BAB 3 : TARGET STARMOON

2 2 0
                                    

Mereka sibuk membuka berkas-berkas yang mereka terima. Isinya tak hanya satu dua lembar kertas, namun lebih dari lima kertas hvs yang berisi informasi penting. Sampai semua anggota kelelahan membuka lipatan kertas itu satu demi satu. "Anjir! Banyak banget! Capek gua," umpat William pada saat ia membuka kertas dengan angka 8. "Lo kira, lo doang yang capek?" tanya Kalandra dengan nadanya yang sedikit ketus. "Menurut lo?" William menyahuti dengan tatapan matanya yang sinis terhadap rekannya itu.

Saat mereka sedang sibuk berdiskusi dan membuka lembaran-lembaran kertas itu, Sei mendapati telepon genggamnya mengeluarkan suara dentingan. Ada sebuah notifikasi masuk lewat ponselnya. Sei sempat melihat siapa yang mengiriminya pesan lewat layar kuncinya. Itu kepala sekolah. Sei lantas membuka aplikasi Whatsapp agar ia dapat menjawab pesan itu.

Melihat pesan dari Bapak kepala sekolah, Sei beranjak berdiri dari tempat ia bersila

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Melihat pesan dari Bapak kepala sekolah, Sei beranjak berdiri dari tempat ia bersila. Lalu dengan secepat kilat memakai sepatunya dan hendak meninggalkan ruang osis saat itu juga. "Tunggu! Sei! Lo mau kemana?" tanya Zillo. "Nanti gua kasih tau! Gua duluan ya!" gadis itu berlari sekuat tenaganya. Ia sempat mengumpat dalam hati. Waktu yang di berikan padanya hanyalah 4 menit untuk tiba di ruang kepala sekolah. Ia tahu, kepala sekolah tidak suka mengulur waktu, jadi ia berlari menuruni tangga dari lantai tiga hingga ke lantai dasar gedung itu.

Gadis itu tiba di depan ruangan kepala sekolah tepat di jam 09.10 ia mengelus dada dan menghembuskan napas lega. Dengan seluruh keberaniannya, gadis itu mengetuk pintu yang berbahan dasar kayu itu sebanyak tiga kali. Sehingga terdengar suara lelaki tua dari dalam "masuk" katanya. Sei membuka pintu itu perlahan, membuat suara deret pintu berhasil menusuk gendang telinganya. Kepala sekolah ternyata sudah menunggunya, menyuruh Sei untuk duduk di sofa. Gadis itu menuruti. "Jadi, bapak mau bicara apa dengan saya?" tanya Sei yang penasaran. "Begini, saya akan memberikan Starmoon keringanan. Selama satu bulan kalian memulai misi, saya akan mencarikan kalian target. Tiga target pertama sudah saya letakkan di berkas yang saya kasih tadi. Sisanya akan menyusul minggu depan. Setelah satu bulan berakhir, kalian akan benar-benar memulai misi kalian. Saya harap, kalian melakukannya dengan penuh tanggung jawab." Sei tertegun. Ia tak menyangka kepala sekolah mau memberikan keringanan pada Starmoon. Gadis itu mengembang senyum dan berterima kasih kepada lelaki tua itu.

"Kalau begitu, saya permisi, Pak. Masih ada hal yang harus saya kerjakan. Terima kasih atas keringanan yang telah Bapak berikan." setelah mengucapkan itu, Sei keluar dari ruangan kepala sekolah dan mulai menaiki tangga menuju lantai tiga. Sial, kenapa ruangan osis berada jauh sekali? Lelah rasanya menaiki anak tangga ini! Begitu batinnya berbicara. Gadis itu tiba di ruang osis. Ia membuka pintu, berhasil mengambil alih atensi semua orang yang sedang bersila.  "Dari mana aja lo? Sampe ngos-ngosan begitu," ujar Prily yang sedang asik mengutak-atik ponselnya. "Dari ruangan kepsek, tadi gua di suruh kesana," jawab Sei. "Kata pak kepsek, Starmoon di kasih keringanan sama beliau. Selama sebulan kita kerja, target kita bakal di cariin. Udah ada tiga orang yang jadi target kita minggu ini, ada tuh di berkas yang tertulis angka lima. Buka, deh," suruh Sei kepada Kalandra yang sedang memegangi berkas tersebut.

STARMOONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang