~(Flashback)~
Saat semua orang mengetahui rencana busuk Carabella yang ingin membunuh saudara nya Calandra karena kedengkian, Carabella saat ini sedang di ambang penurunan takhta, mahkota yang dulunya dipuja kini menjadi beban, simbol dari ambisi yang mengubahnya dari pewaris sah menjadi sosok yang dicemooh. Carabella tahu bahwa takhta yang diimpikannya takkan lagi menjadi miliknya, dan dalam keramaian yang semakin dekat, ia merasakan seluruh dunia runtuh di sekelilingnya. Dan esok dia akan menghadapi konsekuensi atas perbuatannya selama ini.
~Keesokan harinya~
Hujan deras mengguyur Istana Glade Feylight, seakan langit turut merasakan ketegangan yang menyelimuti seluruh kerajaan. Di tengah hamparan yang luas namun kelam, Carabella terjebak dalam bayang-bayang kegelapan, terkurung dalam penyesalan yang tak berujung. Suara riuh kerumunan di luar menjadikannya semakin merinding, gemuruh petir seakan menyuarakan keputusasaannya.
Raja Felix Elios berdiri di depan pintu, wajahnya dihiasi kemarahan yang terpancar dari setiap sudut wajahnya.
Raja Felix: Carabella! Kau telah melanggar semua nilai-nilai keluarga! Kau berani mengancam nyawa adikmu sendiri?"
Carabella mengerutkan kening, hatinya terasa semakin hancur. Di saat itu, ia melihat sosok seseorang di balik kerumunan. Harapannya untuk diselamatkan perlahan memudar saat mengenali siapa sosok itu, ialah adik tirinya, Calandra, yang menatapnya dengan sorot mata penuh iba. Calandra yang selama ini membuatnya merasa terpinggirkan dalam balutan gaun putih bersih, seolah tidak pernah terpengaruh oleh tuduhan yang dilayangkan padanya.
Carabella menatap ayahnya dengan mata penuh kebencian dan penyesalan. Ia tidak ingin ini terjadi. Semua rasa sakit yang ia rasakan berawal dari kehadiran Calandra, yang dianggap sebagai penyelamat, namun di matanya, adalah kutukan.
Raja Felix yang berdiri di sebelah samping Calandra menghela napas, menatap Carabella tanpa sepatah kata. Rasa dingin dari tatapan ayahnya itu membuat jantung Carabella berdebar kencang. Dalam hati, ia mengutuk nasibnya yang membawa kesialan, membuatnya kehilangan ibu dan terasing di istana tempat seharusnya ia dilindungi.
Raja Felix: "Calandra, jangan berbelas kasihan pada seseorang yang tak memiliki hak atas tahta ini. Ia hanya sebatas bayangan di balik cahayamu."
Kata-kata itu menusuk hati Carabella lebih dalam dari sembilu mana pun. Air matanya mengalir, tetapi ia menegakkan kepala, menatap ayahnya dan adiknya, menahan segala rasa sakit.
Carabella: "Apakah ini akhir untukku, Ayah? Apakah seluruh darah dan rasa cinta yang kuberikan untuk Glade Feylight ini tak berarti apa-apa?"
Carabella: "Aku hanya ingin menegakkan keadilan, Ayah! Calandra bukanlah putri ayah satu-satunya, aku juga putri ayah! Ia merebut segalanya dari ku cinta, perhatian, dan hakku!"
Raja Felix: "Diam! Kau tak punya hak untuk membicarakan keluarga ini dengan cara seperti itu! Kau telah menyakiti orang yang paling ku cintai. Kecelakaan yang kau buat itu tak bisa dimaafkan!"
Dari balik kerumunan, teriakan rakyat menggema. "Hukum dia! Hukum mati Ratu Iblis yang membawa bencana itu!"
Suara-suara itu semakin memekakkan telinga, membuat Carabella merasakan guncangan yang lebih besar dalam dirinya. Ia teringat pada wajah Calandra yang ceria, yang selalu mampu mendapatkan perhatian ayahnya mendapatkan segalanya dengan mudah tanpa susah payah, berbeda dengan Carabella yang selalu berusaha terlihat pintar dan bijak didepan ayah nya, namun ayahnya masih mengabaikan nya.
Calandra: "Ayah, aku berharap hukuman untuk kakak tidak terlalu berat. Mungkin dia hanya dalam pengaruh emosi. Kita semua tahu bagaimana situasi ini bisa mempengaruhi pikiran seseorang."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Dark Queen Reborn
FantasyDi kerajaan mistis Glade Feylight yang terkenal akan kecantikan dan kedamaiannya, dua putri terikat dalam takdir yang kelam. Carabella Empress, sang pewaris sah, selalu merasa tersisih oleh adik tirinya, Calandra, yang mewarisi kekuatan luar biasa...