BAB 5 : TEROR DAN BATTLE

3 1 0
                                    

Hari telah berganti esok, langit telah kembali membiru setelah jingga dan hitam kelam menyelimuti. Gedung-gedung kembali beroperasi sebagaimana mestinya. Siswa Argeanta sudah saatnya kembali ke sekolah mereka. Memulai kasus baru yang seharusnya tak berlaku bagi anak remaja. Starmoon seperti biasa sedang berkumpul di markas mereka setelah meletakkan tas punggung mereka di kelas masing-masing. Kembali berkutat dengan target yang harus segera mereka basmi.

Kalandra mengunggah pengumuman baru pada akun twitter sekolah. Lelaki itu sibuk sekali dengan laptopnya sejak kemarin. "Lo ngapain, Kal? Sibuk banget," tanya William yang rasa penasarannya memuncak. "Bikin pengumuman baru, biar mereka lebih heboh lagi ngeliat kita," jawab Kalandra.

"Ini mah namanya lo nakut-nakutin orang, Kal!" ucap Ren. "Biar lah, biar kita di segani sama mereka," sahut Kalandra. "Kita udah di segani karena jabatan dan martabat kita, Kal," tutur William.

Setelah percakapan singkat itu, William beranjak pergi dari sana. Melangkahkan kakinya menuju pintu, namun, langkahnya terhenti saat Sei memanggilnya dengan menyebut namanya. "Wil!" William menyahuti dengan unjukan dagu dan menaikkan kedua alisnya secara cepat. "Lo mau kemana?" tanya Sei. "Ke kelas, kenapa?" lelaki itu berbalik tanya. "Oh, yasudah, tapi kalo lo nemu sesuatu atau ada pembullyan dan semacamnya. Tolong, fotoin," ucap gadis itu. "Iya, nanti gua fotoin, tenang aja," jawab William dan membuka pintu gedung, meninggalkan gedung itu serta manusia yang sedang berdiam di sana.

Setengah perjalanan, William tak sengaja mendengar suara bisik yang nampak seperti teriakan tolong di telinganya. "Siapa, disana?" batinnya bersuara-penasaran dengan suara itu. William mendekati sumber suara, mendengarkan suara itu dengan seksama. Semakin dekat ia, semakin besar pula kedengarannya. "Tolong! Buka! Aku di kunci disini! Tolong! Siapapun!" suara seorang gadis. Terkunci di dalam sebuah toilet. William yang mendengar hal itu, dengan sigap menolongnya. Ia tahu pasti, bahwa yang mengunci gadis itu bukan hanya sebuah candaan. William mendobrak pintu itu, sebelumnya ia sudah memerintahkan gadis itu untuk mundur beberapa langkah. Pintu terbuka, dengan penyangga kunci yang patah. Dobrakan itu membuat sang gadis didalamnya menghela napas lega.

"Makasih ya, kak," ucap gadis itu sembari membungkukkan sedikit badannya sebagai tanda hormat. "Sama-sama, lo kelas sepuluh?" tanya William. "Iya, kak, aku kelas sepuluh," jawab gadis itu.

William tertegun. Gadis itu kelas sepuluh, angkatan yang sama dengan target incaran Starmoon. "Kelas sepuluh apa? Gua boleh tau?" Gadis itu dengan sukarela memberitahu lelaki di hadapannya itu. "Aku kelas sepuluh e, kak," jawabnya. "Sepuluh e? Kenal Leticia Varenka?" tanya William, lagi. "Kenal, kak, itu yang ngunciin aku disini, kak," jawab gadis itu. William terkejut dengan pernyataan gadis itu. "Dia sekelas sama aku, kak, orangnya memang agak jahil," tambahnya. "Jahil? Itu bukan jahil namanya, udah termasuk pembullyan," ujar lelaki itu sambil berkacak pinggang. Menghela napasnya gusar. William kembali mengulik informasi lewat gadis di hadapannya. Tak ia sangka, gadis itu cukup ember. "Makasih ya, sekarang gua tau harus ngasih apa ke target Starmoon." gadis itu melempar senyum ketika lelaki itu berjalan pergi meninggalkannya. William mengurungkan niatnya untuk ke kelas, ia memilih putar balik. Kembali ke markas.

Membuka pintu markas, William segera menemui Sei. Ia menceritakan semuanya kepada pemimpinnya itu. "Kerja bagus, Wil," puji gadis itu. William tersenyum puas. "Kita hajar dia hari ini juga, bersihin ruang tengah markas, Prily! Siapin semangkuk cairan merah. Kita mulai blood terror," begitu perintahnya. "Siap, laksanakan!" Prily segera mengambil mangkuk plastik yang memang mereka siapkan untuk stok. Mengambil air dari keran dan menuangkan beberapa tetes pewarna merah, berwarna merah tua. "Blood terror udah siap, Sei!" ujar Prily. Sei memberikannya acungan jempol atas kerjanya. "Prily! Ambil alih kepemimpinan, gua mau ke toilet bentar," ucap Sei yang beranjak pergi. "Oki dokii!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 2 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

STARMOONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang