5🪷

0 0 0
                                    

Saat sampai didepan rumah mbak Ningsih Chelsy langsung melihat teman-temannya yang sudah menunggu. Menyadari kesalahannya Chelsy menghela nafas.

"Ya aku tau, bilang je apa hukumannya?"

"Lama nian kau keluar, ngapain aja?" tanya Fahri mulai menginterogasi

"Jalan lah apa lagi?" jawab Chelsy santai namun kedua temannya yang lain mulai bertanya.

"Oooh jalan, jalan apa yang waktunya sampe 4 jam?"

"Itu tebak-tebakan atau pertanyaan?" tanya Chelsy mendengar pertanyaan Rizal, namun yang ditanya hanya diam.

"Jawab aja." tegas Billa yang akhirnya membuat Chelsy jujur.

"Ok ok iya, tadi aku ke pusat kota." mendengar itu Fahri merespon dengan santai.

"Hmmm sudah ketebak." ucapnya

"Chel, ini kita bahkan gak tau gimana cara balik, tapi kau malah jalan² ke kota." kesal Billa melihat Chelsy yang seperti tidak mempedulikan keadaan mereka semua.

"Yah mau gimana lagi? Kau tau lah Bil aku kan orangnya suka sejarah. Lagipula kalau aku ke kota mungkin je kan ada yang tau, eh tapi aku malah ketemu bule."

"Kau ketemu bule? Siapa?" tanya Fahri dengan nada penasaran.

"Ah udahlah mending kita masuk aja bentar lagi mau maghrib nih." Chelsy tampak tak ingin membicarakannya namun tidak dengan ketiga temannya yang penasaran.

"Gak! jelasin dulu kau ketemu ama siapa?"

"Dih, kepo."

"Eh tuyul jawab dulu."

"Ih gak ah! udah lah ngapa kalian ni kok jadi penasaran kali?"

"Emang!" jawab mereka kompak

"Huft..." Chelsy menghela nafas untuk kesekian kalinya.

"Yaudah deh iya, tapi nanti abis maghrib aja."

"Sekarang lah!" tolak Billa namun Chelsy sudah kekeh.

"Eh bocah udah nanti aja ceritanya kalo gak aku gak cerita nih." mendengar itu mereka pun menurut pasrah daripada tidak mendengar ceritanya sama sekali.

***
Setelah mendengar cerita Chelsy mereka semua hanya terdiam kaget apalagi ketika tau jika Chelsy menodongkan senjatanya.

"Ih Chel ngapain lah kau todong tu orang, kan kasian." ucap Billa setelah mendengar ceritanya.

"Yah namanya juga jaga²."

"Jaga².. itu bahaya sedeng, gimana kalo emang tu orang informan mereka bisa habis kita." timpal Rizal disetujui Fahri

"Iya Chel, enak kalo kau doang yang dikejar ntar malah kita yang gak tau apa² malah kena."

"Alah kena peluru aja." jawabnya dengan nada enteng

"Iya cuma peluru doang, kau gak mau balik ke rumah? Ampe mau mati disini."

"Pengen balik sih cuma gimana kita bahkan gak tau gimana. Paling kalau menurut imajinasi aku sih nunggu kabut itu muncul lagi di bukit kemarin."

"Hubungannya apa?"

"Ya kalian tau lah gara² kabut muncul tiba² itu kita semua jadi disini." menurut Chelsy karena kabut itulah helikopter mereka jatuh dan membuat mereka semua disini. Namun hal itu langsung dianggap remeh Rizal

"Zaman udah modern bocah.. masih ae percaya yang gituan."

"Eh tuyul, walau zaman udah modern tapi yang namanya takdir walaupun kejadiannya agak laen udah pasti terjadi." ucap Chelsy tak terima "lagipula sekarang kita di zaman penjajahan siapa tau kan memang ada orang yang manggil?"

"Ha? Siapa pula yang manggil?"

"Ya siapa tau kan mungkin dukun zaman ini atau mungkin memang takdir aja datang kesini."

"Ah dahlah² ni omongan makin gak wajar, mending kita bantuin mbak Ningsih disana tuh kasian dari tadi kagak ada yang kawanin dia di dapur." mendengar ucapan Billa mereka semua baru sadar bahwa mereka telah membiarkan Ningsih bekerja di dapur sendirian, akhirnya mereka langsung membantu dan sedikit mengobrol dengannya.

***
Pagi hari pukul 2 subuh mereka berempat sudah terbangun dari tidur. Entah karena terbiasa sejak pendidikan atau karena hal lain namun mereka tau jika sudah terbangun mereka pasti sudah tak bisa tertidur lagi. Akhirnya mereka membersihkan diri lalu tanpa mengganggu tidur Ningsih mereka pergi keluar mencari tempat yang pas untuk olahraga pagi.

"Gila gak nyangka zaman ini serem bet kalo lagi malam. Macam film² horor, cuma bedanya disini kita yang jadi aktor." Chelsy melihat sekeliling desa yang masih menggunakan obor didepan rumah mereka.

"Ya kayaknya gitu, tapi untung aja kita tentara. Jadi mental kita udah kuat, kalaupun ketemu yang begituan entar biasa aja kok." Fahri tampak menyetujui ucapan Chelsy barusan.

"Alah masih serem komandan kita sih, apalagi kalo marah itu.. waw! rasanya dunia ikut diam dengarnya." jawaban yang diberikan Billa cukup menjadi hiburan bagi mereka semua.

Namun dibalik perbincangan itu ternyata sudah ada beberapa tentara yang bersembunyi dibalik semak² dan secara tiba² langsung menghadang mereka berempat. Mereka yang kaget langsung merubah posisi menjadi bersiap.

"Wow sepertinya akan ada aksi disini." Chelsy tersenyum saat melihat mereka semua. Sementara mereka hanya diam sampai salah satu dari berbicara sesuatu yang Chelsy dan temannya juga tidak paham, namun sepertinya dia berbicara bahasa Belanda.

"Wie ben je?(Siapa kalian?)"

"Het moeten inheemse strijders zijn die tegen ons willen vechten! (Mereka pasti para pejuang pribumi yang ingin melawan kita!)" terdengar nada membentak dari orang itu membuat mereka berempat makin bingung karena sama sekali tak tau apa².

"Kijk naar ze! Ze maken zich klaar om ons aan te vallen, ik weet zeker dat ze bang zijn. (Lihat mereka! bersiap untuk menyerang kita, aku yakin mereka sedang ketakutan.)"

"Helaas heb je niets aan je moed als ik je naar de basis breng. (Sayang sekali keberanian kalian tidak akan berguna lagi setelah aku membawa kalian ke markas.)" ucap orang itu yang sepertinya adalah pimpinan mereka.

"Neem ze! (Bawa mereka!)" sesaat setelah mendengar itu mereka semua langsung mendekat dan berusaha untuk menangkap keempat orang itu sebelum seorang pria datang secara tiba² dan menghentikan semuanya.

"Wacht! (Tunggu!)" Chelsy yang tadinya fokus menghadapi para tentara langsung terpaku melihat siapa yang datang dan menghentikan itu. Seorang pria berpakaian tentara medis menggunakan sebuah mobil antik sedang berdiri menatap mereka semua dan orang itu tak lain adalah Harold.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 04 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hopes For You & UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang