Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
°°°
Kaiser's P. o. v
Mentari senja telah merangkak turun di ufuk barat, meninggalkan langit jingga yang memikat digantikan dengan purnama yang tak kalah indah disertai langit yang menggelap. Namun, di dalam ruangan yang remang-remang itu, waktu seakan berhenti. Dua jam telah berlalu, bagaikan pasir yang tercurah di antara jari-jariku, tanpa terasa. Aku terdiam, tak tahu hendak berbuat apa. Hanya tatapan lelah yang tertuju pada Rin, yang duduk di sudut ruangan, membalasnya dengan tatapan dingin, seperti biasanya.
"Rin," kataku, suara ku serak, "bisa ikut aku sebentar?"
Hanya desisan kesal yang menjadi jawabannya. Sialan. Tak sabar lagi, aku menarik kerah bajunya, memaksanya keluar dari ruangan. Langkah kami terhenti di lorong yang sunyi, di mana hanya derit pintu kayu tua yang menjadi saksi bisu keheningan.
"Apa!?" suaranya dingin, menusuk telingaku.
"Aku ingin bertanya," kataku, "kenapa (Name) tampaknya sangat kesakitan? Aku tidak mengerti, apa penyakitnya?"
Tatapan Rin seketika berubah, menjadi tajam seperti pisau. "Seperti yang kau lihat," jawabnya dingin, "penyakit itu merenggut dunianya sedikit demi sedikit. (Name) seringkali kehilangan kesadaran, kesulitan menelan, berbicara, bahkan mandi dan berpakaian. Napasnya berat, dan perutnya sering sakit."
Rin berhenti sejenak, matanya kosong. "Pucat, pasi," lanjutnya, "hampir tak ada kehidupan di matanya."
Aku tercengang. Rin, yang biasanya dingin dan tak berperasaan, tiba-tiba mengeluarkan kata-kata itu dengan nada yang begitu datar. Seakan-akan, di balik sikapnya yang dingin, tersembunyi sebuah kesedihan yang mendalam.
"Benar?" tanyaku, tak percaya.
"Kau tidak percaya?" tanya Rin, matanya masih menatapku dengan tatapan dingin.
"Tidak, aku percaya."
Aku berbalik dan pergi, meninggalkan Rin di sana. Langkahku berat, seakan-akan membawa beban dunia. Aku tak tahu harus berbuat apa. Hanya bisa berharap Tuhan berpihak pada (Name), dan mengembalikan senyum manisnya itu.
Rin's P. o. v
Sinar matahari sore mulai meredup, langit berubah warna menjadi jingga kemerahan. Cahaya redup itu menerpa wajah (Name) yang terbaring di ranjang. Matanya terpejam, napasnya teratur, namun wajahnya masih sama seperti sebelumnya, pucat.