1 minggu lama nya Jerry memutuskan untuk menemani Alora dirumah sakit, sesekali Jevran dan adik adiknya yang lain kerumah sakit mengunjunginya. Itu semua membuat senyuman Alora kembali, namun tidak adanya Albern terkadang membuat Alora murung.
Malam ini yang menjaga Alora adalah Jerry, Jack, Stevano, dan Samuel. Semuanya sudah tertidur apalagi Jerry yang setia tidur disamping ranjang Alora. Alora merasa bosan dan tidak bisa tidur, ia pun perlahan turun dan memutuskan untuk keluar sebentar sembari menghirup udara segar.
Saat keluar Alora pun tersenyum merasa lega.
"Hahhhhhh apa kamu juga merasakan kesegaran luar ruangan sayang..." ucap Alora mengelus perut buncit nya, tiba tiba perutnya pun bergerak membuat Alora tersenyum bahagia."Awh sayang.. apa kamu juga tidak tidur didalam sana? Hm.. bosen yaa dikamar teruss.. temenin mama jalan jalan yaa.. mama janji bentar aja okey setelah itu kita kembali kepada uncle Jerry"
Alora pun mulai melangkahkan kaki nya berjalan mengelilingi rumah sakit, namun mata nya tak sengaja menatap seorang pria dengan sebotol alkohol ditangannya. Alora merasa iba, ia pun mendekati pria itu dan menemani nya.
"Em.. permisi" ucap Alora dengan hati hati. Pria itu masih menunduk tak menjawab ucapan Alora, dengan berani hati Alora pun duduk disebelah pria itu.
"Kau.. ibu hamil, kenapa malah keluar malam malam. Itu tidak baik" ucap pria itu masih menunduk.
"Saya hanya berjalan sebentar, bosen di kamar. Anda sendiri?"
"Saya hanya ingin menjenguk adik saya yang juga dirawat disini"
"Ah begitu kah.. kenapa anda malah diluar dan minum? Adik anda butuh teman untuk ditemani.. biarpun ada orang lain, tapi saya yakin dia menunggu kedatangan anda"
"Saya tidak di izinkan masuk oleh penjaga yang lain"
"Kenapa sekejam itu? Dia adik anda, harusnya mereka mengerti itu. Egois sekali"
"Karna saya yang menghamili adik saya" ucapan pria itu membuat Alora terkejut. Namun ia berusaha membuang pikiran negatifnya itu.
"Tapi saya menghamili bukan karna apa, itu terjadi karna saya tidak tau bahwa dia adik saya" sambung pria itu, lagi lagi Alora terkejut dan bertanya.
"Kak Albern?" Pria itu terkejut dan melengah. Ia pun sama terkejut nya dengan Alora, tatapan mereka bertemu seakan rindu yang mendalam pada diri mereka.
"Alora.." ucap Albern seketika meneteskan air matanya, Alora tak bisa menahan air matanya ia pun menangis membuat Albern tak tega dan langsung memeluknya dengan erat. Alora membiarkan abang nya itu memeluk dirinya dan mengelus pundak Alora dengan lembut.
"Sssttt abang disini sayang... menangislah.." Albern pun berusaha menenangkan Alora sampai akhirnya Alora pun tenang dipelukan Albern.
"Sudah lebih baik?" Tanya Albern menatap lembut kepada Alora, Alora pun mengangguk dan tersenyum manis kepada Albern.
"Kenapa diluar sayang.. hm, gakbaik loh buat kamu.." ucap Albern mengelus pipi Alora dengan lembut.
"Aawwhh" ringis Alora menatap perutnya.
"Eh kenapa sayang?? Ada yang sakit?? Kita kedalam yuk.." ajak Albern menggenggam erat tangan Alora.
"Ehehe enggak kok, bayi nya nendang hehe.. mungkin kangen papa nya.." ucap Alora tersenyum bahagia.
"Em.. boleh aku sentuh?" Tanya Albern ragu. Alora langsung mengangguk memberi jawaban.
"Hai cantik... apa kabarmu sayang?? Baik baik diperut mama yaa.. jangan nakal nakal.. sayang, bolehkan aku memberinya nama??" ucap Albern mengelus dan mengecup perut Alora. Entah kenapa rasanya nyaman dan bayi nya pun sudah tenang membuat Alora meneteskan air mata nya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Alora & Who? ✔
Teen Fiction"Kita ga seharusnya mempunyai hubungan ini kak.. ini salah.." "Aku tau Alora.. aku tau ini salah.. tapi aku ga akan lepasin kamu gitu aja.. rasa cinta aku melebihi semuanya Alora.. hargai aku.." "Kak hubungan ini akan menjadi racun buat masa depan k...