0:Prolog

14 3 4
                                    

Author Pov

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Author Pov

Di tengah hamparan padang rumput yang luas, berdiri sebuah panti asuhan sederhana yang dikelilingi keindahan alam, dengan bilah-bilah rumput tinggi bergoyang lembut tertiup angin. Sinar matahari menyaring melalui awan tebal yang menggantung di langit, memberikan cahaya lembut dan redup pada pemandangan. Suara serangga yang berdengung pun terdengar dari dalam semak-semak.

Siluet seorang gadis kecil mengenakan gaun putih selutut, hampir kehilangan kesadaran. Dia tidak tahu berapa lama kakinya dipaksa berdiri tegak dalam upaya putus asa untuk terus bergerak maju. Tanpa mengenakan sepatu, langkahnya melambat, napasnya semakin pendek. Harapannya untuk menyerah saat itu memudar saat dia melihat secercah cahaya tidak jauh dari tempatnya berdiri. Tanpa mengeluh, dia terus maju melewati ladang rumput. Dinginnya kakinya di tanah, angin sepoi-sepoi mengangkat helaian rambutnya.

Di tengah udara yang kian dingin, Dia mendapati dirinya gemetar tak terkendali, tubuhnya menggigil karena hawa dingin yang meresap ke tulang-tulangnya. Dia dapat merasakan kelembaban gaunnya yang compang-camping menempel di kulitnya, membuatnya merasa semakin kedinginan. Di tangannya, Gadis itu menggendong boneka putih dengan bercak-bercak merah menyerupai darah, tetapi dia memeluknya erat-erat, mencari kekuatan. Gadis kecil itu terhuyung ke depan, langkanya goyah karena tenaganya menyusut. Sorot matanya kosong, tanpa percikan pengenalan atau pemahaman apa pun terhadap dunia di sekelilingnya. Dia masih anak-anak, yang merasakan beban dunia menimpanya.

Setiap langkah yang diambilnya merupakan suatu perjuangan, tubuhnya yang rapuh mendambakan pelukan hangat. Dia merasa tersesat dan sendirian, mencari penghiburan dalam pelukan boneka yang dipegangnya erat-erat.

Saat Dia berjalan melewati taman yang remang-remang, dia tak dapat menahan diri untuk tidak memperhatikan cahaya redup di depannya. Saat gadis kecil itu mendekat, dia menyadari itu adalah lampu berkilauan yang sempat dilihatnya tadi, karena penasaran, ia mengikuti arah cahaya itu dan mendapati dirinya berdiri di depan sebuah ayunan kosong yang berayun lembut tertiup angin, suara gesekan antara logam berasal dari sebuah jungkat-jungkit.

Ia kembali menyapu pandangannya ke sekitar, sebuah bangunan besar dengan desain sederhana terpantul di mata indahnya yang bulat dan jernih. Anak kecil itu Menghampiri rumah dengan sisa tenaganya,berupaya meraih undakan tangga disaat lututnya yang melemas, penglihatannya mulai kabur, dan sepertinya dia sudah tidak mampu lagi berpikir jernih, isi kepalanya berputar tak terkendali. Perlahan-lahan tubuhnya jatuh ke belakang, menghantam tanah dengan bunyi yang keras, sebelum kesadarannya terenggut seorang wanita terlihat berlari tergesa-gesa menuju ke arahnya. Bola mata gadis kecil itu melirik ke samping, menyempatkan diri melihat presensi seorang wanita dewasa. Meskipun tampak blur dan pecah, dia tetap menerka. Apakah seseorang akan menyelamatkannya?

Namun, sebelum dia bisa mengetahuinya, kegelapan tiba disekelilingnya.

***

Hai! Gimana, Suka ga sama prolognya?
Jangan lupa komen dan vote di setiap part.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sister's Of The OrhapanageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang