Sasuke menatap istrinya,
Haruno-Ah, bukan Uchiha Sakura.
Rambut merah mudanya bergetar lembut ketika ia memeluknya. Beberapa bulir keringat tampak berjatuhan ke sekitar pelipisnya ketika ia melenguh.
Matanya berwarna emerald yang berkilat-kilat kecil. Menyipit dan melebar tapi berkilau-kilau ketika ia menatapnya dengan lembut.
Pada malam yang menggairahkan. Suara lembutnya mengalun hampir seperti bisikan. Membuat Sasuke kadang kehilangan kendalinya atas nafsunya sendiri.
Wanita merah muda ini, istrinya-wanitanya-miliknya satu-satunya.
"Ahh.. Sasuke-kun.."
Suara desahan itu menembus dinding-dinding hatinya, memecahkan tembok-tembok keraguan yang telah ia bangun sangat tinggi.
Entah sejak kapan ia terbiasa dengan mata emerald dan rambut-rambut merah muda Sakura yang menari.
Ia melumat bibir Sakura dengan gerakan menuntut. Membuat wanita yang berada di bawah rengkuhannya kebingungan sendiri tentang apa yang sedang ia minta darinya.
"Kau milikku, sakura.."Sasuke tidak menggerakkan tubuhnya ketika ia mengatakan hal itu. Klaim sepihak yang ia pikir akan membuat Sakura menolaknya. Tapi wanita itu hanya tersenyum dan membelai pipinya yang saat ini terasa panas.
"Ya, hanya milikmu.."
Sakura menjawabnya dengan penuh suka cita. Seakan mengejek perasaan Sasuke yang sempat meragu pada istrinya. Ia memejamkan mata sambil menahan nafasnya sendiri sampai bayang-bayang masa lalu itu kembali datang padanya. Menjeratnya seperti sebuah hewan buruan yang sekarat.
Sasuke merapatkan penyatuan mereka. Membuat Sakura mengerang lebih kencang hingga bahunya gemetaran. Ia sengaja berlaku kasar untuk membuat tanda di dalam tubuh wanitanya.
"Buktikan perasaanmu padaku."
***Sasuke Uchiha berjalan ke salah satu ruang penyimpan berkas karena terusik suara-suara aneh. Kadang-kadang terdengar seperti suara bisikan, atau kadang ada suara tawa yang terdengar samar-samar. Matanya mengintip melalui celah pintu yang tidak tertutup sepenuhnya.
Sasuke biasanya bukan tipe orang yang peduli pada hal-hal sekitar. Namun entah kenapa, di dalam hatinya, ada getaran aneh yang tak bisa ia jelaskan. Seperti perasaan cemas yang seakan menggerogoti, membuat hatinya terasa berat untuk alasan yang tidak ia mengerti.
Ia berjalan perlahan agar suara langkahnya tidak terdengar. Perlahan bayangan-bayangan itu membentuk sosok yang ia kenal. Itu Yamanaka Ino-tunangannya, calon istrinya bersama Sai-Manager team yang baru diangkat bulan ini.
Sasuke mencoba menepis perasaan itu, tidak berpikir buruk hanya merasa aneh melihat keduanya berada di ruangan yang sama dengan suasana seperti ini. Ia menarik napas dalam-dalam, lalu dengan hati-hati menunggu hal yang selanjutnya terjadi.
Kedua orang itu hanya saling bertatapan tanpa mengatakan satu kata pun. Tenggelam dalam keheningan. Namun, detik berikutnya, ia melihatnya. Melihat mereka melakukan hal yang tidak pernah ia pikirkan.Di dalam ruangan itu, Ino dan Sai duduk berdekatan, sangat dekat—terlalu dekat. Tangan Sai terletak di pinggang Ino, tubuh mereka hampir bersentuhan dan Ino-dia tertawa kecil, lalu kedua berciuman.
Sasuke merasakan sesak di dadanya. Ia ingin berteriak dan memukul wajah Sai yang berani menyentuk tunangannya. Tapi tubuhnya terasa kaku. Ia sama sekali tidak bisa bergerak. Ia menyadari jika dirinya tidak lebih dari seorang pengecut. Sasuke tidak berani melawannya karena pria itu adalah Sai-atasannya yang memiliki kuasa untuk menekan statusnya di perusahaan. Ia tidak sanggup jika harus menanggung segala resikonya dan kehilangan pekerjaan.
Tak ada suara yang keluar dari mulutnya. Ia hanya menatap mereka dengan pandangan yang kosong, bingung, dan terluka. Ada perasaan hampa yang tiba-tiba menyelimuti dirinya. Apakah ini yang disebut pengkhianatan? Jika iya, ia tidak pernah tahu bahwa luka bisa terasa begitu dalam.Wajah Ino yang selalu ia cintai kini hanya tampak sebagai bayangan yang samar dan jauh. Rasanya seluruh dunia runtuh dalam sekejap. Semua kenangan yang pernah mereka lalui—semua janji yang pernah diucapkan—hanyalah kebohongan yang terungkap.
"Sasuke..." seketika suara Ino tersekat di tenggorokannya. Ia tidak mendorong mendorong Sai menjauh atau kelihatan gelagapan. Mereka tetap pada posisi yang sama. Namun kali ini Ino menatapnya.
Tapi Sasuke tahu itu bukan tatapan rasa bersalah. Itu adalah tatapan penuh iba.
Mungkin Ino merasa jika dirinya menyedihkan.
Sementara Sai hanya duduk bersandar di sebuah rak dengan tangan yang masih berada di pinggang Ino.
Sasuke merasa dunia ini terlalu kejam, dan ia terlalu lemah untuk menghadapinya. Hatinya yang selama ini berusaha keras untuk terus berjuang, hancur hanya karena satu kenyataan pahit. Ino, wanita yang pernah ia pikir akan menjadi pendamping hidupnya, kini berdiri di hadapannya dengan laki-laki lain yang memeluk pinggangnya."Sasuke, aku... Aku bisa menjelaskan—" Ino mencoba berbicara, tetapi kata-katanya terasa seperti angin yang berhembus sia-sia. "Sebenernya aku ingin menjelaskannya sejak awal, tapi .."
Sasuke sudah tidak mendengarkan. "Apa kau pikir aku ini lelucon?"Ino tidak menjawab, ia hanya membuang pandangannya ke samping untuk memutuskan tatapan mereka.
"Maafkan aku, Sasuke..." gumamnya pelan, hampir tidak terdengar. Tetapi kata-kata itu terdengar tanpa beban. Sasuke merasa Ino sudah menunggu moment ini selama mereka menjalin hubungan. Meninggalkan pria menyedihkan sepertinya dan memulai hidup baru bersama pria lain yang lebih baik. "Batalkan saja pernikahan kita. Aku tidak ingin menikah denganmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost in Affair [SasuSaku]
FanficSakura dan Sasuke terjebak dalam pernikahan atas dasar perjodohan. Sakura merasa jika hati suaminya masih tertuju pada Yamanaka Ino, mantan kekasihnya itu. Sementara Sasuke mengalami trauma yang berat akibat pengkhianatan Ino di masa lalu. Kesalahpa...