🍀🍀🍀
Sejak Jingga menyadari kalau dia kembali ke masa lalu, sikapnya sedikit berubah, begitu pula dengan penampilannya. Jingga tidak memakai kaca mata lagi, rambutnya yang selalu di kepang, kini digerai, kadang di ikat satu.Perubahannya ini, membuat semua orang disekitarnya merespon dengan dua hal, ada yang negatif dan positif. Negatif, karena mereka semua iri pada Jingga yang sudah diberikan kepintaran, kecantikan dan berasal dari keluarga kaya raya. Positif, karena mereka benar-benar kagum dengan perubahan Jingga. Namun, kebanyakan orang merespon negatif, karena Jingga dianggap cari perhatian dengan berubah seperti ini.
Akan tetapi, Jingga tidak peduli dengan pandangan semua orang terhadap dirinya. Baginya, dia berubah tidak ada hubungan dengan mereka, tidak merugikan mereka. Dia berubah untuk dirinya sendiri, agar tidak seperti di masa lalu.
Salah satu orang yang iri pada Jingga, tapi terlihat tidak iri, adalah si pick me, si manipulatif Laura. Gadis itu masih terlihat mendekati Jingga, bahkan semakin menempel padanya. Namun, diam-diam hatinya menyimpan rasa iri yang besar pada Jingga.
"Btw, apa karena kamu jadi aneh ya? Makanya si Langit lihatin kamu kayak gitu?" ucap Laura yang sontak saja mengalihkan atensi Jingga dari beberapa siswa kelas XI IPA 1 yang sedang bermain basket.
Tatapan Jingga pada Laura, terkesan datar dan tidak bersahabat. Sebab, Jingga menangkap sesuatu tidak menyenangkan dari kata-kata Laura.
"Maksud kamu? Aku aneh dengan mengubah penampilanku ini? Kamu nggak suka aku kayak gini, Lau?"
Gadis yang memakai bando merah itu langsung menggelengkan kepalanya, menyanggah kata-kata Jingga padanya. "Ah, eng-enggak! Maksud aku bukan kayak gitu. Aku kita ngomong begitu loh. Mungkin, orang-orang di sekitar kita nyangkanya Kamu aneh. Soalnya ... kamu kan nggak biasa berpenampilan kayak gini, Ga."
"Emang aku aneh ya? Coba aku tanya yang lain deh," kata Jingga seraya melihat ke arah 3 orang siswi di kelasnya yang sedang duduk dipinggir lapangan.
"Kamu nggak usah nanyain ke mereka. Kamu nggak aneh kok!" seru Laura dengan wajah yang panik. Sedangkan Jingga malah tersenyum tipis melihat reaksi Laura.
Jingga mendekati ketiga siswi yang sedang duduk itu, diikuti dengan Laura dibelakangnya. Seperti biasa, dia memperlihatkan wajah polosnya.
"Hai guys."
"Hai Jingga," sapa ketiga siswi itu dengan ramah pada Jingga, ketua kelas sekaligus juara kelas di kelas mereka.
"Maaf, aku boleh tanya nggak?"
"Tanya apa? Boleh aja kok," kata salah seorang siswi itu mempersilahkan.
"Gini ... anu ... kata Laura penampilan aku aneh. Emangnya aku aneh ya?" tanya Jingga yang membuat ketiga siswi itu menoleh ke arah Laura dengan tatapan kurang menyenangkan.
"A-aku nggak bilang gitu kok," ucap Laura dengan terbata-bata.
"Tapi tadi kamu bilang kalau aku aneh, Lau."
Ketiga siswi itu menggeleng-gelengkan kepala, saat melihat ke arah Laura dan mendengar jawaban Jingga yang polos. Mereka percaya kepada Jingga, dibandingkan kepada Laura.
"Kenapa lo ngomong kayak gitu sama Jingga? Dia nggak aneh kok!" ujar Selvi dengan ketus pada Laura.
Salsa, temannya juga ikut menimpali. Dia membenarkan kata-kata Selvi. "Iya, lo aja kali yang aneh. Orang cantik dibilang aneh."
"Lo iri ya sama Jingga?"
Pertanyaan yang keluar dari bibir Angel, sontak saja membuat Laura menggeleng cepat. Dia panik dan merasa terpojokkan.
![](https://img.wattpad.com/cover/380027474-288-k803122.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Biru Jingga [Sudah Terbit Cetak]
Ficção AdolescenteDi malam pertama pernikahannya, Jingga dikhianati dan dihabisi dengan kejam oleh kedua orang yang dia sayang. Namun, Jingga tidak benar-benar mati, dia terbangun dan kembali ke masa lalu, saat usianya 17 tahun. Aneh tapi nyata, dia benar-benar kemb...