Bumi Aethir { END }

Pertemuan di hutan ajaib

Malam itu, langit berselimut kabut tebal, dan bulan hanya tampak samar-samar, tersembunyi di balik awan gelap. Hutan Everia yang biasanya tenang, kini terasa berbeda—seolah setiap pohon, setiap bayangan, dan setiap embusan angin menyimpan rahasia yang tak terungkap. Keheningan malam itu membuat siapa pun yang melangkah masuk ke dalam hutan akan merasa berada di dunia yang jauh dari kenyataan.

Ayla, seorang gadis muda berusia 22 tahun, dengan rambut cokelat panjang dan mata berwarna hijau seperti dedaunan di musim semi, berjalan perlahan menembus kabut. Dia tidak tahu kenapa, tapi malam itu, hatinya seperti terpanggil untuk menjelajahi hutan. Ia selalu merasa ada sesuatu yang menunggu di sana, seakan-akan sebuah kekuatan magis memanggil namanya. Meskipun dia sering mendengar legenda tentang hutan Everia yang penuh dengan makhluk ajaib, rasa penasaran mengalahkan ketakutannya.

“Jika ada satu hal yang tak pernah kusesali, itu adalah mengikuti kata hatiku,” gumamnya pelan sambil terus melangkah.

Saat ia menyusuri jalan setapak yang remang-remang, tiba-tiba ada cahaya yang berkelip di tengah kabut, seperti lentera kecil yang mengambang di udara. Ayla mendekat, terpikat oleh pancaran cahaya tersebut. Cahaya itu bergerak perlahan, memandu langkah Ayla hingga dia tiba di sebuah danau kecil yang airnya jernih. Di sekeliling danau, bunga-bunga aneh yang belum pernah ia lihat sebelumnya berkilauan seperti kristal.

Di tepian danau, berdiri seorang pria dengan pakaian yang tampak seperti dari dunia lain—jubah panjang berwarna hitam dengan aksen perak yang berkilauan di bawah sinar bulan. Wajahnya tampak tak nyata, dengan rahang tegas, mata berwarna biru gelap, dan senyum yang sulit diartikan. Ketika matanya bertemu dengan mata Ayla, waktu seakan berhenti.

“Kamu… manusia?” tanya pria itu dengan suara yang dalam dan penuh misteri.

Ayla tertegun, tidak tahu harus berkata apa. Ada sesuatu tentang pria ini yang membuatnya merasa damai sekaligus takjub. Seakan-akan dia adalah mimpi yang hidup.

“Ya, aku manusia,” jawab Ayla, sedikit gemetar. “Siapa kamu? Dan kenapa aku merasa seperti sudah mengenalmu?”

Pria itu tersenyum tipis, namun matanya tetap penuh dengan kehati-hatian. “Namaku adalah Kael. Aku bukan dari dunia ini. Aku datang dari Dimensi Aethir, dunia yang jauh di antara bintang-bintang. Dunia kami… terselimuti kegelapan, dan hanya harapan yang bisa menyelamatkannya.”

Ayla masih bingung dengan apa yang baru saja didengarnya, tetapi entah mengapa, dia mempercayainya. Seakan-akan ada bagian dalam dirinya yang sudah tahu tentang dunia lain yang ajaib, di mana makhluk-makhluk seperti Kael hidup.

“Apa yang membawamu ke sini, Kael?” tanya Ayla dengan suara yang pelan, seolah takut kata-katanya akan mengusir bayangan misterius di hadapannya.

Kael menghela napas, matanya kembali memandang ke danau yang tenang. “Aku mencari sesuatu. Sesuatu yang sangat berharga, yang bisa menyelamatkan duniaku. Dan aku merasa bahwa… mungkin, aku akan menemukannya di sini.”

“Apakah aku bisa membantumu?” Tanpa sadar, Ayla mengulurkan tangannya, seolah menawarkan kehangatan dan keberanian yang ia miliki.

Kael memandang tangan Ayla, sedikit terkejut, tetapi kemudian dia tersenyum dan menggenggamnya perlahan. “Hanya dengan bertemu denganmu saja, aku merasa ada harapan. Mungkin takdir kita sudah terhubung jauh sebelum kita bertemu.”

Saat tangan mereka bersentuhan, kilatan cahaya biru tiba-tiba muncul, menyelimuti mereka berdua. Ayla merasa ada sesuatu yang mengalir di dalam dirinya, sesuatu yang hangat dan penuh kekuatan. Kael menatapnya dengan takjub.

“Ayla… kau mungkin lebih dari sekadar manusia biasa.”

Ayla menatap Kael, menyadari bahwa sejak malam itu, hidupnya takkan pernah sama lagi. Petualangan di antara dua dunia telah dimulai, dan mereka berdua akan menghadapi takdir yang lebih besar dari yang mereka bayangkan.

Bersambung ~~~