🎶Daylight🎶
[Maroon 5]10.00 AM.
Matahari semakin terik, hari juga semakin panas, orang-orang yang pagi tadi mengisi area alun-alun berhamburan di berbagai sisi tempat itu sekarang sudah berhamburan pergi.
Di sebuah kafe dengan konsep outdoor yang masih berada di lingkungan alun-alun, dengan diputarnya musik yang berirama dari radio-radio yang menempel estetik di tembok kafe tersebut.
4 remaja terduduk santai ngopi dan nyemil untuk mengisi tenaga lagi setelah joging mereka selesai beberapa menit lalu.
Dengan duduk terpisah, tapi meja 4 remaja itu bersebelahan----Kadita & Jennie, Natan & Gion.
"Kalian nggak lagi ngintilin kita, kan?" Intrupsi Jennie bertanya menatap curiga kedua lelaki yang sedang duduk tak jauh di depan situ----Ia lebih mengunci tatapan ke Gion.
Dua lelaki yang sedang asyik dengan pikiran mereka sendiri-sendiri itu pun diantaranya ada yang menoleh.
Bukan Natan, Ia masih sibuk dalam pikiran di kepalanya, menunduk, mesem-mesem kecil dalam hati.
Gion tersenyum. "Nggak usah kepedean, Jenn" responnya santai sambil menyeruput espresso miliknya.
Jennie memutar bola matanya malas, menghela nafas. "Kalian pulang naik apa?" tanya Jennie kemudian.
"Udah Gue bilang, kita lari kesini"
Setelah berbicara demikian, Gion ngide, Ia mendorong meja tempat ngopinya mendekat ke meja Jennie & Kadita yang memang tak jauh posisinya.
Natan yang lagi ngelamun menunduk pun tersadar.
"Ngapain?" tanya nya dengan ekspresi kebingungan.Gion tidak menjawab, setelah mendekatkan meja tersebut, Ia meraih kursi duduknya merapat ke meja, kemudian Ia duduk.
Masih nggak paham sama sang sahabat, Natan ngikut aja, Ia menyeret kursinya ke arah meja sembari sesekali melirik singkat Kadita yang fokus menatap ponsel, nggak terganggu dengan aksi orang-orang di sekitarnya.
Kedua lelaki itu mendudukkan diri di meja yang sudah merapat ke meja kedua gadis itu.
Dengan Gion yang mesem-mesem menatap Jennie yang speechless dengan tingkahnya, sementara Natan plonga plongo menoleh sekitar supaya matanya tidak mengunci menatap sang gadis yang tepat dihadapannya.Jennie tersadar. "Loe mau kita diusir apa gimana, tolol?" bisik Jennie resah yang hanya terdengar oleh keempatnya, Ia khawatir celingukan ke sekitar takut diusir oleh para pelayan dan takut mengganggu orang-orang di sekitar mereka yang juga lagi ngopi atas tindakan manusia bernama Gion yang mesem-mesem dihadapannya. "Tengil banget, dih!" batinnya.
"Nggak bakal, Jenn" balas Gion juga berbisik, masih dengan ekpresi wajah tengil mesem-mesemnya.
Merasa ada guncangan di meja, fokus Kadita terpecah, Ia beralih dari ponselnya menatap sekitar.
Kaget mendapati dua lelaki yang tadinya duduk di depan sana udah ada di hadapannya aja, mejanya? Astaga...Kadita menggeleng melihat hal tersebut, Ia tak bisa berkata-kata.
Natan yang sedari tadi mencoba menatap menikmati suasana sekitar, dan menyadari sang gadis yang sudah beralih dari ponselnya, Natan menunduk----sebab tadi Natan ketika menatap sekitar Ia sembari curi-curi pandang kearah Kadita.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Girl is Mine
Fiksi Remaja[TO BE CONTINUED] Natan Alexander Bale, usianya 18 tahun, sekolah di SMA Nusantara, Ia juga seorang atlet renang di SMA-nya, Ia sudah mengikuti setiap perlombaan/olimpiade sejak kelas 10, dari emas, perak, perunggu semua Ia raih, pastinya. Penampila...