Stray Cat (Srikandi)

62 11 2
                                    

Stray Cat (Srikandi) by Emerald

Namaku Srikandi dan aku menganggap semua orang itu baik alias tidak ada orang jahat. Pun Pak Riga, majikanku yang berwajah galak dan sangat suka memerintahku. Aku tahu, di balik wajah galak dan sikap semena-menanya, Pak Riga adalah laki-laki berhati baik.

Sebab ia selalu sabar mengajariku untuk mengoperasikan komputer, beberapa pelajaran untuk anak kuliahan, dan ia juga selalu menepuk-tepuk kepalaku---aku merasa seperti kucing liar saja---usai aku melaksanakan titahnya meski tanpa senyum di wajah tampannya.

Dan, Pak Riga suka sekali memberiku uang jajan yang banyak serta makanan: katanya untukku, Ibu, dan adikku.

Hingga suatu ketika, laki-laki itu merenggut sesuatu yang teramat berharga dari hidupku.

***

BAB 1

Usai aku membeli rokok atas titah Pak Riga, majikanku─sebetulnya dia bukan majikanku langsung, tetapi sepupu ipar dari majikanku, Bu Laras─laki-laki itu memintaku untuk memijat kakinya. Biasanya ia akan berselonjor di sofa ruang tamu. Jujur saja, aku pasti akan langsung menolak jika saja pintu rumah Bu Laras tertutup rapat. Namun sejak pertama kali Pak Riga memintaku memijat kakinya, pintu selalu dalam keadaan terbuka lebar agar tidak menimbulkan prasangka buruk.

Lagi pula biasanya ada Bu Laksmi, Pak Wali, atau Senja yang berlalu-lalang─kadang-kadang ada Bu Laras dan Pak Raishard juga. Bu Laksmi dan Pak Wali ini adalah suami istri yang bekerja di rumah Bu Laras, sama sepertiku, sedangkan Senja adalah putri Bu Laras yang sekarang sudah duduk di kelas 6─saat pertama kali kami bertemu, ia masih kelas 5. Pak Raishard ini bukan suami Bu Laras, melainkan kakak dari Pak Riga, beliau bekerja sebagai manajer sebuah kafe yang dibangun di separuh halaman depan kediaman Bu Laras.

“Kenapa pijatanmu enak sekali, Srikandi?”

“Sri aja, Pak, kalau Srikandi kepanjangan,” ralatku untuk yang kesekian kali. Pak Riga ini sering sekali memanggilku Srikandi, meski tidak jarang juga menyebutku Sri saja.

Pak Riga hanya menatapku sebelum kembali menengadah dan memejamkan mata menikmati pijatanku. “Hm, saya lebih suka nama Srikandi, lebih enak diucapkan.”

Ada-ada saja.

“Maaf kalau saya boleh tau, kenapa istri dan anak Bapak tidak pernah berkunjung ke sini?”

Masih memejamkan mata, laki-laki tampan itu menjawab, “Mereka lebih senang berkumpul dengan teman-teman atau saudara dari pihak istri saya.”

Aku mengangguk-angguk. “Padahal saya ingin sekali berkenalan dengan istri dan anak Bapak.”

Pak Riga terkekeh. “Kenapa?”

“Ya supaya tambah majikan,” jawabku jujur yang malah membuat Pak Riga tertawa terbahak-bahak sambil memegangi perut ratanya yang sepertinya keras. Ia kemudian menatapku dengan sisa tawanya.

“Kamu serius? Memangnya uang yang kamu terima dari Bu Laras atau dari saya, kurang banyak?”

Pipiku merona. “Bukan begitu, Pak. Hanya saja, tambah majikan berarti bertambah lagi kenalan dan teman saya.”

Pak Riga sudah berhenti tertawa sepenuhnya. Hm, padahal kalau dia tertawa atau tersenyum, wajahnya jadi berjuta kali lipat lebih tampan dari biasanya. Tapi ya sudahlah, suka-suka Pak Riga saja, kan dia yang punya muka.

“Sudah selesai, Sri, terima kasih.”

Aku melepaskan kedua tanganku dari kaki Pak Riga kemudian berdiri. Pak Riga juga berdiri. Ia mengambil dompet dari meja dan mengeluarkan sejumlah uang untuk diberikan kepadaku.

Ditepuk-tepuknya pelan kepalaku. “Di rumah kalau tidak capek, kamu pelajari ulang apa yang udah pernah saya ajarin, jangan sampai lupa bahkan hilang dari kepalamu.”

Aku mengangguk seraya tersenyum dan aku tahu, kedua lesung pipiku terpamerkan. “Terima kasih, Pak.”

Pak Riga hanya melambai seolah mengusirku dan aku pun keluar dari ruang tamu menuju teras. Jika bertemu Bu Laras, aku akan berpamitan kepadanya, tetapi jika beliau sedang sibuk dengan kafe, urusan katering, ataupun urusan penting lainnya, biasanya aku akan berpamitan dengan penghuni rumah lainnya.

Kebetulan yang kutemui di halaman depan adalah Mas Arjuna. Mas Arjuna ini adalah putra dari Bu Laksmi dan Pak Wali, umurnya 16 tahun─5 tahun di bawahku. Meski lebih muda, sikap Mas Arjuna ini lebih dewasa daripada aku.

“Baru pulang sekolah, Mas?”

“Iya, Mbak Sri. Mbak Sri udah mau pulang, ya? Hati-hati di jalan.” Mas Arjuna membuka tas ranselnya kemudian mengeluarkan bungkusan yang diberikannya kepadaku. “Hampir lupa. Ini buat Mirna.”

Aku tersenyum. “Makasih Mas, aku jadi nggak enak karena Mas sering banget kasih makanan sama mainan buat Mirna.”

Mas Arjuna tersenyum. “Nggak apa-apa, biar Mirna seneng. Mari, Mbak Sri.” Mas Arjuna berlalu sambil menuntun sepedanya ke arah garasi, sedangkan aku melanjutkan menuntun sepedaku sendiri menuju gerbang melewati kafe Senja yang ramai pengunjung. Omong-omong, sepedaku ini pemberian Bu Laras, bekas peninggalan putrinya yang sudah meninggal, Mentari namanya. Meski bekas, sepeda ini masih sangat bagus dan terawat. Dan, aku sangat bersyukur karenanya.

Iya, aku sangat bersyukur dan bahagia bisa berada di sekeliling orang-orang baik seperti mereka.

***


PDF READY 15K
atau bisa order di KaryaKarsa #putripermatasari916 seharga 150 koin

WA 0877-6528-6021

Makasih 🥰

Emerald, Jumat, 1 November 2024, 08.13 wib.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jadi ISTRI Majikan by EmeraldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang