Ketika Matahari Menggulung Terangnya

69 9 0
                                    


Andai saja aku sedikit lebih perasa, bahwa pertemuan pertama kita, akan membawaku kepada patah-patah selanjutnya.
-Aleesya Jocelyn Caramellia

Entah mengapa aku sedikit kurang tertarik dengan rundown acara class meeting yang templat, begitu-begitu saja. Aku hanya berdiri dibalik tembok pembatas lapangan, dengan menopang dagu dan sedikit menggerutu; semoga kelasku menang.

Tepat dibelakang tubuhku, ada sekumpulan para lelaki berandal yang membuatku geram. "jadi ah, ingin saja aku mengusir mereka" ucapku kepada Nindi. Dengan sigap, kepala Nindi perlahan menoleh untuk memastikan gerutuanku, "Caramellia, itu dia!" aku tak menghiraukannya, karena tubuh mungilku habis tersengat oleh kejamnya matahari. "Cara! dengar! itu Jingga, yang kau pertanyakan kepadaku" dengan gerakan jari-jemari yang memutar, persis dibagian pahaku. "Aw! Nindi, yaudah sih. Bodoamat, gak tertarik juga."

Tiba-tiba Mera dan Anna menghampiri dengan segenggam es cekek gula batu dimasing-masing tangan mereka, es gula batu buatan si ibu. Pemilik warung sekolah, tepat diatas kelasku.

"Merra, Anna, pas banget! minta dong, haus banget, gila" ucap Nindi yang menyerobot es cekek milik Merra.

Beberapa hari setelah kegiatan class meeting, Caramellia memutuskan untuk menjelajahi pinggiran kota bersama kedua teman perempuanya dari seberang kelas. Perpaduan antara wanita centil, tomboy, dan juga si paling bodo amat, bersatu padu. Mungkin bisa disebut, colab. Agenda kami hari ini cukup singkat. Hanya akan melakukan sesi self foto disalah satu studio dipinggiran kota.

Dengan mengenakan rok cokelat tepat diatas lutut bermotif bunga, serta tanktop yang ditimpal dengan blazer berwarna cokelat susu dengan kilauan yang melapisi setiap bagian dari blazer itu.

dring, dring, dringg! suara notifikasi handphone Caramellia yang menampilkan buble chat dari akun Facebooknya.

R Jingga, begitulah username dari pengirim pesan. "hah, siapa ini? nanti sajalah kubalas, tidak penting"

Sembari menyiapkan makan malam dengan seekor hewan berbulu menggemaskan. Jowwy, atau akrab disapa; Jojo, kucing bertubuh gempal serta warna putih mendominasi tubuhnya, berekor panjang hitam legam dengan sedikit aksen poni terbelah dua tepat diantara kedua kuping yang meruncing keatas. Uniknya, dia memiliki pemanis antara hidung dan mulutnya, tompel. Begitulah Caramellia menyebutnya.

Semerbak aroma mie instan dengan perpaduan telur, kecap manis, dan juga saus sambal. Memenuhi hampir seluruh penjuru dapur, hingga membuat siapa saja berliur. Sembari melahap hidangan sederhana malam, itu. Dibersamai alunan musik Cigarettes After Sex - Cry, Caramellia membuka salah-satu platform sosial medianya, dan kemudian mengernyitkan kedua alis yang nyaris saling menyambung dikedua sisinya.

Facebook:

Caramellia termangu kebingungan, karena isi kepalanya menolak mengingat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Caramellia termangu kebingungan, karena isi kepalanya menolak mengingat. Sejak kapan Caremellia memverifikasi permintaan akun Jingga? "ah, yasudahlah" ucapnya.

MELURUH PILUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang