4. Datang terlambat

13 1 0
                                    

"Ngga ada orang yang ngga beruntung, mereka cuman belum ketemu sama keberuntungannya."
- Razqa Bardja Almaheru -

Halo, sebelumnya saya minta maaf bilamana penulisan saya masih ada yang salah dan keliru🙏🏻.

Happy reading!
Semoga suka ya, pren!

Seperti malam-malam sebelumnya, Bardja akan pergi untuk mengamen di Malioboro. Laki-laki dengan Hoodie, dan gitarnya itu tampak duduk saat selesai menyanyikan sebuah lagu, keringat mengucur deras di pelipisnya, akan tetapi laki-laki itu tetap selalu tersenyum. Baginya, senyum itu adalah keharusan. Tidak harus bahagia lalu tersenyum, namun dari tersenyum bisa membuat bahagia.

Ketika merasa malam ini sudah cukup, dan jam juga sudah menunjukkan pukul 12 malam, ia bersiap untuk pulang. Bardja pun berjalan untuk menghampiri Ganteng alias galak tampi anteng, nama motor ninja kesayangannya.

Namun, belum sampai ke sana tiba-tiba saja seseorang menubruk tubuhnya dari arah depan membuat Bardja kaget, dan sontak melihat ke orang di depannya.

Bardja langsung menatap aneh orang itu, bibirnya terasa kelu untuk berbicara. Bukan hanya dirinya yang terkejut, melainkan orang di depannya pun juga tak sama terkejutnya. Mereka berdua hanya terdiam, mencoba mencerna semuanya.

"Lo? Siapa?" itulah ucapan yang pertama Bardja lontarkan.

***

Tinnn ... Tinnn ... Tinnn ...

Suara klakson terdengar nyaring, membuat Calista menoleh, dan ingin tau siapa pembuat kebisingan itu.

Saat menoleh, Calista melihat ada Bardja yang sedang tersenyum, membuatnya menghela nafas lelah.

"Berisik," ucap Calista, kemudian dia kembali celingak-celinguk melihat ke arah dalam sekolah.

Mereka berdua datang terlambat. Gerbang sekolah sudah ditutup oleh satpam, dan sayangnya Calista hanya terlambat dua menit untuk bisa masuk.

"Pak, saya cuman terlambat dua menit, loh. Ga lebih, ga kurang," mohon Calista, pada seorang satpam laki-laki yang terlihat seperti berumur 40 tahunan. Namanya bapak Rahman.

"Lah bisa ngelawak dia." Bardja tertawa pelan melihat Calista yang baru saja memohon kepada bapak satpam di depannya.

"Yaampun, Dek. Kalau udah terlambat mah itu udah lebih. Adek mending pulang, terus panggil orang tuanya menghadap ke sekolah." Pak Rahman memberi arahan.

Mendengar bahwa ia harus membawa orang tuanya lebih dulu, wajah Calista berubah muram.

"Makanya jangan telat," sahut Bardja. Membuat Pak Rahman melirik ke arahnya.

"Situ juga telat, 'kan?" tanya Pak Rahman.

"Ngga Pak, ini lagi mau nangkap ikan cupang," ucap Bardja, Pak Rahman dibuat kebingungan.

"Yaaa ... nggak, lah Pak. Mau sekolah ini, ga liat apa saya udah ganteng dan rapi gini?" lanjut Bardja kemudian.

"Telat juga berarti, panggil orang tua kamu juga ke sekolah. Baru boleh masuk." Pak Rahman kemudian mengambil sesuatu dari kantong bajunya, seperti sebuah buku catatan kecil, dan sebuah pena yang memang selalu ia bawa.

"Nama kalian siapa? Saya mau catat." tanya Pak Rahmah, kepada Calista dan Bardja.

"Pak, ini beneran ga bisa masuk? Kali ini aja pak, bolehin saya masuk." Calista kembali memohon. Setiap hari Calista malahan selalu datang pagi, tetapi karena kelelahan ia jadi bangun kesiangan.

Payung untuk Calista Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang