Di tengah Dimensi Aethir yang penuh warna dan misteri, Ayla berdiri bersama Kael, menyaksikan sekelompok penjaga berkumpul untuk bersiap menghadapi ancaman yang semakin nyata. Kehadiran Dalion, penyihir kegelapan, telah mengguncang kedamaian dunia ini. Ayla merasakan suasana tegang yang melingkupi setiap penjuru, seolah seluruh Aethir sedang menahan napas.
“Kael, kita harus segera bertindak,” ujar salah satu penjaga, seorang pria bertubuh tegap dengan mata yang menyala penuh keyakinan.
Kael mengangguk, lalu menoleh ke Ayla. “Kamu mungkin akan menghadapi hal-hal yang menakutkan, Ayla. Dunia ini tidak lagi aman bagi kita berdua.”
Ayla menatap Kael, mencoba menahan perasaan takut yang menyelusup di hatinya. “Aku sudah memutuskan untuk membantumu, Kael. Aku tahu ada sesuatu dalam diriku yang bisa membantu kita melawan Dalion. Aku ingin mengerti kekuatanku, dan jika bisa, aku ingin melindungi dunia ini… dan juga dirimu.”
Tatapan Kael melunak. Sejak pertemuan pertama mereka di hutan Everia, ia merasakan ada hubungan kuat yang mengikat mereka. Sebuah ikatan tak kasat mata yang melampaui waktu dan ruang. Kael tahu, Ayla bukan gadis biasa. Darah Eleanor mengalir dalam dirinya, dan mungkin, dialah kunci dari semua ini.
“Jika kamu siap, aku akan membawamu ke Menara Aetherium,” ucap Kael. “Di sana, para Penjaga Cahaya akan membantumu menemukan kekuatanmu.”
Ayla mengangguk, tekadnya semakin kuat. Mereka berjalan beriringan menuju Menara Aetherium, yang tampak megah dan bercahaya dari kejauhan, seolah-olah menara itu memanggilnya. Sepanjang perjalanan, Ayla merasakan hawa hangat yang melingkupi dirinya, meski ada bayangan kegelapan di sekitar mereka.
Saat tiba di Menara Aetherium, mereka disambut oleh seorang wanita tua berambut perak yang memancarkan aura bijaksana. Matanya yang cerah seolah dapat melihat ke dalam jiwa Ayla.
“Kau pasti Ayla, pewaris Eleanor,” sapa wanita itu sambil tersenyum hangat. “Namaku Elara, dan aku adalah salah satu dari Penjaga Cahaya.”
Ayla membalas senyumnya, namun ada keraguan dalam hatinya. “Elara, aku… aku belum tahu apakah aku benar-benar bisa membantu. Aku bahkan belum memahami apa yang sebenarnya bisa kulakukan.”
Elara mengangguk penuh pengertian. “Kekuatanmu ada di dalam hatimu, Ayla. Ini bukan hanya tentang sihir atau mantra, tapi tentang keberanian dan ketulusan yang ada dalam dirimu. Kau perlu mempercayai dirimu sendiri.”
Elara membimbing Ayla memasuki sebuah ruangan luas di puncak menara. Di sana terdapat lingkaran simbol-simbol kuno yang berkilauan di lantai, membentuk pola rumit yang seakan memancarkan energi. Elara mengisyaratkan Ayla untuk berdiri di tengah lingkaran itu, sementara Kael dan penjaga lainnya mengelilinginya dengan penuh kehormatan.
“Ayla,” Elara berkata dengan suara tenang, “tutup matamu dan fokus pada hatimu. Bayangkan api yang menyala, api keberanian yang ada dalam dirimu. Itulah kekuatan Cahaya yang diwariskan Eleanor kepadamu. Jika kau berhasil menemukan Cahaya itu, kau akan memiliki kekuatan untuk melindungi dunia ini.”
Ayla menutup matanya, mencoba merasakan sesuatu di dalam dirinya. Awalnya, yang ia rasakan hanyalah ketakutan dan keraguan. Namun, saat ia mengingat Kael, hutan Everia, dan dunia ini yang kini membutuhkan perlindungannya, perlahan-lahan perasaan hangat memenuhi hatinya. Bayangan neneknya, sosok penyihir agung yang tak pernah ia kenal, juga hadir dalam benaknya, seolah memberikan kekuatan.
Tiba-tiba, Ayla merasakan sesuatu yang membara di dalam dadanya. Cahaya berwarna keemasan muncul, melingkupi tubuhnya, semakin terang dan membesar. Semua yang berada di ruangan itu menatap takjub saat kilatan cahaya muncul dari tubuh Ayla, menerangi seluruh ruangan dengan kehangatan yang begitu kuat.
