Bab 5. Belum Terungkap

21 6 0
                                    

Cuaca terlihat mendung. Terlihat pula kesenduan dari raut wajahnya Airin.

"Maafkan Kakak, Dek. Cuma ini satu-satunya cara, supaya kamu bisa selamat," gumamnya.

Tak lama setelahnya, Bella pun datang.

"Ternyata kamu ada di sini. Kamu dari mana aja?" tanya Bella padanya.

Mata Airin membulat. Ia takut, jika Bella telah mendengar sesuatu darinya.

Namun pada saat itu, Bella malah tersenyum--menyaksikan ekspresi terkejutnya Airin, barusan. Tak hanya itu, bahkan Bella pun ikut memegang salah satu tangan mungilnya. "Kamu kenapa? Kalau ada sesuatu, cerita aja ke Kakak."

Airin menggeleng. "Nggak kenapa-kenapa, Kak." Airin kembali memasukkan salah satu tangannya yang lain--tangan kirinya--ke dalam saku bajunya.

"Serius?" Bella.

Airin mengangguk.

"Itu artinya, kamu lagi ngantuk, ya?" terka Bella.

Airin terdiam sejenak--menatapnya. Lalu setelahnya, dengan perlahan dan terkesan ragu, Airin pun kembali mengangguk.

Bella tersenyum pahit--melihatnya tertunduk. "Gue nggak tahu, kesulitan apa yang selama ini udah dia alami. Kalau gue cek fakta yang ada ... mana mungkin juga, Zayan bisa punya anak seusia dia. Umur Zayan sama gue cuma beda setahun, jadi mana mungkin rasanya ... kalau Zayan bisa senekat itu ngelakuin hal yang bukan-bukan di usianya yang masih kecil, dulunya," batinnya.

"Kak," panggil Airin dengan intonasi yang lembut.

Bella kembali melihat ke arahnya. "Ya?"

"Kakak lagi mikirin soal apa?" Airin.

Bella kembali tersenyum. "Nggak. Kakak nggak lagi mikirin apa pun, kok. Kakak cuma pengen tahu, apa kamu ngerasa nyaman atau nggak, itu aja, kok. Ya, kalau misalnya kamu ngantuk, kamu boleh banget tidur di sini sama Kakak. Kamu mau?"

Mata Airin terlihat berbinar, sebenarnya tawaran itu sangat menarik baginya. "Sebenarnya, Airin mau, Kak. Tapi ...." Ucapan Airin terputus, arah pandangnya pun kembali ia tundukkan.

"Tapi apa?" tanya Bella.

Airin kembali melihat ke arahnya. "Ayah?"

"Kamu tetap mau tinggal sama Zayan, ya?" tanya Bella.

Airin kembali mengangguk.

"Ya udah, kalau gitu, biar Kakak anterin kamu ke rumahnya, ya." Bella.

Airin tersenyum kecil, seraya mengangguk pelan.

Ada masalah dibalik keluguannya. Ya, Airin memang masih polos, tapi di sisi lainnya, ada beberapa hal yang belum mereka ketahui, termasuk itu tentang orang-orang yang sedang memata-matai pergerakannya.

***
Tok ... tok ... tok ....

"Assalamualaikum, Zayan ...," panggil Bella, setelah mereka sampai di depan rumahnya.

Dari dalam, terlihat Zayan yang sedang menggerutu bebas--memaki keadaan.
"Mcm! Duh! Kenapa selalu aja ada masalah. Kemarin Kak Mala sama bunda yang udah tega ninggalin gue. Eh, sekarang malah datang lagi masalah yang baru. Pasti yang ada di luar si Bella sama bocah itu lagi. Mcm! Geram banget gue!"

"Assalamualaikum. Zayan ... lo ada di rumah, kan, Zay?"

Tok ... tok ... tok ....

"Iya. Bentar!" sahutnya--menahan amarah.

Creck.

Pintu terbuka.

"Apaan lagi?!" Zayan tanpa sengaja meninggikan suaranya.

Ayah? Gue Masih SMA! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang