BAB 1 : ARGEANTA SCHOOL

3 2 0
                                    

Di kota yang jauh, ditempat berdirinya sebuah bangunan yang nampak indah dimata publik. Argeanta School. Itu namanya. Sekolah ini telah lama menjadi pusat perhatian publik akan prestasi yang berhasil di raih sekolah ini puluhan kali. Sekolah ini berhasil menciptakan siswa-siswi yang berprestasi di bidang akademik maupun non-akademik. Banyak piala, piagam penghargaan, serta medali yang tersusun rapi di lemari ruang kepala sekolah. Memperlihatkan nama para siswa yang selalu menang pada lomba yang memang bidang mereka. Sekolah ini selalu mendukung bakat para siswanya. Tak jarang, jika sekolah ini di juluki sebagai sekolah paling bergengsi karena adanya prestasi yang jumlahnya tak dapat di hitung dengan jari.

Banyak sekali orang tua yang mendaftarkan anak-anak mereka di sekolah itu, dengan harapan agar anaknya juga mendapatkan prestasi dan nama anak mereka terletak di salah satu piala maupun piagam disana. Di sekolah itu juga terdapat asrama, yang dimana biasa digunakan oleh anak-anak yang memang bukan dari kota tempat berdirinya bangunan indah itu. Mereka akan menginap di asrama sekolah tanpa pemungutan biaya sepersen pun. Argeanta School juga sering muncul di berbagai channel televisi berita. Yang membuat nama sekolah itu semakin harum.

Namun, ada hal yang tak pernah publik sadari tentang sekolah yang sangat di banggakan itu. Sekolah itu bukan hanya sekedar sekolah dengan sistem pendidikan yang baik, melainkan juga tempatnya anak-anak nakal berdiam diri. Siswa disana kerap kali melakukan hal yang tak sepatutnya mereka lakukan kepada siswa lainnya. Mereka ada yang merokok, meminum minuman keras, bermain judi, menjadi pelaku pelecehan seksual entah itu laki-laki ataupun perempuan, menjadi pelaku pemerkosaan, terlibat kasus bullying, dan masih banyak lagi kasus lain yang memang tidak dapat di anggap normal lagi.

Tak jarang jika ada beberapa siswa yang mendapat trauma mendalam, hingga sering keluar-masuk rumah sakit sampai psikiater. Guna mengobati rasa traumanya. Begitu banyak korban yang menderita, sedangkan anak-anak nakal itu hanya tertawa melihat penderitaan mereka terjalankan. Tindakan anak-anak kurang ajar itu tak patut di biarkan begitu saja. Jika sekolah tidak bertindak, semuanya akan menjadi bukti kuat untuk menjadikan nama sekolah menjadi busuk bagai sampah.

Kabar tentang tindakan busuk siswa di sekolah ini hampir saja menyebar menjadi berita televisi lokal di sana. Beruntung, tidak adanya bukti kuat untuk menyudutkan kepala sekolah. Namun, polisi menaruh curiga besar kepada sekolah itu. Hingga adanya dugaan bahwa kepala sekolah ikut campur tangan dengan para siswa bermasalah. Nyatanya, tidak ada. Semua itu hanyalah asumsi belaka. Tidak adanya jawaban pasti yang mendukung asumsi liar mereka. Kepolisian tidak dapat memaksakan kehendak mereka sendiri jika tak adanya bahan bukti yang mendukung kuat asumsi mereka. Maka, mereka tutup tuduhan tanpa bukti itu. Seakan tak pernah ada yang mengirim pesan tuduhan itu kepada kepolisian. Jelas, polisi sama liciknya dengan kriminal mereka. Hanya saja, caranya berbeda.

Minggu lalu, Argeanta School hampir mendapat masalah, lagi. Kali ini, salah seorang wali murid melaporkan suatu tindakan bullying yang telah siswa sekolah itu lakukan pada anaknya. Namun, polisi nampak tak peduli dan mereka menutup mata atas itu. Kenapa? Apa karena pembully anak dari wali itu adalah seseorang yang memiliki jabatan tinggi? Semuanya tak 'kan terjawab dengan mudah. Semua yang berhubungan dengan hidup manusia, berisi teka-teki belaka. Yang memang harus di pecahkan, agar dapat mencapai tujuan yang tepat.

Maka dari itu, kepala sekolah sudah membuat keputusan yang akan membuat Argeanta berubah seratus delapan puluh derajat dari sebelumnya. Kepala sekolah membentuk sebuah kelompok yang diisi oleh enam orang siswa. Enam orang siswa ini memiliki jabatan yang di segani oleh para siswa disana. Bukan hanya jabatan, mereka juga meraih berbagai gelar serta prestasi yang menjulang. Bisa saja, setengah dari isi lemari di ruangan kepala sekolah adalah penghargaan yang ditujukan pada ke-enam anak itu. Bahkan, kepala sekolah menambahkan salah seorang anak yang keluarganya adalah donatur terbesar sekolah. Harta keluarganya mungkin tak 'kan habis tujuh turunan tujuh tanjakan.

Kelompok yang diisi oleh enam orang siswa itu, akan menjadi kelompok yang di tugaskan memberantas tindak kriminalisasi yang ada di Argeanta. Sebagian dari mereka memiliki tugasnya masing-masing. Tugas itu juga harus di laksanakan dengan penuh tanggung jawab dan rasa percaya akan diri sendiri. Setiap anggota kelompok ini, tidak boleh merasa takut jika berhadapan dengan senior sekalipun. Karena memang tujuan mereka adalah mengungkap kebusukan yang berada di dalam jati para siswa Argeanta.

Nama kelompok itu adalah "STARMOON"

STARMOONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang