Kaki jenjang meliuk menampilkan keindahan. Tangan lentik selembut mawar terayun hingga mengembuskan angin sejuk beraromakan kecantikan. Angsa-angsa kecil mengikuti irama, berputar mengelilingi keterpampilan tari sang gadis anggun jelita.
Kirana, gadis kecil dengan julukan Peri Angsa. Bertahun-tahun menyembunyikan bakatnya, lebih tepatnya berhenti oleh kisah yang tak bisa dipungkirinya. Ia terperosok oleh ketergantungan, lalu hidup oleh tinta tak berwujud.
“Alan, aku bisa!” Ia berseru setelah mengakhiri tarian balletnya.
Sungguh menawan, Alan dibuat tak berkedip oleh pemandangan yang ia buat sendiri. Bagaimana Kirana bisa cantik dua kali lipat setelah mengenakan gaun ballerina? Bahkan rambutnya ikut tertata layaknya Putri istana.
“Alan!” Seruannya kembali menggema, tetapi dengan wajah heran.
Si hantu tampan mengerjapkan mata, ia menertawakan dirinya sendiri. “Maafkan aku, Gadis Cantik. Penampilanmu sangat luar biasa, aku sampai tidak berkedip hanya untuk melihatmu. Bagaimana … bagaimana bisa kamu menyia-nyiakan keahlian ini, Sayang? Terlalu mubazir.”
Apakah Kirana diserang sengatan arus listrik? Dia biasa saja dikatakan ‘Gadis Cantik’ tetapi ketika Alan memanggil ‘Sayang’? Apakah hantu itu tak pernah berpikir jika dia terlalu lembut dan tulus ketika mengatakannya? Sesaat saja Kirana dibuat lupa diri kalau tidak segera menyadarinya.
“O, apa maksud kamu? Aku emang berbakat dari dulu.” Kirana bingung mesti menjawab apa, ia bahkan tak dapat menutup semu merah di wajahnya.
Sudut bibir Alan terangkat, ia mengambil beberapa langkah lebih dekat.
“Kalau begitu, kembalilah seperti dulu! Aku yakin, masih banyak yang menantikan kehadiranmu. Gadis Cantik, Fairyland tidak ramai semenjak kamu menghilang.”
Sejemang Kirana termenung. Antara mata Kirana dan Alan saling mengadu, entah mengapa detak jantung Kirana agak melambat, lalu sesak, dia sudah lama tidak mendengar nama tersebut. Asrama Seni Indonesia Fairyland.
“Kamu tau tempat itu juga?” Keningnya mengerut.
“Aku bahkan pernah mengunjunginya. Aku suka berkelana, hampir semua tempat di sini aku kunjungi. Lagi pula siapa yang tidak mengenal Fairyland? Asrama seni yang didirikan oleh seorang pria dari Iltalia yang menikah dengan gadis Indonesia. Unggulannya adalah kesenian tari terutama tari Ballet. Bahkan Fairyland berhasil menarik banyak donatur konglemerat dan dermawan. Bekerjasama dengan asrama-asrama seni dari bebeberapa negara besar. Luar biasa! Aku sangat kagum sampai menteskan air mata.”
Alan tertawa, matanya menangis, hatinya? Dia yang lebih tahu soal perasaan sendiri.
“Kamu bahkan lebih tau banyak hal daripada aku. Tapi, Alan, emangnya aku bisa balik ke sana?”
“Kalau kamu mau.”
“Untuk sekarang belum ada perasaan mau ke sana, tapi aku seneng bisa cobain gimana rasanya jadi Ballerina lagi. Kayaknya begini aja udah cukup, kalo aku mau jadi Ballerina tinggal minta kamu buat ke sini,” tuturnya sembari mengangguk-angguk kecil.
Tampak Alan menarik napas dalam. Ia menggaruk alis tebalnya, lalu berjalan mondar-mandir sambil memegang ujung dagu.
“Begini, aku adalah hantu.” Alan menunjuk diri sendiri.
“Iya, tau, kok. Kamu sering bilang.”
“Maka dari itu, aku adalah hantu. Kapan pun aku bisa menghilang, aku bisa pergi dan muncul sesukaku. Aku tidak bisa selalu di sini, aku juga sudah mengatakan, kekuatan yang aku pakai terbatas, kamu harus mengandalkan diri sendiri di masa depan.”
KAMU SEDANG MEMBACA
BALLERINA
FantasySemua orang punya mimpi, termasuk gadis bernama Kirana ini. Sayangnya mimpi itu harus pupus karena terbangun oleh kenyataan, sebuah kecelakaan di usianya yang ke-10 merenggut nyawa sang ibu dan melumpuhkan kedua kaki yang dulu tampak indah sebagai p...