04

8 2 0
                                    

—Minggu—

Keempat teman Arion itu sudah sampai di rumahnya, kecuali Reifan mereka terkaget-kaget mengetaui kalau sebenarnya Arion ini cukup berada. Meskipun mereka juga tinggal di lingkungan perkomplekan, tapi tingkat mereka berbeda dengan perumahan mewah dan elit begini.

"Rion, sumpah bonyok lu kerja apa?" Yuna menaruh tasnya dengan hati-hati di sofa.

"Umm... setauku sih keluarga papah punya tambang sama penangkaran, tapi kalau mamah dari keluarga desainer di Inggris"

"Lah sebentar, tapi lu gak ada bule-bulenya" ucap Eza.

"Memang bukan, mamah Thai-Tionghoa. Keluarga mamah pindah ke Inggris setelah butik mereka besar dan terkenal, sementara papaku Indo murni. Kata mbakku dengar dari mama, papa itu dominan makanya anak-anaknya mirip papa semua, gitu"

"Hoo... gitu, terus terus, kamu nanti gimana? Pengen jadi desainer juga ah itu tambang apaan ya?" Embun menatap Arion dengan penuh rasa penasaran.

Arion menggeleng, "Aku gak bisa gambar, gimana mau ngerancang bajunya coba. Tambang nikel sama emas"

"Kalau penangarakannya?" Reifan jadi penasaran juga.

"Tiram mutiara" sahut Arion dengan santai.

Yuna yang sedang minum tersedak, "Eh buset! Kaya tujuh turunan anjir! Lu tiap hari kerjaannya ngongkat-ngogkat kakaipun kagak bakalan kelaparan"

Arion mengambil minum dari dapur dan membawa beberapa cemilan, dia mengambil laptop di kamarnya dan kembali ke ruang tamu.

"Syok banget gua sumpah, perasaaan lu biasa banget di sekolah padahal aslinya sultan no kawe" Eza menyambut laptop yang diulurkan Arion.

"Iya nih, tapi bagus sih meraykat begitu hehe..." ucap Embun.

Mereka mulai mengerjakan tugas kelompoknya secara bergantian, tepat ditengah hari tugas itu selesai. Arion berdiri dan membawa laptonya, dia hendak langsung memprint tugas itu dan diberikan kepada Reifan karena dia malas memegangnya. Reifan sendiri memilih mengikuti Arion, sementara yang lain leyeh-leyeh di sofa dan Embun dengan tidak segan menyalakan TV Arion toh dia tau pria itu tidak akan marah.

"Kenapa ikut?" Arion mengambil kertas a4 dan memasukan kedalam printer.

Setelah itu dia langsung menekan print all dan menunggu semuanya terprint. Arion duduk di kursi kerja kakaknya.

"Penasaran aja, gua lihat-lihat boleh?"

"Ya"

Reifan melirik Arion, matanya fokus menatap kertas yang perlahan keluar dari printer. Reifan kembali melanjutkan kegiatannya, dia melihat semua barang-barang yang ada disana. Reifan terhenti di satu foto yang cukup besar yang terpajang di dinding, dia tau kalau itu adalah foto keluarga Arion dan disana Arion masih anak-anak.

Wajah papah dan mamah Arion itu tampan dan cantik, meski tadi Arion bilang kalau dia mirip papahnya tapi Reifan merasa dia lebih condong ke mamahnya walaupun mata sipitnya tidak sama, Arion itu punya mata yang besar dengan warna hitam senada mamahnya. Reifan melirik Arion, saat dia kecil memang tidak terlihat tapi saat dia sebesar sekarang, cantik keduanya terlihat senada.

"Kamu mirip dengan mamahmu"

Arion mengalihkan pandangan kearah Reifan yang memunggunginya, entahlah, dia tidak merasakan mirip dengan siapapun dari orang tuanya.

"Begitu kah"

"Um, tapi Arion juga terlihat seperti papahmu"

Arion mengerutkan kening, dia beranjak dari kursi dan berjalan mendekati Reifan, "Dasar plin-plan"

Reifan terkekeh, "Aku serius, tapi yah Arion ya Arion, mau mirip sipapaun tatap saja Arion punya ciri khasnya sendiri"

"Apanya yang ciri khas? Ada-ada aja kamu" Arion geli sendiri mendengar ucapan Reifan.

Reifan berbalik, bersamaan dengan itu tubuhnya bertabrakan Arion sampai pria itu hampir terjatuh dan dengan cepat Reifan menahannya. Reifan tidak sadar jika Arion berada tepat dibelakangnya.

"Kenapa lu malah berdiri dibelakang gua sih, haaa... untung gak jatoh" Reifan menunduk melihat Arion yang masih berada dipeluknnya.

Arion cemberut, dia mendorong dada Reifan, "Kamunya yang balik badan mendadak kok akunya yang disalahin"

Reifan menghela nafas, dia melepaskan pelukannya dengan terpaksa, matanya teralih ke tumpukan kertas di printer. Dia berjalan ke meja kerja Arina dan mengambil kertas yang sudah selesai di print.

"Yuk kebawah, yang lain pasti sudah nunggu" ucap Reifan.

Arion mengangguk. Reifan keluar lebih dulu sementara Arion menutup pintu ruang kerja kakaknya dan kembali ke ruang tamu.

"Nah ini orangnya, eh sorry nih aku pulang duluan ya" ucap Embun.

"Lah katanya free" sahut Reifan.

"Iya hehe... pacar ngajak nonton mendadak"

"Aaah... enaknya yang udah punya ayang, gue kapan ya" sungut Yuna.

"Eza jomblo gak sih?" ucap Arion.

Eza langsung menatap horror, "Gua udah ada gebetan!"

"Sumpah?"

Semua orang menatap Eza tidak percaya, masalahnya adalah Eza itu terkenal cowok alim walaupun mulutnya kadang kasar tapi dia hampir tidak pernah terlihat dekat dengan perempuan manapun.

"Terserah mau percaya apa enggak yang pasti gua udah punya taksiran yee"

Embun berlalu meninggalkan teman-temannya yang masih berdebat, Arion yang melihat menyusul Embun, dia membukakan pintu depan dan gerbang. Rupanya ada seorang pria dengan motor yang tengah menunggu disana.

"Bye, Rion" Embun melambaikan tangannya dan motor itu pergi meninggalkan rumah Arion.

Arion kembali masuk dan tidak lupa mengunci pagar dan menutup pintu rumahnya.

"Lu gak mau pertimbangin nih Arion atau Reifan, Yun?"

Yuna menopang dagunya, "Hmm... kalau Arion sih..." Yuna melihat Arion dari atas kepala sampai kaki, "Ganteng sih, tapi kalau segitu sultannya ketar-ketir juga gua, jadi eng... gak deh enggak. Kalau Reifan..." Yuna kembali melihat Reifan seperti Arion sebelumya.

Yuna langsung menggelengkan kepalanya, barusan dia melihat tepat di mata Reifan dan membuatnya merinding, "Gak, fix no!"

Arion mewajarkan reaksi Yuna barusan, yah karena itulah Reifan yang dilihat Arion. Senyum palsu itu tidak mempan padanya, entah kekuatan apa yang dia punya tapi dia bisa langsung melihat warna asli seseorang.

Di sore harinya, Yuna dan Eza berpamitan pulang dan menyisakan Reifan yang masih duduk manis sambil menonton kartun di TV. Arion yang melihtanya diam saja, toh kalau bosan dia akan pulang sendiri dan dia malas jika harus mengusir orang.




*-...-...-*

(ORIGINAL)For The Love ArionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang