– Manik Rembulan ; Chapter 2
.
.
⚠️ Pair: sasuhina, Slight: Sasusaku, Naruhina, Gaahina.
.
.
Sejak kejadian pulang sekolah kemarin, selama 3 hari belakangan ini hinata tak berani menampakkan diri saat ada sasuke. Contohnya saja Saat hinata dan ino ingin melewati koridor setelah dari kantin. Hinata melihat sasuke yang sedang berbicara dengan Gaara di koridor, hal itu membuat hinata memutar balikkan badannya dan mengajak ino untuk kembali ke kantin dengan alasan ia harus membeli minum.
Saat ingin ke toilet, hinata tak sengaja melihat sasuke lalu ia memutar balikkan badannya dan mengurungkan niatnya untuk buang air kecil.
Bahkan saat hinata melihat sasuke di kantin gadis itu lebih memilih diam di kelas dan tidak makan sampai jam pulang sekolah tiba.
Mungkin satu-satunya tempat hinata bisa menampakkan diri saat ada sasuke itu di kelas, mereka satu kelas dan mustahil bagi hinata jika ia tak melihat sasuke. Meskipun hinata tak pernah melirik sasuke ia yakin pemuda itu selalu melemparkan tatapan penuh benci padanya.
Dan hinata masih saja bertanya-tanya. Siapa yang membunuh siapa?
Ia sudah mengorek informasi tentang sasuke namun sepertinya sasuke adalah laki-laki yang cukup penutup, hanya informasi biasa yang hinata dapat temukan.
Uchiha Sasuke. umur tujuh belas tahun, sekolah di SMA KONOHAGAKURE, ayahnya pemilik perusahaan yang sukses dan maju, perusahaan milik uchiha menjalin kerja sama dengan haruno.
Oh ayolah hinata tidak dapat berfikir jika tak menemukan informasi yang berkaitan dengan pembunuhan keluarga uchiha. Keluarga sasuke.. lengkap kan?
"Hinata?" Panggil ino. Akhir-akhir ini hinata banyak terdiam, semenjak hari kedua hinata sekolah. Ia tampak tidak ada semangat seperti di hari pertama dan itu membuat ino sedikit khawatir.
Terlebih 2 hari yang lalu..
"Hinata! Ada apa dengan wajahmu?!" Ino menangkup kedua pipi hinata, ia terlihat panik saat melihat wajah hinata yang seperti mayat hidup, dengan keadaan kedua mata sembab seperti habis menangis menghasilkan 2 galon air mata, pipinya yang gembul semakin membesar layaknya bengkak.
"Tidak apa-apa ino.." hinata tersenyum tipis melihat reaksi lucu (bagi hinata) ino.
"Apa kau menangis hah?" Tanya ino penuh intimidasi.
"Tidak."
"Kau payah soal berbohong hinata." Ino memicingkan matanya, sejak awal hinata memang tak pandai berbohong. Semua terlihat jelas dikedua manik rembulannya, memancarkan fakta.
Hinata memang tidak mengaku soal itu, ia juga tak cerita apa-apa pada ino. Tapi ino tahu ada sesuatu yang tak beres terjadi pada teman barunya ini.
Ino menghela nafas. Hinata memang keras kepala, mudah di tebak, tak pandai berbohong, sedikit lugu, dia akan merona jika seseorang menggodanya. Ino sendiri adalah pengamat orang orang di sekitarnya, walau baru berteman selama empat hari, ino sudah tahu segala informasi tentang hinata.
Ino-chan memang hebat!
"Kau bisa cerita padaku jika sesuatu yang buruk terjadi, aku temanmu kau ingat?" Omel ino membuat hinata tersenyum simpul.
Hei.. jangan tersenyum saat matamu memancarkan rasa sedih. Wajah ino berubah murung, ia sangat penasaran apa yang terjadi pada hinata hingga ia terus-terusan bengong akhir-akhir ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Revenge
Hayran KurguUntuk apa sasuke berhenti melakukan hal ini jika hinata tak bisa mengembalikan nyawa ibunya? Apa dengan berhenti menyiksa gadis sialan ini akan membuat ibunya bernafas kembali? Atau dengan membebaskannya, dengan begitu ibunya akan bangkit dari kubur...