"Mile...," ucap Apo sembari menatap Mile.
"Hm?," jawab Mile dengan dingin. Matanya bahkan tak menatap Apo.
Entah mengapa, hati Apo tiba-tiba saja merasa sakit ketika Mile hanya membalas ucapannya secara singkat. Bahkan, Mile tak menengok padanya.
Apa aku juga cinta pada Mile? Oh Dewi yang maha baik, bantulah aku. Aku sungguh sangat bimbang.
"Kenapa?," Mile balik menyapa Apo karena mendapati Apo yang masih diam saja.
"Tidak apa. Tidak jadi," jawab Apo sembari memalingkan wajahnya. Ia tak ingin menatap wajah Mile untuk beberapa saat.
"...," suasana hening, Mile tak membalas. Apo pun hanya memandangi keindahan pantai melalui pintu kamar penginapan yang transparan.
Apo terlarut dengan pikirannya. Sama seperti Apo, Mile juga larut dalam dunia internet.
Tak lama, Mile meletakkan gawainya. Ia pun memeluk Apo dari belakang. Mengendus leher Apo. Membuat Apo terkejut.
"Ada apa?," tanya Apo yang sadar dari lamunannya.
"Tidak apa," jawab Mile sembari masih asyik mencium bau khas kepemilikan Apo.
"Hmmm," seringai Apo.
"Ada acara hari ini?"
"Tidak. Mengapa?"
"Temani aku."
"Kemana?"
"Membeli gitar."
"Baru?"
"Iya."
"Bukankah pekan lalu gitarmu baru?"
"Terserahku saja."
"Yasudah, kapan?"
"Sekarang."
"Ya. Aku akan berganti pakaian."
"Iya."
"Sekalian saja kita pulang ke kota."
"Baiklah."
Keduanya segera bergegas menganti baju, mengemasi barang keduanya dan segera check out dari penginapan.
Keduanya pun menuju ke kota menggunakan mobil Porsche 911 GT3 RS milik Mile. Mereka menempuh sekitar 3 jam sebelum akhirnya sampai di mall pusat kota Bangkok.
Setelahnya, mereka berjalan masuk menuju mall. Disana, mereka langsung menaiki eskalator untuk menuju lantai 2.
"Kesini," ucap Mile sembari menarik tangan Apo menuju salah satu toko gitar yang ada.
Disana, keduanya dapat melihat berbagai gitar yang tersedia. Harganya dimulai dari ribuan bath hingga jutaan bath.
"Eh hallo bro," sapa seorang pemilik toko tersebut secara langsung ketika melihat kedatangan Mile.
"Ya," jawab Mile singkat.
Pemilik toko tersebut, Papang, segera memberikan tos kepada Mile.
"Mau cari gitar? Atau senar gitar?," tanya Papang.
"Bukan."
"Terus? Mau beli pick baru?"
"Bukan juga."
"Njir, terus apa?"
Mile pun menghadap ke arah Apo yang masih asyik melihat koleksi gitar di toko Papang. Ya, itu adalah salah satu kebiasaan Apo.
Setiap kali mereka berada di sini, Apo selalu membiarkan Mile untuk memiliki obrolan private dengan Papang. Ia lebih suka untuk melihat koleksi yang Papang miliki.
KAMU SEDANG MEMBACA
MILEAPO || EROTIC 18+ [ COMPLETED ]
FantasyAntara nafsu dan cinta yang membuat dilema. Terhanyut dalam hentakan hasrat dalam setiap desahan. Permainan panas yang tak diperbolehkan menggunakan hati.