CLASS MEETING menyibukkan hampir semua penghuni gedung sekolah, semua siswa-siswi berbondong-bondong berhamburan menuju lapangan terbuka dipojokan sekolah. Ada yang disibukkan melatih performa, dua yang lain berdebat sengit hanya karena tidak ingin ikut serta berlomba. "Siang nanti akan panas, kamu sajalah."(ucap salah-satu dari mereka kepada temanya) "aku berbisik kepada Merra, apa aku harus mengguyurnya dengan sunblock?" (kamipun tertawa riang gembira)
Sembari menunggu pukul 10.00 pagi. Aku, Merra, Arum, serta, Anna. Akan bergegas dan menunggu waktu didalam kelas, dan sedikit merias wajah serta mengganti pakaian dengan kaos hitam.
Sialnya, kelasku berada dipenghujung sekolah, tepat berbatasan langsung dengan kebun milik warga sekitar. Struktur bangunan sekolah yang luas bak istana, dan nasib kurang beruntung kelasku terletak dipenghujung bangunan, dipojokan, nyaris tak terlihat oleh pandangan. Cukup strategis untuk membuat kaki para penghuninya memerlukan minyak urut setiap hari.
Sepanjang kami berjalan dikoridor sekolah, kami hanya melihat sekumpulan remaja laki-laki dengan wajah lusuh dan tubuh yang hampir terlihat seperti terguyur air.
"cara, jam 10 pagi bagian kelasmu bertanding dengan kelas seberang."
"maksudmu, kelas otomotif? jawabku"
"ia hanya mengangkat alisnya."
"Kami, akhirnya mempercepat langkah kaki."
Krekkk!
Anna membuka pintu kelas bobrok yang nyaris tak berbentuk itu. Pintu yang selalu membuat siapapun penghuni didalam mencacinya. Dengan sedikit tenaga dan bantuan pundak untuk mendorong pintu hingga terdengar gesekan antara pintu dan lantai, nyitttttt! Perlahan, membuka celah kecil dan mempelihatkan pemandangan yang enggan dilirik mata. Lembab, apek, dan gelap, akibat rimbunan pohon bambu menutupi jendela kelasku.
Terdengar suara gemuruh langkah kaki yang begitu cepat dan berat, hingga membuat semua orang yang mendengar terkejut dan melirik pada sumber suara. "Ah, Bombom! langkah kakimu membuat kami terkejut." Dia adalah teman laki-laki dikelas kami, bertubuh tinggi besar, tepatnya, gempal. Kami sering makan bersama saat jam istirahat.
"Bangke! si Jingga turun kelapangan. Performa kita jangan sampai kalah saing." ucap Bombom, kepada tim sepak bola kelas kami.
"Nin, Jingga-jingga itu siapa, sih? seringnya aku mendengar nama itu, laki-laki berjenis macam apa, sampai-sampai seisi gedung selalu membincangkanya." ucapku sedikit menggerutu dan kesal.
"Nanti, akan ku tunjukkan, kamu pasti akan terkesima. Dengan tubuh tinggi, bahu bidang proposional, serta kulit sawo matang tanpa noda, rambutnya yang klimis serta sedikit perpaduan kumis tipis dan hidung bak bangir perosotan serta lengkung indah yang menghiasi bola matanya. Kamu tau, cara? (aku mengerutkan alis, sembari didalam hati menggerutu karena nyaris temanku hiperbola)
menurut sepenuturan kaum kita, dia banyak digemari oleh para
wanita, kamu saja kurang update, laki-laki setampan itu, nyaris tak kau lihat dan sadari, cara!"
KAMU SEDANG MEMBACA
MELURUH PILU
RomansaTidak jauh dari pusat perkotaan, berdirilah sebuah bangunan pendidikan dengan luas 35.000 m2 yang di dominasi oleh tumbuhan hijau sampai ragam warna dan jenisnya. Tepat berada dipinggiran jalan, dan menjadi bangunan sekolah tertua dikota Cianjur. Ny...