Chapter I

1K 45 5
                                    

Thank You yang nyempetin baca
~Enjoy Reading~
___________________________________

Tiba-tiba, berita mengejutkan itu mengguncang pikirannya. Dia berharap kali ini pendengarannya bermasalah.

"Tiga hari yang lalu ada kecelakaan di sebrang, dia meninggal sesudah dibawa ke rumah sakit."

Kepalanya terus berputar, menolak untuk menerima kalimat yang barusan dia dengar. Bukan hanya kedua kaki, tetapi seluruh tubuh pria berbadan tegap dan tinggi yang berada di depan pintu sebuah rumah penyewaan membeku, jantungnya seakan dipaksa untuk lepas saat itu juga.

"Barang-barangnya sudah didonasikan, beberapa mungkin ada dipemuda berkacamata yang mengurus--"

Takdir belum memperbolehkan wanita paruh baya di sana menyelesaikan kalimatnya, karena pria yang dilihatnya beberapa menit lalu yang tadinya berusaha untuk memanggil seorang di dalam yang diketahui sudah berada di dalam tanah lari begitu saja, entah kemana.

Tanpa memperdulikan pengendara lain, seorang dibalik kemudi mempercepat laju mobilnya. Seluruh tubuhnya terasa panas dingin dan gemetar, bahkan sekuat tenaga dia berusaha untuk menahan air mata yang bisa lolos kapan saja. Berkali-kali merapalkan kalimat bagai mantra dalam hati jika semua yang dia dengar sebelumnya hanyalah bualan semata.

Itulah yang diharapkan, namun harapan itu akan tetap menjadi angan-angan, karena pada kenyataannya dia harus menghadapi seluruh faktanya.

----------

"Bahkan disaat hembusan nafas terakhirnya, dia masih saja menyebut namamu, bangsat!"

Pukulan yang ketiga kalinya didapat tanpa melawan. Sorot mata pria di sana menatap tak terarah, hanya ada kekosongan dan air mata yang mulai berjatuhan.

"Bahkan setelah melihat penghiatanmu, dia masih saja percaya padamu! Dia memang bodoh, cihhh! Kalian memang sama-sama bodoh--!"

"Gunakan uang itu dengan benar! Selama ini dia bekerja keras hanya untuk dirimu! Tidak mudah baginya mengumpulkan uang itu untuk merencanakan masa depannya denganmu--!" Kesal pihak lain penuh emosi setelah melemparkan sebuah clear holder berisi beberapa dokumen beserta buku tabungan bank.

"Ck, sungguh malang nasibnya. Sudah tidak memiliki keluarga, banting tulang demi seorang sampah, lalu mati dengan cara mengenaskan." Kali ini pria berkaca-mata yang dikenal dengan panggilan Jj, teman seangkatan sekaligus rekan kerja yang cukup dekat dengan sosok yang sudah berada di alam baka sana bukan lagi berkata pada pihak lain yang tersungkur di bawahnya.

Dia bermonolog mengenang kehidupan miris seorang yang juga dia tangisi kepergiannya pada saat itu.

----------

Deras air hujan tidak menghentikan langkah pria yang berjalan terlunta-lunta dengan lebam di area wajah yang sama sekali tidak dia perdulikan. Isak tangisnya bahkan sangat keras, memenuhi penjuru area pemakaman.

Kedua kakinya berhenti lalu bersimpuh di salah satu makam yang terlihat baru diantara makam lain. Dadanya begitu sesak, tak lagi mampu menopang berat tubuhnya membuat pria itu berbaring, mendekap sebuah makam dengan nisan berbentuk palang yang terukir nama 'Suppasit Jongcheveevat' beserta tanggal. Kini kesadaran menghantamnya, betapa berharga sosok pria yang dengan tega dia tinggalkan.

"ARRRGHH!" Pria di sana meraung dan menjerit, bahkan suara derasnya hujan tak mampu meredamnya, memperlihatkan betapa sakit dan pilu yang dirasa sebab kehilangan.

"Tidak! Hiks, ku mohon... jangan tinggalkan aku, phi. Aku sendirian, hiks... Tul sendirian, phi."

Pria itu merintih, mengeratkan pelukannya disekitar tanah basah yang di atasnya terdapat beberapa tangkai bunga tanpa memperdulikan kondisi tubuh yang dilapisi baju putih yang sempat begitu bersih kini hanya kotor dan basah, ataupun betapa menyeramkannya ketika orang lain melihat.

The Heart's Return [MewTul]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang