Malam itu begitu indah, dengan langit yang terbuka lebar, memperlihatkan kerlap-kerlip bintang yang seolah ikut menyaksikan kebersamaan Rizky dan Mila. Di tengah keramaian kota yang berbaur dengan gemuruh ombak, mereka duduk di sebuah kafe kecil di pesisir pantai. Atap kafe itu terbuka, membuat cahaya bintang jatuh lembut di wajah mereka, memberikan suasana romantis yang tak terlupakan.
Rizky tersenyum, menatap Mila dengan pandangan hangat, sementara ia mengambil menu yang tersaji di meja. Mereka memesan hidangan sederhana, namun penuh makna bagi keduanya. Makanan favorit Rizky dan minuman hangat yang disukai Mila, seolah menjadi lambang kecil dari kebersamaan mereka yang penuh kenangan.
"Ky, jika di lain kisah kita tidak bahagia. Apa yang ingin kau sampaikan kepadaku, dunia, dan dirimu sendiri?" tanya Mila serius kepada Rizky yang duduk di sebelahnya.
Rizky terdiam sejenak, menatap jauh ke depan, seolah mencari jawaban di tengah malam yang hening. Hembusan angin lembut menyentuh wajah mereka, membawa aroma melankolis yang sulit digambarkan.
"Jika di lain kisah kita tidak bahagia," Rizky akhirnya membuka suara dengan nada lembut, "mungkin aku akan berterima kasih pada dunia karena telah mempertemukan kita, meski hanya untuk sementara." Ia tersenyum samar, namun matanya memancarkan kesedihan yang mendalam. "Aku akan memintamu untuk tidak menyesali apa yang terjadi. Segala suka duka ini adalah bagian dari kita."
Mila mengalihkan pandangannya, berusaha menahan air mata yang mulai menggenang. "Lalu untuk dirimu sendiri, apa yang akan kau katakan?"
Rizky menggenggam tangan Mila dengan hangat, seolah ingin meyakinkannya meski kata-katanya terdengar getir. "Untuk diriku sendiri? Aku akan bilang... meskipun perih, aku akan ikhlas, Mila. Karena pernah mencintaimu adalah kebahagiaan yang paling berharga. Tak peduli bagaimana akhirnya, aku tahu kita pernah benar-benar saling memiliki."
"Sekarang giliranmu, Mila" tanya Rizky balik.
Mila menarik napas dalam, seolah mengumpulkan seluruh keberanian yang tersisa. Tatapannya jatuh ke jemari mereka yang saling menggenggam, hangat namun terasa rapuh, seperti kenangan yang mungkin akan pudar seiring waktu.
"Kalau aku," ucap Mila, suaranya sedikit bergetar, "mungkin aku akan meminta maaf... kepada diriku sendiri, karena mungkin terlalu berharap pada kebahagiaan yang belum tentu untuk kita." Ia tersenyum kecil, senyum yang penuh kepasrahan namun tetap meneduhkan.
"Mungkin aku akan berterima kasih juga," lanjutnya, "karena dunia telah memberikan kesempatan untuk merasakan cinta ini, meskipun mungkin bukan untuk selamanya. Setidaknya aku tahu, pernah ada kamu di sini, di sisiku."
Rizky menatapnya dengan sorot lembut yang menguatkan. "Dan... untukku?" tanyanya lirih.
Mila menggenggam tangannya lebih erat. "Untukmu, Ky, aku hanya ingin kamu tahu, aku tidak pernah menyesali apa pun tentang kita. Jika pun kisah kita tidak berakhir bahagia, aku ingin kau tahu... aku selalu menyimpan cinta ini di dalam hatiku. Selalu."