Langit abu-abu tebal menutup seluruh langit. Cahaya matahari tak bisa menembusnya sedikitpun. Aku menghela napas, menyenderkan kepala ke tiang yang menyangga atap halte bus. Tidak biasanya aku berdiam diri walaupun mendung begini. Aku menoleh ke kanan. Tak ada seorang pun di bawah atap yang sama denganku. Hujan 'kan cuma air? Tapi....
"Sebenarnya bagaimana aku bisa terjebak di situasi seperti ini?"
...nyatanya aku sendiri bertahan, tak mau basah kuyup.
Aku menatap langit gelap seolah jawabannya ada di sana. Bibirku mengulas senyum kecut setelah menemukan jawabannya.
"Benar juga, ini gara-gara Feno tiba-tiba berhenti memberiku tumpangan."
Beberapa murid dari sekolah yang sama denganku lewat sambil melirik sekilas. Cara memastikan yang aneh. Mata mereka melirik tapi kepala mereka tidak menoleh. Salah-salah urat mata mereka bisa putus kalau melihatiku dengan cara begitu.
Pandanganku mengekori mereka. Salah satu dari mereka bersitatap denganku dan berbalik ke depan dengan takut. Dia memajukan badannya untuk berbisik pada temannya yang membonceng.
Aku memutar bola mata. Pembicaraan mereka sepanjang perjalanan sudah bisa ditebak.
"Sialan. Aku merasa menyedihkan," decakku.
Tetes air mulai turun. Rintik gerimis mulai terdengar. Sambil menghela napas, aku melangkah mundur ke dalam halte menghindari tepias air. Air hujan turun sederas-derasnya dari kejauhan. Aku bisa mendengar suara guyuran yang mendekat. Sebelum curah tinggi itu tiba, angin kencang datang lebih dulu. Aku mengepal tangan saat melihat pohon-pohon di seberang jalan bergoyang kesana-kemari seperti hampir tercabut.
Angin basah masuk ke dalam halte. Pandanganku menyapu sekitar. Aku tak sadar sudah mengangkat tanganku untuk menangkap kelopak bunga kecil yang masuk terbang karena angin kencang. Aku melekam kelopak kecil berwarna merah muda itu, merasakan kelembutannya. Saat aku mendongak, aku terheran-heran,
"Bunga di pohon itu warnanya kuning." Aku kembali menatap kelopak bunga di tanganku.
Hatiku merasa tenang meski angin membuat keributan di luar halte. Senyumku mengembang. Aku menyimpan kelopak bunga merah muda itu ke dalam genggamanku.
"Tenang saja. Semua ini akan berlalu."
__________________________________________________________________
entah ini rework keberapa, tapi akhirnya aku bangga banget pas baca ulang yang satu ini
Struggle Of Vigour, pembukaan!
KAMU SEDANG MEMBACA
Struggle Of Vigour
FantasyTidak ada yang tahu bagaimana akhir dari cerita ini, bahkan aku sendiri. Alex, Struggle Of Vigour *** Cerita yang bakalan bikin kalian mikir "lho, kok udah tamat? lagi dong" Isi otak anak kelas 1 SMP pas lagi ngayal baru ter-realisasi bertahun-tahun...