Elara tersenyum penuh kebanggaan. “Kau telah menemukan Cahaya-mu, Ayla. Kini kau memiliki kekuatan Eleanor di dalam dirimu.”
Kael menatap Ayla dengan takjub, lalu menghampirinya. “Ayla, kau… kau berhasil.”
Ayla membuka matanya, melihat kilauan cahaya yang melingkupi dirinya perlahan memudar. Ia masih merasakan kekuatan itu, bersemayam dalam hatinya, sebuah kekuatan yang ia tahu dapat membantunya melawan Dalion.
Namun, momen tersebut terhenti ketika suara ledakan besar terdengar dari luar menara. Para penjaga segera bersiap, dan Elara menatap Kael dengan wajah penuh kekhawatiran.
“Dalion sudah sampai di sini,” bisik Elara, wajahnya tegang. “Dia tahu tentang Cahaya Ayla.”
Kael menggenggam tangan Ayla erat-erat. “Ayla, ini adalah saatnya. Kau memiliki kekuatan Eleanor, dan hanya dengan itu kita bisa melawan Dalion.”
Ayla menarik napas dalam-dalam, menggenggam tangan Kael. Bersama-sama, mereka turun dari menara, menuju sumber suara yang terus mengguncang Dimensi Aethir. Di halaman luas di depan Menara Aetherium, Dalion berdiri dengan sorot mata merah penuh kebencian, senyum liciknya terlihat dari kejauhan.
“Ah, jadi ini yang disebut pewaris Eleanor?” ejek Dalion, suaranya bergema di seluruh dimensi. “Aku sudah menunggu lama untuk menghabisi kalian semua. Eleanor menghalangiku, tapi tidak lagi! Kali ini, kegelapan akan berkuasa.”
Ayla merasa ketakutan dalam hatinya, namun ia menggenggam tangan Kael lebih erat, menyalurkan keberanian yang ada dalam dirinya. Dalion mengangkat tangannya, menciptakan bayangan kegelapan yang menyelimuti mereka, siap untuk menyerang.
Namun, Ayla menatap Dalion dengan keberanian yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. Dalam hatinya, ia tahu bahwa dirinya tak sendiri. Ia memiliki kekuatan Eleanor, dan ia memiliki Kael di sisinya.
“Aku tidak akan membiarkanmu menghancurkan dunia ini, Dalion!” seru Ayla dengan suara yang penuh keyakinan. Cahaya keemasan kembali menyelimuti tubuhnya, mengusir bayangan yang berusaha mendekat.
Kael bergabung di sisinya, mengangkat tangannya, dan memancarkan cahaya biru yang menyatu dengan cahaya keemasan Ayla. Mereka berdua berdiri berhadapan dengan Dalion, seolah menjadi perisai hidup bagi Dimensi Aethir.
Pertarungan antara kegelapan dan cahaya pun dimulai. Setiap kali Dalion melancarkan serangan, Ayla dan Kael melawan dengan kekuatan yang menyatu, seperti dua sisi dari satu jiwa. Ayla merasakan kekuatan Cahaya Eleanor mengalir semakin kuat, dan hatinya penuh dengan keberanian yang tak terbendung.
Dengan kilatan terakhir, Ayla memusatkan seluruh kekuatan dalam dirinya, menciptakan ledakan cahaya yang begitu besar hingga seluruh dimensi terasa bergetar. Dalion berteriak marah, tubuhnya terkoyak oleh cahaya itu. Hingga akhirnya, dia lenyap dalam kilauan terang, menghilang bersama bayangannya.
Saat keheningan kembali, Ayla merasa tubuhnya lelah, namun hatinya penuh dengan rasa lega. Kael mendekatinya, memberikan dukungan dengan senyuman penuh rasa bangga.
“Kau berhasil, Ayla,” bisik Kael, suaranya penuh kehangatan.
Ayla menatap Kael, dan tanpa sadar mereka saling tersenyum. Di tengah dunia magis ini, di antara dua kekuatan yang bertentangan, mereka menemukan cinta dan keberanian.
Ayla merasakan bahwa, apapun yang akan terjadi, bersama Kael, ia akan sanggup menghadapi segalanya.
Bersambung~~~
![](https://img.wattpad.com/cover/382240049-288-k676683.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumi Aethir { END }
RomanceAwal mula kisah cinta dan petualangan Ayla dan Kael di antara dua dunia yang saling terhubung oleh takdir, Dunia magis yang penuh misteri dan ancaman, Namun juga berisi harapan dan cinta yang tak terkalahkan. 🔸🔸🔸 [ Season 1 Selesai ] 📍 [ Season...