Seorang gadis yang mempunyai tiga macam pekerjaan untuk menyambung kehidupannya di negara orang, berjuang sendiri tanpa ada keluarga yang menemani. Lalu, ketika ia terjebak hubungan asmara dengan seorang pemuda yang selalu bisa memanjakannya, mempe...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
°•°•°•°
|•|
|•|
|•|
°•°•°•°
Sayup-sayup terdengar suara gemuruh guntur yang merdu di atas sana. Seorang gadis melirik jam Weker miliknya, waktu sudah menunjukkan pukul 9 pagi, ia terlambat bangun 2 jam karena tak mendengar suara ayam berkokok sama sekali.
Mungkin karena hujan yang terus mengguyur desa, jadi ayam-ayam juga memilih untuk tidur, menghangatkan diri di kandang. Sebab hujan juga membuat langit tidak cerah seperti biasanya, awan berwarna abu-abu gelap padahal hujan tidak terlalu deras.
Gadis itu menguncir rambutnya lalu pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka, ia terlambat bangun untuk bekerja. Seharusnya ia sudah mengumpulkan telur-telur di kandang ayam, memetik sayur untuk bahan masakannya hari ini, dan berada di toko sejak satu jam yang lalu. Rasanya sungguh pening ketika ia harus meninggalkan dua kegiatan yang penting di pagi harinya tapi, ia harus bekerja.
Bekerja lebih penting dari hal paling penting sekalipun. Tanpa bekerja, ia tak bisa mendapatkan uang untuk membeli pupuk, pakan ternak, juga makanan untuk dirinya sendiri.
Setelag mencuci muka, gadis itu langsung bergegas untuk berganti pakaian dan berangkat ke tempat ia bekerja. Karena hujan, ia juga memakai jas hujan agar bajunya tidak basah ketika sampai tujuan.
Dengan mengayuh sepeda, ia menyusuri Padang rumput, taman tanpa ada orang lain bersamanya. Sesekali ia berjumpa dengan pengembala yang tengah berjalan bersama anjingnya. Suasana disana sangat sepi, hanya ada bunyi alam ketika kayu-kayu saling berdempetan, suara burung berkicau dan juga angin yang membawa nada-nada indah di setiap hembusannya.
Menempuh jarak lebih dari 3 kilometer sudah menjadi kebiasaannya setiap hari. Karena lingkungannya yang asri dan sejuk, sekalipun tidak pernah membuat bosan ataupun mengeluh sebab, alam membawa obat, mereka adalah penyembuh.
"Kau baru sampai?" Gadis itu memutar bola matanya malas dengan pertanyaan tidak penting tersebut.
"Apa menurutmu aku tampak konyol di matamu?" Tanyanya seraya berkacak pinggang.
Gadis itu dirangkul dengan mesra, "Hei, aku hanya bertanya, kenapa kau sensitif sekali menjawabnya. Apa kau sedang datang bulan, Star?"
"Sudah ku bilang jangan memanggilku dengan nama panggilan itu, panggil aku Ala." Gadis bernama Starlla itu tidak terima ketika ada yang memanggilnya dengan nama depannya karena menurutnya itu aneh, sangat aneh, bahkan lebih aneh dari keanehan itu sendiri.
"Star, menurutku itu cocok."
"Galang!"
"Baiklah Ala, nampaknya kau benar-benar sedang datang bulan, jadi aku tidak akan mengganggumu hari ini. Selamat mengerjakan pekerjaanmu!" Galang menepuk pundak Starlla lalu masuk lebih dulu ke dalam toko.
Starlla menghela nafas panjang, memang benar ia sedang datang bulan, perutnya terasa nyeri sejak bangun tidur tadi tapi, itu sudah menjadi hal biasa. Seharusnya ia lebih bisa untuk menahan rasa sakitnya.
Sebelum masuk ke dalam, ia menggantung jas hujan tadi di samping toko agar kering ketika ia pulang nanti dan juga memarkiran sepedanya di tempat yang sudah disediakan oleh majikannya. Baru setelah itu, ia bisa menyusul Galang masuk kedalam toko.
Di dalam sudah lumayan banyak pelanggan yang datang, tampaknya Starlla melewatkan banyak cerita pagi ini. Ia menyesal kenapa harus terlambat hari ini, karena biasanya ia selalu mendapat cerita baru di setiap paginya, entah itu tentang gosip ataupun yang lainnya.
