, cuma untuk Airin. Mcm! Salah kaprah gue," batinnya.

Tak lama setelahnya, mata Zayan pun langsung tertuju ke satu arah.

"Sebentar," ucapnya.

"Ya?" sahut Bella.

Zayan terlihat menyipitkan matanya, seolah telah melihat ada sesuatu di sana.

Bella kembali melihat ke arahnya. "Ada apa, Zay?"

"Bukannya itu Airin?" -Zayan dengan spontan menunjuk ke arah yang ia maksud- "ngapain mereka ngerumunin Airin kayak gitu? Wah, parah! Jangan bilang, kalau mereka adalah para pembuli tingkat sachet!"

"Pembuli tingkat sachet?" ulang Bella--tak paham.

Tak ingin terus-menerus berdiam lama, Zayan pun langsung meraih pergelangan tangannya Bella. "Ayo, kita harus ke sana sekarang."

Ayah? Gue Masih SMA! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang