Onyx

153 13 5
                                    

– Onyx ; Chapter 4

.

.

Pair: SasuHina, GaaHina, SasuSaku.

.

.

Kejadian itu sangat awkward.. Hinata bergumam di sepanjang jalan. Musuh terbesarnya malah memintanya memilihkan susu? Tidak masuk akal. Hinata tidak mengerti jalan pikiran Uchiha itu.

Apakah Uchiha itu ada niat lain untuk menjebaknya? Ia tak akan pernah tahu kedepannya bagaimana.

Uchiha benar-benar aneh, sungutnya pada angin.

Hinata bertanya-tanya apa yang terjadi saat usianya belum menginjak 13 tahun, apa yang dilalui Hinata kecil sehingga menjadi begitu dibenci oleh Sasuke. Hinata tak mampu mengingat apapun, Ah jika saja ia bisa menemui orang tuanya walau sepuluh menit hal pertama yang akan Hinata tanya adalah hal menjengkelkan ini. Yang membuatnya jadi musuh segelintir siswa di sekolahnya.

Dering ponsel terdengar nyaring dari sakunya, Hinata tersadar dari renangnya ditengah-tengah ombak kebingungan. Menggeleng pelan kemudian ia menghela nafas panjang.

Tertera nama 'Hanabi' di layar ponselnya, ia tersenyum simpul.

"Halo?" Sapa Hinata.

"Halo?!" Suara ini.. bukan suara Hanabi. Suara seorang pria dewasa yang terdengar panik.

Dahi Hinata berkerut, jantungnya mulai berpacu kencang. "Halo, ini siapa? Dimana adik saya?" Tanya Hinata tak sabar.

"Maaf adikmu kecelakaan, tolong datang di Rumah Sakit K." Jelas seseorang itu dari sana, kalimat itu cukup untuk membuat Hinata terkesiap. Bagai petir di siang hari, bagai pisau tajam yang menusuk tepat di jantungnya. Irisnya terbelalak hebat, Hanabi.. adalah keluarganya yang paling ia sayangi. Ia tak ingin kehilangan apapun lagi.

Sudah cukup Semesta mengambil segalanya dari Hinata, asal jangan adiknya!

Hinata tak peduli lagi tentang barang belanjaanya, ia meninggalkan strolinya disana. Berlari kencang menuju lobi.

Hinata menggigit bibir bawahnya, ia lupa tidak membawa kendaraan hari ini. "Ya Tuhan." Hanabi.. Hanabi.. sekelebat memori terlintas di pikirannya, ibunya.

"Hinata... jagalah Hanabi." Paras cantik ibu nampak begitu damai, iris amethystnya tak melihat ke arahku, tapi ke arah sesuatu yang sedang ia rajut.

Sedetik setelahnya Amethyst itu menatapku penuh kelembutan, kasih sayang, ibu.

Aku menoleh melihat bayi kecil yang sedang bermain dengan mainan-mainan kecilnya. Tersenyum senang, pipinya merah, ia tertawa melihatku. Itulah Hanabi.. Hanabi ku...

Ia berlarian menuju ke jalan besar, harap-harap dapat menemukan taksi atau apapun itu. Matanya sudah berlinang air mata, siap terjun deras kapanpun.

"Taksi!! Tolong!" Di tengah megahnya jalan, ia berteriak. Semua mata melihatnya, Hinata tak peduli. Ia hanya butuh taksi, atau apapun! Ia mulai menintikkan air mata, perasaan khawatir tak dapat ia bendung lagi.

Sebuah mobil mewah berhenti tepat di depannya, kaca mobil terbuka. Dan --
"Hyuuga." Bariton khas itu terdengar, ia mengenal suara ini. Uchiha Sasuke.

Didalam mobil mewahnya, menatap Hinata dengan sesuatu yang sulit dijelaskan. Air mata itu berhasil terjun bebas, Hinata bilang ia benar-benar sudah tidak peduli lagi.

"U-uchiha-san kumohon! A-aku harus, harus s-sekali ke rumah sakit K!" Di tengah isak tangisnya Hinata mencoba menjelaskan walau kata demi kata tidak terartikulasi dengan baik.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 03 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang