Impian

25 7 1
                                    

"Apa Keinginanmu?"
࿇࿇࿇


"Andai saja Negara ini bisa merdeka. padahal kita bisa saja melakukan itu, tapi karena keegoisan mereka, kita terpaksa harus mengikuti kemauan orang-orang asing itu," Gumamnya, ia tersenyum sinis menatap jalanan yang sekarang tak ada satu orang pun yang mau lewat disana. Ia adalah seorang pengemis didaerah itu, dan saat ini diluar hujan sangatlah deras, maka terpaksalah ia duduk di kursi disalah satu warung disana. Seorang anak kecil disampingnya mendengar perkataan tersebut  terdiam tak menjawab.

......

Dua orang anak laki-laki sedang duduk di sebuah Lapangan luas yang ada banyak rerumputan dibawanya. "Apa cita-cita kamu?," Tanyanya. Respon dari anak yang ditanya Hanya tersenyum simpul, ia tersenyum akan tetapi matanya tak bisa membohongi, mata tersebut memancarkan kesedihan mendalam.

"Tidak, aku tidak punya cita-cita," jawab anak tersebut. Ia memandang keatas langit sana yang begitu indah. Bibirnya bergetar, rasa-rasanya ia akan menangis.

Dia hanyalah anak dari keluarga miskin, mana bisa punya cita-cita yang tinggi seperti temannya ini.  Apalagi akibat sistem yang tak pantas ini, kebanyakan warga pribumi tidak sekolah, sekolah hanya untuk yang kaya ataupun khusus Anak laki-laki, Disini Perempuan kebanyakan tidak sekolah.

"Aku ingin melanjutkan sekolah lagi...," Gumam anak itu, perkataannya hampir tak terdengar. Matanya terasa panas.

....

"Kenapa?!" Teriak anak perempuan itu, sejak tadi ia sudah bertengkar dengan ibunya karena suatu masalah. Ia menyilangkan kedua tangannya pada dada, ia benar-benar kesal.

"Anak perempuan tidak perlu sekolah! Lagi pula kalau kamu sekolah ujung-ujungnya cuma ke dapur juga. Jadi tidak usah meminta keinginan kamu itu dikabulkan. Kita juga bukan dari keluarga kaya, tidak bisa menyekolahkan kamu. Jadi berhentilah merengek! Dan bantu Ibumu ini, Pekerjaan ku sudah banyak!," Ia sedang memasak Makan untuk Siang ini, akan tetapi karena putrinya ini selalu ingin sekolah. Selalu saja mengutarakan keinginannya itu.

Anak tersebut menahan nafas, jawaban ini selalu dilontarkan disaat ada seorang Anak perempuan di kampungnya ingin sekolah. Di situ kasta seorang Perempuan sangatlah rendah, bahkan hanya untuk sekolah saja mereka tidak boleh.

Jawaban tersebut membuat ia sakit hati, apa salahnya seorang Perempuan sekolah? Lagi pula katanya semua derajat Manusia sama 'dimatanya', kenapa masih dibeda-bedakan?

.....

"Nona, anda dermawan sekali ya?," Kata seorang Bia, dia berbicara dengan Nonanya. Nonanya sedang memberikan Sedekah berupa makanan disebuah desa nan jauh dari kota-kota.

Nona tersebut tersenyum, pujian biasa yang sering ia dengar. Mereka berdua mengenai sebuah jubah hitam yang cukup panjang, maka wajah dari keduanya tak terlihat. Orang-orang yang mendapat sedekah tak masalah terhadap itu, setidaknya mereka dapat.

"Aku, Aku berharap saat Aku dilantik nanti bisa tetap membantu rakyat kita yang miskin ini," Nona tersebut melihat keramaian didepannya semakin berkurang dan berkurang, semua orang sudah kebagian jatahnya masing-masing.

Ia lalu terdiam, apa benar dengan cara seperti ini ia lebih mudah mengenal rakyatnya?.

࿇࿇࿇

Pembukaan Bab Orientasi

MASALAH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang