*:..。o○ .08. ○o。..:*

8 2 2
                                    

Pagi ini mereka berada di meja makan, menunggu makanan siap yang di masak oleh Jaenandra, Refan, dan Slery.

Dengan kejadian semalam akhirnya mereka memaafkan Slery setelah paksaan dari Refan, (tapi mereka beneran tulus ya minta maaf nya) .

Mereka memasak bersama, dengan celotehan yang mengundang tawa Refan semakin terdengar. Alpha yang mendengar itu merasa bahagia, setidak nya little prince syindrome kakak nya tidak kambuh saat pagi hari ini.

15 menit berlalu, akhir nya makanan pun selesai di masak. Refan menata sedemikian rupa, dengan Slery yang menyiapkan seperti piring gelas dan kendi pun selesai. Mereka memakan makanan yang terlihat enak itu dengan tenang, namun sesekali terdengar suara pujian dari salah satu orang itu yang memuji masakan itu.

"Pha, Refan gak kambuh kan ya tadi pagi?" tanya Hilmi dengan berbisik. "Tiba tiba?" beo nya dengan mulut yang penuh dengan makanan. "Soal nya tadi pagi mas matiin lampu kamar nya, terus mas tinggal" ucap Hilmi dengan cengiran di akhir, "loh gak tau deh, soal nya tadi pagi Alpha di halaman belakang" jawab nya dengan mimik wajah sedikit panik. Takut takut melihat ke arah sang kakak yang memakan makanan dengan tenang.

"Kayanya enggak deh, soal nya kalo kambuh biasanya gak gini" ucap Alpha dengan suara yang sangat pelan bahkan bisa di bilang bisikan angin. Hilmi yang mendengar itu karna ia duduk bersebelahan pun, menganggukkan kepala nya setuju. Pasalnya Refan tidak berlaku layaknya Evan yang akhir akhir ini tidak terlihat. Tapi tetap menjadi Refan yang banyak orang kenal.

Setelah beberapa waktu terlewatkan akhirnya mereka selesai dengan kegiatan sarapan nya. Kembali ke kamar mereka untuk membersihkan badan. Namun, tidak dengan laki laki manis yang masih membereskan bekas makan tadi bersama sang adek.

"Mas ini taruh mana?" tanya Aloha yang memegang piring yang sudah bersih. "Kamu ambil baskom atau apa terserah abis itu susun di sana dengan keadaan tengkurap, kau paham kan?" perintah Refan yang akan keluar membuang sampah.

"Oke aku paham" jawab nya dengan segera meletakkan tumpukan piring itu dengan intruksi sang kakak. Refan berjalan keluar rumah, menuju letak di mana tempat sampah tertaruh dan memasukan sampah ke dalam tempat itu. Membalikkan badan nya dan melihat Marka yang duduk sendirian di halaman samping, pantas saja ia tidak melihatnya tadi. Berjalan mendekat ke arah Marka dan berdiri menghalangi cahaya matahari yang menyorot wajah tampan Marka.

"Hey, kenapa kamu menutupi cahaya nya?" tanya marka dengan alis yang di angkat satu. "Kau kenapa? Sendirian? Di mana yang lain? Kenapa tidak di dalam?" pertanyaan bertuntun itu membuat Marka terkekeh,

"Pelan pelan bayi" peringatan nya tangan yang menarik Refan untuk duduk di sebelah nya.

"Huhh aku bukan bayi tau"

"Iya aku tau, tapi dengan tubuh kecil mu yang bisa saja membohongi banyak orang ini. Sangat cocok sekali di panggil bayi" jelas Marka yang membuat Refan mendengus pelan.

(Sampe ada yang bilang, cocokan bl gua gorok lu pada ye) _akuhh

"Terserah lah, oh ya mari ajak yang lain memetik buah di dekat sana" ajak Refan yang menunjuk sebuah kebun di sebrang sana, banyak pengunjung yang datang untuk memetik buah secara cuma cuma. Dan itu pun sepuasnya, maka dari itu Refan ini sekali memetik buah itu dan membawa nya pulang esok.

.

.

.

📰

.

.

.





















































'Kejadian metik buah nya belum di jelasin ka'

Sabodo ih buru buru, lupa kalo ada hafalan. Nanti kasih flasback atau lanjut part selanjutnya aja. Maaf kalo banyak typo gada revisi karna mepet waktu 😭😭 menyedihkan.

573 words 😭

Jangan kangen ya kalo kamis gak up.

'Ga kangen sih'

Ohh yaudah (pundung mau hiatus aja)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 10 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lembar Halaman Tahun 1981 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang