Bab 1

1.5K 32 2
                                    

1. Temu pertama.

Suara tangisan yang semula meraung di dalam ruangan kini telah tiada di gantikan oleh senyapnya malam. Bahkan masing-masing dari manusia tersebut mampu mendengar degup jantung masing-masing.

"Kalau Tika sudah setuju, bisa kok ikut kita malam ini" Ucap —Giana.

"Iya tante, aku setuju" Ucap Tika menunduk lesuh.

Hari ini adalah hari paling menyedihkan di hidup gadis yang bernama —Tika Syarbita itu. Hari ini ia resmi menjadi yatim piatu yang di tinggal oleh kedua orang tuanya dalam waktu bersamaan.

Orang tua Tika terlibat kecelakaan yang mengakibatkan nyawa mereka melayang. Tangis Tika tak dapat di bendung kala itu, ia bahkan jatuh pingsan melihat jasad kedua orang tuanya yang terbujur kaku.

Dan sore tadi kedua orang tuanya telah di kebumikan bersanding dekat makam Eyang dan Kakek Tika.

"Ya udah Levi, Bantu Tika masukin kopernya ke mobil sayang" Ucap Gianai keoada si bungsu.

"Iya Mah" Jawab —Pahlevi Wade.

Rencananya Tika akan tinggal bersama keluarga Wade, salah satu sahabat karib almarhum orang tuanya. Tika cukup akrab dengan Giani dan sang putra bungsunya-Levi.

Dari cerita orang tua Tika, Giani adalah seorang single parent yang memiliki dua putra. Wanita setengah baya itu menjadi janda sejak sepuluh tahun silam setelah suaminya meninggal dunia.

Tak jarang Giani datang bersilaturahmi ke rumah Tika walau mereka berbeda kota. Namun, sudah beberapa kali Giani datang ke rumahnya tapi tak sekali pun Tika melihat anak sulung Giani.

Setahu Tika anak sulung Giani sibuk menjalankan perusahaan almarhum sang ayah. Mungkin karena itu ia tak sempat bertandang ke rumah Tika.

"Makasih, Mas" Ucap Tika kepada Levi.

"Iya sama-sama" Balas Lelaki itu tersenyum.

Kini mereka bertiga telah berada di dalam mobil yang akan menuju rumah keluarga Wade tersebut. Tak di pungkiri rumah yang dulunya menjadi tempat bernaung untuk Tika kini harus ia tinggalkan.

Kalau kalian bertanya mengapa Tika harus meninggalkan rumah yang penuh kenangan itu. Jawabannya, Karena rumah itu kini menjadi rebutan oleh keluarga mendiang orangtua nya.

Tanah itu adalah milik Kakek dari Ayah Tika, sedangkan Rumah nya di bangun dari hasil tabungan sang Mamah yang bekerja sebagai MUA.

Sebab itu juga Giani memboyong Tika ke rumahnya. Ia sudah menganggap Tika seperti anaknya sendiri.

"Makasih ya Tante, Udah mau nampung aku".

"Shhut!, Jangan Makasih mulu ah!, Mulai sekarang kamu manggil saya Mamah Gia ya? Soalnya dari dulu saya kepingin Anak perempuan!" Ucap Giani penuh excited.

Tika terkekeh "Iya Mah" Balasnya.

Walaupun rasanya berat memanggil orang lain dengan sebutan "Mamah", namun Tika tetap melakukannya. Ia seperti melihat sosok Mamahnya dalam diri Giani.

"Duh senengnya punya anak perempuan, Levi sih Mamah suruh nikah gak mau".

"Bukan gak mau Mah, belum nemu calon yang tepat takutnya kayak mas Abim, Cerai gimana coba?" Ucap Levi.

Bugh.

"Awhh!, Mamah sakit!" Tegur Levi akibat pukulan sang Mamah di lengannya.

"Ya kamu itu kalau ngomong gak di kontrol, Kalau Mas mu dengar gimana?" Tanya Giani.

"Ya biarin, Kan emang bener".

Giani hanya mampu memijat pelipisnya mendengar jawaban Pahlevi. Sedangkan Tika di belakang hanya diam mendengarkan.

Mr. WadeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang