Bintang menatap Jeffran cemas ketika pria itu berlari keluar kamar tanpa mengucapkan apapun sejak telpon yang Bintang yakini dengan Reynand, Bintang mengikuti Jeffran dari belakang yang masuk ke dalam kamar Marvel.
Brak
Marvel yang memang belum tidur menatap Jeffran, tumben pikir Marvel ayahnya ini masuk kedalam kamar tanpa permisi, "Kenapa pa?"
Jeffran mengatur nafasnya yang memburu bahkan tubuh lelaki itu sudah bergetar hebat, Bintang dibelakang mengatur nafasnya yang memburu karena berlari mengikuti Jeffran yang Bintang tak tahu kenapa, yang jelas dilihat dari mimik wajah Jeffran dapat Bintang yakini ada kabar tak mengenakan yang terjadi.
"Bang Rey kecelakaan sekarang dirumah sakit, ayo bang kita kerumah sakit sekarang" ucap Jeffran memberitahu Marvel, Bintang menatap Jeffran cemas, sedangkan Marvel mengambil kunci mobil dan jaket untuk pergi kerumah sakit.
"Ayo pa kita kerumah sakit" ucap Marvel ketika ia sudah bersiap, Bintang menatap Marvel cemas, Marvel memegang bahu Bintang, "Adek masuk kamar oke, biar Abang sama papa aja yang kerumah sakit, besok baru adek kerumah sakit nyusul oke"
"Tapi bang Rey?"
Marvel tersenyum kearah Bintang, "sekarang udah malam, adek lanjut tidur aja yah, kalau takut tidur sendirian bisa tidur dikamar mama aja" sambung Marvel, Marvel tahu Bintang ingin protes tapi remaja 17 tahun itu mengangguk patah-patah antara setuju antara tidak.
Marvel pergi bersama Jeffran, Bintang langsung berlari ke kamar, ia membuka gorden pintu ke balkon, ia pandangi mobil Marvel yang meninggalkan pekarangan rumah, ia takut jika sampai kakak keduanya itu kenapa-kenapa, Bintang memilih untuk tak kembali tidur, ia membuka pintu balkon dan duduk disana, sesekali ia menggosokkan tangannya karena merasakan hawa dingin, ia pandangi bintang-bintang yang gemerlip dilangit malam.
Bintang membulatkan matanya ketika ia teringat dengan Sabrina dan Jonathan, biasanya jika ia terjaga malam, dirinya selalu bercerita apa aja bersama Jonatan, bohong jika Bintang tak merindukan mereka, pada kenyataanya Bintang merindukannya, 17 tahun bukan waktu yang sebentar, tak perduli dengan cara apa mereka mendidik Bintang selama ini.
"Bang Langit pasti bintang yang paling terang" ucapnya menatap bintang yang paling terang dilangit malam.
"Itu namanya bintang, indah 'kan?" ucap Jonathan menunjuk bintang yang ada dilangit malam, Bintang mengangguk, ia membenarkan bintang dilangit memang sangat indah, "sama seperti Bintang indah" sambung Jonathan mencolek hidung Bintang sampai anak itu terkekeh.
"Apa Tante Sabrina kasih Bintang nama Bintang itu karena bintang itu indah?" Tanyanya menatap Jonathan polos.
Jonathan mencubit kedua pipi gembul Bintang, "Kayaknya iya deh, biar nanti kalau Tante Sabrina lihat bintang dilangit Tante Sabrina bisa ingat Bintang anak gemesnya ini"
Lamunan Bintang buyar ketika ia mendengar deru suara motor memasuki pekarangan rumah, Bintang langsung berlari menuju lantai bawah, dengan jantung berdegup kencang Bintang memasuki lift agar lebih cepat sampai ke lantai bawah, kakak kembarnya pulang, tapi kenapa tadi Jeffran memberitahu jika kakak keduanya itu kecelakaan?
"Malas ah Abang kalau kayak gini, hape hilang, Abang nggak masalah sama hilangnya hape tapi Abang nggak bisa hubungi Nadia" sepanjang jalan tadi Reynand menyadari jika ponselnya hilang, ia mengomel tanpa henti karena Nathan tak ingin putar balik untuk mencari ponselnya yang hilang.
"Besok bisa ketemu bang sama Nadia jelaskan sama dia kalau hape Abang hilang karena bantuin orang kecelakaan tadi dijalan" timpal Nathan acuh.
"Males ah Abang sama kalian berdua, nggak lagi Abang mau nemenin mas kalau kayak gini" Reynand benar tak ikhlas dengan ponselnya hilang, iya kalau ponselnya ditemukan dengan orang baik kalau tidak bagaimana?

KAMU SEDANG MEMBACA
BINTANG AKSENA (End) ✓
Fanfictionseries kedua Aksena Family Kepergian Langit begitu meninggalkan luka yang sangat dalam, kata ikhlas sampai sekarang hanya omong kosong, seberusaha bagaimanapun mereka ikhlas kata itu tak bisa mereka lakukan, rumah yang dulunya Cemara berubah menjadi...