"Ala, kenapa kamu baru datang? Apa terjadi sesuatu dirumah mu?" Tanya Ody, rekannya bekerja di toko.
Belum sempat Starlla menjawab, Galang tiba-tiba menyaut dari belakang, "Hei, jangan berbicara dengan Star, dia sedang datang bulan. Lihat wajahnya saja sudah merah, pasti dia sedang menahan untuk tidak mengeluarkan tanduknya atau kau bisa menjadi santapan mentahnya pagi ini."
"Diam Galang, kau ini menganggu saja."
"Ala? Kenapa diam saja?" Tanya Ody sekali lagi.
"Iya aku sedang datang bulan, hari ini aku terlambat bangun. Aku belum mengumpulkan telur ayam juga memetik sayuran untuk ku masak nanti sore. Aku bahkan salah memakai jas hujan, jas itu terbalik. Rasanya aku ingin kembali tidur saja." Jawab. Starlla dengan lesu.
"Gadis malang, tak apa, kau bisa istirahat dulu sebelum bekerja. Itu juga pengaruh karena kau bekerja terlalu keras, Ala. Sesekali mengeluh tidak akan menjadi masalah, manusia juga punya rasa lelah," Ujar Ody menasehati.
"Aku tidak punya waktu untuk itu, aku hanya ingin menjadi manusia yang bisa apa saja. Aku ingin melakukan yang terbaik untuk hidupku, sudah terlalu banyak hinaan di hidupku dulu. Mereka selalu bilang aku ini pemalas, tidak bisa melakukan apa-apa, payah."
"Baiklah Ala, lakukan apa yang kau inginkan. Seberapa keras aku berbicara, kau akan tetap dengan pendirianmu bukan? Pesanku, selalu semangat, ada hal-hal baik yang menunggumu di depan." Starlla tersenyum manis mendengar hal itu, kemudian ia mengangguk.
Ia kemudian mengambil Apron dan memakainya. Di toko se minimalis ini, sangat beruntung banyak orang yang berkunjung untuk menikmati sajian roti dan juga coklat hangat. Apalagi dengan cuaca hujan seperti ini, sepertinya toko akan tutup lebih cepat daripada biasanya.
Ala mendorong pintu untuk masuk ke dapur, disana sudah ada Galang dan satu rekannya yang lain bernama Jho. Tidak ada yang tahu pasti siapa nama panjangnya, semua yang mengenalnya disini memanggilnya dengan sebutan Jho.
"Galang, apa yang perlu aku bantu?" Tanyanya.
Galang berdehem sebentar lalu menunjuk ke arah adonan krim coklat yang belum sempurna, "Aduk adonan ini saja, krim ini akan ku jadikan sebagai isi menu terbaru kita. Pastikan kau mengaduknya dengan rata dan sempurna," Jawabnya.
Starlla melirik ke arah adonan tersebut, "Apa bedanya dengan krim yang biasa kita buat? Bukankah bahan-bahannya sama saja?"
Galang menggeleng, "Tidak Nona, krim ini terbatas, karena yang membuat adalah Jho, dia memastikan semua bahan-bahan yang ada di adonan itu adalah bahan-bahan yang belum pernah kita coba sebelumnya. Aku sudah mencicipinya tadi, rasanya sangat lezat dan pas."
"Baiklah, akan ku lakukan."
"Jangan lupa beri serpihan cintamu agar rasanya tidak pernah pudar di hati pelanggan." Starlla terkekeh dengan gombalan Galang yang selalu bisa membuat mood-nya kembali.
Di toko ini hanya ada empat karyawan yaitu, Starlla, Ody, Galang dan Jho. Dua laki-laki dan dua perempuan, mereka semua sudah berkerja cukup lama, kecuali Jho. Laki-laki satu ini masuk sekitar tiga bulan yang lalu. Kehadirannya juga tiba-tiba sekali saat atasan mereka mengumumkan bahwa akan ada karyawan baru dan saat itulah Jho datang.
Galang menjadi satu orang yang sangat bersemangat, karena akhirnya ia mendapat teman laki-laki di tempat kerjanya, ia sangat senang keinginannya terkabul.