1.2 Kerikil-Kerikil

4 2 4
                                    

***

"Kok bisa di sini?" Bang Danes tiba-tiba datang menginterupsi heningnya di kafe depan kantor. Laki-laki itu tidak datang sendiri melainkan dengan seorang perempuan yang jelas ia kenal. "Kata Chara lu libur hari ini."

Sudah berapakali dua orang ini keciduk berduaan di kantor — walaupun setiap ditanya mereka kompak menjawab dengan alasan ada pekerjaan.

"Perasaan projek sama Mbak Chara udah selesai, Bang. Ada projek baru?"

Danes tersenyum lebar. Kelihatan gummy smilenya. Dia sebenarnya nggak bohong kalau ditanya ngapain berduaan sama Chara. Yang perempuan juga sama jujurnya. Memang mereka bahas pekerjaan tapi sadar kalau cinlok.

"Tadi Yudis nanyain lo. Gue bilang lo nggak masuk." Mbak Chara mengambil posisi di depan Khaesan. Lelakinya di sampingnya. Tangan mereka penuh. Mbak Chara dengan minuman di tangannya dan Bang Danes dua piring di tangannya. "Kan lo mau meliburkan diri hari ini."

"Iya. Tadi bantuin Anne dikit,"

"Kenapa lagi sih tuh anak?" tanya Danes sambil ketawa heran.

"Masalah yang festival musik kantor ya?"

"Iya, Mbak."

Mbak Chara lupa berbasi-basi. "Oh iya. Makan nggak?"

"Udah gue, Mbak. Lanjut aja."

"Etos kerjanya emang nggak main-main ya." Danes kembali membicarakan Anne. "Tapi suka banget gangguin lu heran juga gue lihatnya. Harusnya lu mau pacaran nggak sih hari ini sama cewek lu. Makanya meliburkan diri."

Khaesan ketawa. "Tadi sih niatnya gitu cuma cewek gue mendadak ada urusan juga di kantor. Jadi yaudah bantuin Anne dikit. Daripada heboh."

"Anne kan pawangnya cuma Khaesan." Mbak Chara ikutan ketawa.

"Gue malas kalo dia heboh kerjaan gue direcokin sama dia,"

Makin renyah lagi ketawa mereka. Kalau melihat hubungan Khaesan sama Anne ini beneran kayak kakak adik yang dikit-dikit berantem tapi tiba-tiba akur lagi. Bayangin seberapa usil mereka terhadap satu sama lain dan nanti akan jadi yang paling ada kalau salah satunya ditimpa masalah. Buktinya hari ini. Padahal Khaesan susah payah ambil jatah liburnya di tengah kerjaan yang lagi banyak. Tapi demi Anne dia bela-belain datang.

"Syukur aja cewek lu nggak cemburuan ya,"

"Kayaknya kalian nggak ada cemburu-cemburuan lagi nggak sih. Udah lama banget kan pacarannya." kata Mbak Chara, menyambungkan omongan Bang Danes. "Awal kenal cewek lu gue jujur takut sih. Takut dia cemburu."

"Nggak kok. Sejauh ini dia aman-aman aja — kalau temen kerja. Gue juga nggak pernah deket siapa-siapa kalau nggak ada urusannya, Mbak."

Dua orang itu mengangguk cepat, setuju sama omongan Khaesan.

"Beda ya kalau sama-sama jomblo terus cinlok."

Dua orang itu langsung tersedak dan batuk-batuk dengar lanjutan omongan Khaesan. Dan itu bikin Khaesan harus menahan diri untuk nggak ketawa. Seru juga ngisengin orang-orang tua yang lagi backstreet.

"Katanya lu mau tunangan ya?"

Tiba-tiba mengalihkan topik pembicaraan. Bisa-bisanya.

"Iya, Bang. Awal tahun."

"Emang udah harus lo nikahin sih. Pacaran dari SMA udah berapa tahun tuh." kata Mbak Chara. "Kalo gue endingnya nggak dinikahin ngamuk sih."

Balasan Khaesan cuma ketawa. Sudah bisa dia diserang dengan kalimat seperti itu mengingat memang hubungannya dengan Ai sudah lama sekali.

KHAESAN & PRISIA: LOVE IS (NOT) EASYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang