1.1 Pertemuan Tidak Terduga

11 3 1
                                    

***

Jakarta, Juli 2021

"Jen, lihat Mbak Indy nggak?"

Prisia datang dan langsung menginterupsi keheningan di dalam studio. Bertanya pada satu-satunya laki-laki di sana. Pemuda itu duduk di sudut studio sambil memegang gitar. Keningnya berkerut sebab kebingungan. Rambut perempuan itu sudah berganti warna lagi. Agak kaget walaupun sebenarnya Razen sudah biasa menghadapi pemandangan seperti ini.

"Mbak Indy kan cuti melahirkan."

"Hah?!"

Begitu juga Dean. Laki-laki itu muncul dan masuk ke studio dengan matanya yang terus memandang rambut pirang Prisia. Padahal dua hari yang lalu rambutnya masih berwarna merah. Razen dan Dean adalah teman-teman satu band Prisia. Razen lebih banyak di studio dan sepertinya dia belum pulang dari semalam. Lihat kemeja yang dia pakai sudah lusuh. Kancing atasnya sudah kebuka — nyaris dada bidangnya kelihatan. Sedangkan Dean terlihat sangat fresh. Baru datang dan sudah ke pantry melihat ada snack di tangannya. Juga mulutnya yang penuh kunyahan itu.

"Kok gue nggak tahu?"

Dean menyambar. "Nggak tahu apa?"

"Nggak tahu kalau Mbak Indy cuti melahirkan." balas Razen.

"Apasih anjing. Kan udah dikasih tau mau cuti melahirkan."

Rasanya Prisia ingin memberi tendangan ke Dean tapi dia terlalu malas melakukannya. "Yeee itu juga gue tahu anjing. Gue nggak tahunya kalau hari ini mulai cutinya. Gue kira besok. Gue mau kasih kue ulang tahun."

"Hah????? Mbak Indy ultah????" Dean histeris.

Razen juga kaget tapi raut wajah yang ia punya selalu datar saja.

"Guys," Tiba-tiba seseorang datang. Namanya Anggara. Dia juga teman satu band Prisia. Anggara itu perpaduan Dean dan Razen. Posturnya hampir mirip kayak Dean, tidak jarang dia dipanggil Dean dari kejauhan. Namun sikapnya mirip Razen. Sedikit bicara. Dan lebih dewasa dari yang lain meski paling kecil melihat bagaimana dia mengatur ini dan itu untuk Band. "Jangan lupa ya ntar malem di kafe teman SMAnya Razen."

"Nggak temen. Cuma kenal doang."

"Jadi bawain Bad Guy kan, Pris?" Dean bersuara. Langsung diambilnya langkah ke sudut ruangan, mengambil stick drum dan duduk di sana.

Sedangkan Razen beranjak dari duduknya. "Gue mau syuting brand dulu. Mungkin kelarnya mepet-mepet jam 3an. Ntar gue langsung balik sini."

"Terus kita nggak latihan neh?" Masih suara Dean.

"Gue juga mau meeting dulu sama orang label." kata Anggara lain lagi.

Prisia cepat menyambar. "Bareng Joriel?"

"Lu sama dia ada apa-apa apa nggak lagi sih sebenarnya?"

Pertanyaan itu datang dari Anggara. Sedikit bicara namun memang sedikit ketus. Razen diam sebentar karena nama itu disebut di tengah aktivitasnya membereskan barang bawaannya. Sedangkan Dean, pundung karena dicuekin. Tapi ikut menyimak arah pembicaraan tentang Joriel ini.

"Funfact, gue nggak pernah ketemu dia selama dia kerja di sini. Bukan nggak pernah tapi belum. Kan dia juga baru pindah ke agensi kita bulan kemaren. Cuma pas tahu dia mau gantiin Mbak Indy," cercah Prisia kemudian tersekat. "Gue bingung aja harus ngapain ntar pas ketemu."

"Yaudah lu aja yang handle, Ra" kata Razen menyambar cepat, sudah menggandeng tas ranselnya. "Ntar gue bantuin sisanya." lanjutnya.

"Jangan deh. Kayak anak-anak aja. Lagian gue nggak papa,"

KHAESAN & PRISIA: LOVE IS (NOT) EASYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang